Kesan Pertama Saya Tentang Clubhouse, Jejaring Sosial yang Lagi Hype itu

Senin, 15 Februari 2021 - 13:05 WIB
loading...
Kesan Pertama Saya Tentang Clubhouse, Jejaring Sosial yang Lagi Hype itu
Clubhouse adalah aplikasi berbasis voice atau suara untuk berdiskusi dan berjejaring. Tampak tampilan Clubhouse di iPhone. Foto: Sindonews/danang arradian
A A A
JAKARTA - Clubhouse jadi aplikasi media sosial berbasis suara/voice yang segar, seperti gabungan antara Zoom dan Quora .

Nama Clubhouse tiba-tiba populer setelah awal Februari ini pendiri SpaceX dan Tesla Elon Musk mengatakan bahwa ia membuka kesempatan berdiskusi di aplikasi media sosial bernama Clubhouse. Tepatnya, untuk membahas kejadian saham GameStop. Berkat sebuah cuitan dari Elon Musk, tiba-tiba Clubhouse langsung viral.



Baru Berdiri April 2020
Clubhouse baru di dirikan pada April 2020. Tepatnya, oleh mantan karyawan Google Rohan Seth dan Paul Davison. Clubhouse cukup cepat berkembang salah satunya karena pandemi Covid-19.

Pada Mei 2020, Clubhouse mendapat pendanaan Seri A sebesar USD12 juta (Rp170 miliar) dari firma modal ventura AS, Andreessen Horowitz.
Pada Desember 2020, valuasi Clubhouse sudah menembus USD100 juta (Rp1,4 triliun).

Apa Fungsi Clubhouse?
Clubhouse adalah aplikasi media sosial. Sama seperti Facebook, Quora, Twitter, dan lainnya. Namun, aplikasi tersebut mengisi celah konten berupa suara atau audio, bukan visual seperti gambar dan tulisan.

Pengguna Clubhouse bisa mengobrol, berdiskusi, melakukan wawancara, atau sekadar ngobrol dengan berbagai topik. Mulai dari ekonomi, gaya hidup, musik, kesehatan, atau bahkan sekadar isu kantoran.

Keunggulan Clubhouse adalah platformnya yang memang menarik untuk berdiskusi langsung, juga berjejaring. Seperti Quora, tapi berbasis suara. Pengguna datang untuk menginspirasi atau terinspirasi. Bukan sekadar membagikan status “receh”.

Cara Menggunakannya?
Setelah membuka akun Clubhouse, pengguna bisa memilih topik favoritnya. Lalu, diberikan opsi untuk memilih Room/Club atau “ruang percakapan”. Nah, di ruang itu pengguna bisa mengikuti event diskusi yang sedang berlangsung.

Konsepnya seperti kita sedang mengikuti conference call di Zoom dengan orang-orang yang mungkin tidak kita kenal, tapi sama-sama memiliki ketertarikan pada topik yang sama. Pengguna bisa memilih untuk mendengarkan siniar/podcast yang sedang berlangsung atau malah ikutan berdiskusi (dengan syarat jika diizinkan pemilik Room).

Setelah siniar itu selesai, ruang percakapan pun ikut hilang. Banyak yang merekam diskusi/siniar tersebut di platform lain seperti YouTube agar bisa dinikmati.

Siapa yang bisa menggunakan Clubhouse? Sayangnya, untuk sementara aplikasi tersebut hanya tersedia untuk iOS atau iPhone saja. Belum tersedia untuk pengguna Android.

Mengapa Disukai Artis/Selebritis/Influencer?
Pada intinya, warganet di seluruh dunia saat ini sudah terbiasa dengan berbicara secara online dan terbiasa pula mendengarkan siniar/podcast. Karena itu, mereka butuh platfrom sosial media yang mudah, sederhana, dan mampu mengekskalasi diskusi lewat voice/suara. Clubhouse menjawab hal tersebut.

Pada Desember 2020, pengguna Clubhouse sudah mencapai 600 ribu. Memang tidak besar. Dan sepertinya, alih-alih mengejar jumlah pengguna yang masif seperti Facebook, seperti Quora, Clubhouse ingin menyaring pengguna yang “berkualitas”. Artinya, mereka yang ingin mendapat value berupa ilmu, atau jejaring.

Selain itu, langkah hanya eksklusif di iOS juga menegaskan langkah tersebut. Agaknya Clubhouse berharap bahwa ”hype” mereka tidak menjadi one hit wonder. Artinya, setelah populer lantas hilang.

Strateginya, setelah solid di iOS dan membuat banyak orang penasaran, mereka baru membuka aplikasi tersebut di Android.

Langkah ini bisa jadi berhasil karena sudah banyak public figure dan selebriti di Amerika yang ikut bergabung. Mulai dari rapper Drake, aktor Jared Leto, hingga komedian Kevin Hart. Termasuk juga Elon Musk.

Perlukah Anda Join Clubhouse?
Ketika Sindonews memantau Clubhouse, ternyata sudah cukup banyak diskusi yang dibuat oleh pengguna lokal. Pagi tadi, oborolan menarik yang Sindonews ikuti adalah “Senin Sibuk”. Diskusinya cukup menarik dan seru.

Melihat karakter pengguna di Indonesia, jika Clubhouse mendapatkan momentum bisa jadi aplikasi itu akan sukses. Lalu, banyak orang mulai join. Apalagi setelah aplikasi Android nanti sudah dibuka.



Namun, setelahnya Sindonews akan tersaring dengan sendirinya. Sebab, karakter Clubhouse bisa dibilang seperti Quora. Bukan media sosial umum seperti Facebook, Twitter atau Instagram. Sindonews menganggap Clubhouse hanya cocok untuk sebagian pengguna saja.

Mungkin mereka yang sudah jenuh dengan status “drama” di Facebook, dan lebih ingin media sosial untuk mencari inspirasi/pengetahuan baru, self development, serta teman/jejaring baru. Clubhouse akan lebih cocok untuk mereka yang aktif juga di medsos seperti LinkedIn atau Quora.

Kedepannya, Clubhouse juga sangat mungkin untuk dijadikan platform untuk membuat berbagai event online di Indonesia. Mengingat saat ini warganet sudah sangat terbiasa mengikuti event menggunakan Zoom. Clubhouse bisa menjadi platform yang sangat keren atau cool untuk mengikuti event online.

Berkembang atau tidaknya Clubhouse di Indonesia, tergantung seberapa besar nantinya public figure mulai mengadopsi jejaring sosial ini. Dan bisa jadi sangat cepat. Misalnya saja jika public figure atau politikus menggelar siniar di Clubhouse terkait isu yang sedang ramai. Publik akan mudah sekali untuk datang dan bergabung. Brand juga bisa dengan mudah untuk chip in atau bergabung dan menjadikan Clubhouse sebagai platform berkomunikasi baru.

Tapi, untuk mencapai semua itu, Clubhouse harus memiliki aplikasi Android terlebih dulu.
(dan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1931 seconds (0.1#10.140)