Dapat Pendanaan Rp2,1 Triliun, Xendit Startup Unicorn Baru di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Setelah Tokopedia, OVO, Traveloka, hingga Gojek, nama Xendit tiba-tiba melesat sebagai startup unicorn baru di Indonesia. Betapa tidak, mereka baru saja mendapatkan pendanaan seri C senilai USD150 juta atau Rp2,1 triliun.
Nama Xendit memang tidak sepopuler unicorn yang disebut diatas. Ini karena fokus kegiatan bisnis mereka bukan ke konsumen. Melainkan ke korporasi/Business to Business (B2B).
Xendit adalah perusahaan teknologi finansial yang menjalankan bisnis di sejumlah negara. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga Filipina dan Asia Tenggara. Klien mereka tersebar mulai UMKM, startup, e-commerce hingga perusahaan besar.
Apa layanan Xendit ? Perusahaan tersebut memungkinkan entitas bisnis untuk bertransaksi dengan mudah dari debit langsung, rekening virtual, kartu kredit dan debit, eWallet, QRIS, gerai ritel, hingga cicilan online. Entah itu menerima pembayaran, mencairkan, payroll, menjalankan marketplace dan lainnya.
Selain layanan yang sangat dibutuhkan oleh berbagai perusahaan, ekspansi mereka juga sangat tajam. Tak heran akhirnya mereka mendapat pendanaan seri C senilai Rp2,1 triliun dan menjadikan Xendit sebagai startup unicorn terbaru di Indonesia.
Putaran pendanaan tersebut dipimpin Tiger Global Management dengan investor seperti Accel, Amasia, dan Goat Capital yang dimiliki oleh Justin Kan.
Apa yang mereka lakukan dengan dana yang amat besar itu? Pertama, melakukan inovasi produk. Lalu, berekspansi ke negara-negara terpilih di Asia Tenggara.
Secara statistik, 70% dari 580 juta populasi di Asia Tenggara saat ini sudah merambah ke dunia online. Pada 2021, nilai ekonomi digital di kawasan ini akan melebihi USD100 miliar, diproyeksikan meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari USD300 miliar pada 2025.
“Ada pergeseran besar ke ranah digital yang dilakukan hampir semua pelaku usaha, baik pemilik toko kecil di Instagram, sampai perusahaan-perusahaan terbesar di Indonesia. Semua usaha kini harus bisa hadir secara digital,” ujar Moses Lo, Founder dan CEO Xendit.
Menurutnya, fnfrastruktur pembayaran digital Xendit memungkinkan pelaku usaha baru di kawasan Asia Tenggara dapat menerima pembayaran lebih cepat.
Nama Xendit memang tidak sepopuler unicorn yang disebut diatas. Ini karena fokus kegiatan bisnis mereka bukan ke konsumen. Melainkan ke korporasi/Business to Business (B2B).
Xendit adalah perusahaan teknologi finansial yang menjalankan bisnis di sejumlah negara. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga Filipina dan Asia Tenggara. Klien mereka tersebar mulai UMKM, startup, e-commerce hingga perusahaan besar.
Apa layanan Xendit ? Perusahaan tersebut memungkinkan entitas bisnis untuk bertransaksi dengan mudah dari debit langsung, rekening virtual, kartu kredit dan debit, eWallet, QRIS, gerai ritel, hingga cicilan online. Entah itu menerima pembayaran, mencairkan, payroll, menjalankan marketplace dan lainnya.
Selain layanan yang sangat dibutuhkan oleh berbagai perusahaan, ekspansi mereka juga sangat tajam. Tak heran akhirnya mereka mendapat pendanaan seri C senilai Rp2,1 triliun dan menjadikan Xendit sebagai startup unicorn terbaru di Indonesia.
Putaran pendanaan tersebut dipimpin Tiger Global Management dengan investor seperti Accel, Amasia, dan Goat Capital yang dimiliki oleh Justin Kan.
Apa yang mereka lakukan dengan dana yang amat besar itu? Pertama, melakukan inovasi produk. Lalu, berekspansi ke negara-negara terpilih di Asia Tenggara.
Secara statistik, 70% dari 580 juta populasi di Asia Tenggara saat ini sudah merambah ke dunia online. Pada 2021, nilai ekonomi digital di kawasan ini akan melebihi USD100 miliar, diproyeksikan meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari USD300 miliar pada 2025.
“Ada pergeseran besar ke ranah digital yang dilakukan hampir semua pelaku usaha, baik pemilik toko kecil di Instagram, sampai perusahaan-perusahaan terbesar di Indonesia. Semua usaha kini harus bisa hadir secara digital,” ujar Moses Lo, Founder dan CEO Xendit.
Menurutnya, fnfrastruktur pembayaran digital Xendit memungkinkan pelaku usaha baru di kawasan Asia Tenggara dapat menerima pembayaran lebih cepat.