Teknologi Radio Frequency Identification Siap Diaplikasikan pada 2028
loading...
![Teknologi Radio Frequency...](https://pict.sindonews.net/dyn/732/pena/news/2023/12/01/207/1265661/teknologi-radio-frequency-identification-siap-diaplikasikan-pada-2028-zpp.jpg)
RFID disinyalir akan membantu meningkatkan visibilitas barang persediaan (inventory) mereka dan menghindari terjadinya kehabisan stok. FOTO/ DAILY
A
A
A
JAKARTA - Penyedia solusi digital Zebra hari ini merilis hasil temuan Global Warehousing Study 2023 yang mengonfirmasikan bahwa 58% pengambil keputusan di bagian atau divisi pergudangan (warehouse) berencana untuk menggunakan teknologi radio frequency identification (RFID) pada tahun 2028.
RFID disinyalir akan membantu meningkatkan visibilitas barang persediaan (inventory) mereka dan menghindari terjadinya kehabisan stok.
Dalam lima tahun ke depan, sebagian besar pengambil keputusan di bagian pergudangan berencana untuk menggunakan RFID reader jenis fixed, passive, atau handheld dan solusi pemindaian jenis fixed untuk penggunaan industri yang dapat melakukan tracking terhadap aset, pekerja, dan barang dengan lebih baik di seluruh lingkungan gudang.
Tahun ini menandai tahun ke-50 penemuan RFID, yang telah menjadi alat bantu pemecahan masalah bagi pekerja lini depan di bagian pergudangan dan industri-industri lain.
Secara global, 73% pengambil keputusan di bagian pergudangan telah atau akan mempercepat jadwal proyek modernisasi mereka, begitu pula dengan pengambil keputusan di Asia Pasifik (APAC) dengan persentase sekitar 69%.
Hal ini akan membantu untuk memecahkan masalah pengelolaan pengembalian barang (return) yang kini telah menjadi tantangan operasional utama yang dihadapi oleh hampir setengah dari pengambil keputusan di sektor pergudangan yang disurvei (47% secara global, 40% di APAC) – studi ini mencatat peningkatan dengan persentase sebanyak 5 poin dari tahun ke tahun di wilayah APAC.
“Peningkatan pengembalian barang yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan e-fulfillment selama beberapa tahun terakhir, dan hal ini menjadi sebuah mandat untuk melakukan perubahan di setiap bagian dari rantai pasokan,” ujar Eric Ananda, Country Manager Indonesia, Zebra Technologies.
“Hal ini berarti para pemimpin di bagian pergudangan harus memodernisasi operasional mereka dengan menggunakan solusi teknologi untuk menangani pengembalian barang dan meningkatkan kelincahan, visibilitas persediaan barang, serta perkiraan permintaan untuk meningkatkan efisiensi dan membuat keputusan yang lebih baik secara real-time.”
Beberapa contoh dari solusi-solusi tersebut antara lain adalah komputer mobile TC53/TC58, tablet enterprise ET60/ET65, printer mobile ZQ600 Plus, printer desktop ZD421/ZD411, Zebra VisibilityIQ Foresight, komputer wearable android WS50 RFID, dan printer industri ZT231 RFID.
Hal ini terjadi karena mayoritas pengambil keputusan di bagian pergudangan (76% secara global, 75% di Asia Pasifik) mengatakan bahwa mereka berada di bawah tekanan untuk meningkatkan kinerja sambil menyesuaikan diri dengan pergeseran permintaan konsumen e-commerce.
Menurut hampir 80% staf dan pengambil keputusan bagian pergudangan, persediaan barang yang tidak akurat dan kehabisan stok terus menjadi tantangan yang signifikan terhadap produktivitas.
Faktanya, kedua kelompok tersebut – staf (82% secara global, 79% di APAC) dan pengambil keputusan (76% secara global, 79% di APAC) – mengakui bahwa mereka membutuhkan tools manajemen persediaan barang yang lebih baik untuk mencapai akurasi yang lebih baik dan menentukan ketersediaan.
