Jenis Kejahatan Siber yang Paling Sering Ditemukan

Selasa, 25 Juli 2023 - 12:04 WIB
loading...
A A A
Meskipun serangan DoS tidak mengakibatkan kebocoran maupun hilangnya data dan informasi penting, namun risiko operasional meningkat karena daya upaya, waktu dan dana yang diperlukan untuk menangani hal tersebut ditambah lagi dengan risiko bisnis yakni hilangnya potensi penjualan/pendapatan dikarenakan sistem sedang down akibat terkena serangan.

Grant Thornton pun melihat tahun ini para peretas semakin agresif melakukan serangan siber bahkan lebih terstruktur dan lebih canggih, menargetkan perusahaan besar maupun pemerintah, dengan modus operandi ransomware.

Di tahun 2022, Indonesia merupakan negara ketiga terbanyak di Asia Tenggara yang mengalami serangan jenis ini. Laporan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebutkan bahwa di tahun yang sama bahwa 50% insiden serangan siber di Indonesia adalah ransomware dan pembobolan.

Goutama Bachtiar mengatakan lebih lanjut, insiden serangan siber terhadap salah satu bank terbesar di Indonesia beberapa waktu lalu memiliki dampak signifikan. Bagi bank, dampaknya jelas. Reputasi/kredibilitas menurun di mata publik.

Bagi nasabah dan non-nasabah, individu maupun institusi, selain mengalami kerugian khususnya non-material, adalah turunnya ataupun hilangnya tingkat kepercayaan mereka terhadap kemampuan pihak bank dalam menjaga keamanan data.
).
(wbs)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3866 seconds (0.1#10.140)