Untuk mengatasi masalah ini, sebagian besar pengambil keputusan (91% secara global, 88% di APAC) akan mengatasi kebutuhan ini dengan berencana berinvestasi dalam teknologi guna meningkatkan visibilitas di seluruh rantai pasokan pada tahun 2028.
RFID disinyalir akan membantu meningkatkan visibilitas barang persediaan (inventory) mereka dan menghindari terjadinya kehabisan stok.
Dalam lima tahun ke depan, sebagian besar pengambil keputusan di bagian pergudangan berencana untuk menggunakan RFID reader jenis fixed, passive, atau handheld dan solusi pemindaian jenis fixed untuk penggunaan industri yang dapat melakukan tracking terhadap aset, pekerja, dan barang dengan lebih baik di seluruh lingkungan gudang.
Tahun ini menandai tahun ke-50 penemuan RFID, yang telah menjadi alat bantu pemecahan masalah bagi pekerja lini depan di bagian pergudangan dan industri-industri lain.
Secara global, 73% pengambil keputusan di bagian pergudangan telah atau akan mempercepat jadwal proyek modernisasi mereka, begitu pula dengan pengambil keputusan di Asia Pasifik (APAC) dengan persentase sekitar 69%.
Hal ini akan membantu untuk memecahkan masalah pengelolaan pengembalian barang (return) yang kini telah menjadi tantangan operasional utama yang dihadapi oleh hampir setengah dari pengambil keputusan di sektor pergudangan yang disurvei (47% secara global, 40% di APAC) – studi ini mencatat peningkatan dengan persentase sebanyak 5 poin dari tahun ke tahun di wilayah APAC.
“Peningkatan pengembalian barang yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan e-fulfillment selama beberapa tahun terakhir, dan hal ini menjadi sebuah mandat untuk melakukan perubahan di setiap bagian dari rantai pasokan,” ujar Eric Ananda, Country Manager Indonesia, Zebra Technologies.
“Hal ini berarti para pemimpin di bagian pergudangan harus memodernisasi operasional mereka dengan menggunakan solusi teknologi untuk menangani pengembalian barang dan meningkatkan kelincahan, visibilitas persediaan barang, serta perkiraan permintaan untuk meningkatkan efisiensi dan membuat keputusan yang lebih baik secara real-time.”
Beberapa contoh dari solusi-solusi tersebut antara lain adalah komputer mobile TC53/TC58, tablet enterprise ET60/ET65, printer mobile ZQ600 Plus, printer desktop ZD421/ZD411, Zebra VisibilityIQ Foresight, komputer wearable android WS50 RFID, dan printer industri ZT231 RFID.
Hal ini terjadi karena mayoritas pengambil keputusan di bagian pergudangan (76% secara global, 75% di Asia Pasifik) mengatakan bahwa mereka berada di bawah tekanan untuk meningkatkan kinerja sambil menyesuaikan diri dengan pergeseran permintaan konsumen e-commerce.
Menurut hampir 80% staf dan pengambil keputusan bagian pergudangan, persediaan barang yang tidak akurat dan kehabisan stok terus menjadi tantangan yang signifikan terhadap produktivitas.
Faktanya, kedua kelompok tersebut – staf (82% secara global, 79% di APAC) dan pengambil keputusan (76% secara global, 79% di APAC) – mengakui bahwa mereka membutuhkan tools manajemen persediaan barang yang lebih baik untuk mencapai akurasi yang lebih baik dan menentukan ketersediaan.
Untuk mengatasi masalah ini, sebagian besar pengambil keputusan (91% secara global, 88% di APAC) akan mengatasi kebutuhan ini dengan berencana berinvestasi dalam teknologi guna meningkatkan visibilitas di seluruh rantai pasokan pada tahun 2028.
(wbs)