Lebih Pintar, Pakar Fisika Prediksi Kemungkinan AI Musnahkan Manusia Capai 50%
loading...
A
A
A
Musk telah lama menyuarakan ketakutannya bahwa teknologi akan menjadi sangat maju, sehingga tidak lagi membutuhkan atau bahkan mendengarkan campur tangan manusia. Pengusaha kelahiran Afrika Selatan itu menyebut AI jauh lebih berbahaya daripada nuklir dan lebih berisiko daripada Korea Utara.
Terbaru, Washington Post melaporkan bahwa AI generatif bukan lagi sebagai ancaman, tapi benar-benar terbukti mendorong orang keluar dari pekerjaan. The Post menyoroti kisah Olivia Lipkin, seorang copywriter berusia 25 tahun dari San Francisco, yang bekerja di sebuah perusahaan rintisan teknologi.
Pada awalnya Lipkin tidak terlalu memikirkan ChatGPT ketika diluncurkan November lalu. Namun, selama beberapa bulan berikutnya, dia menyadari bahwa manajernya mulai menyebutnya sebagai Olivia/ChatGPT dan pada bulan April, akhirnya dia dipecat .
Lipkin dilaporkan tidak pernah diberi alasan kenapa dipecat dari pekerjaannya, tetapi dia mengetahui bahwa manajer di perusahaan telah menulis bagaimana ChatGPT lebih murah untuk digunakan daripada mempekerjakan seorang penulis. Ini membuat alasan mengapa dia dipecat menjadi lebih jelas.
“Setiap kali orang membicarakan ChatGPT, saya merasa tidak aman dan cemas bahwa itu akan menggantikan saya. Sekarang saya benar-benar memiliki bukti bahwa itu benar, bahwa kecemasan itu dibenarkan dan sekarang saya benar-benar kehilangan pekerjaan karena AI,” ujarnya dikutip dari laman Neowin.
Microsoft menjadi pendukung utama AI generatif, mendanai OpenAI untuk melanjutkan pekerjaannya dan meluncurkan Bing Chat yang memanfaatkan ChatGPT. Microsoft mencoba menyeimbangkan fakta bahwa AI dapat melakukan beberapa tugas manusia dengan gagasan alat ini harus digunakan untuk membantu pekerja manusia, bukan menggantikannya.
Namun, dalam kisah Lipkin ini yang terjadi pada masa ekonomi yang berat. Suku bunga yang meningkat pesat di seluruh dunia, konsumen lebih sedikit berbelanja dan banyak bisnis memangkas biaya, maka penggunaan AI dianggap lebih menguntungkan.
Resmi, ChatGPT Mulai Ambil Alih Pekerjaan Manusia
ChatGPT dan alat AI generatif lainnya telah dianggap menghadirkan bayang-bayang ancaman sejak kehadirannya tahun lalu. Terutama terkait kemampuan untuk mengambil alih tugas atau pekerjaan yang selama ini dilakukan manusia.Terbaru, Washington Post melaporkan bahwa AI generatif bukan lagi sebagai ancaman, tapi benar-benar terbukti mendorong orang keluar dari pekerjaan. The Post menyoroti kisah Olivia Lipkin, seorang copywriter berusia 25 tahun dari San Francisco, yang bekerja di sebuah perusahaan rintisan teknologi.
Pada awalnya Lipkin tidak terlalu memikirkan ChatGPT ketika diluncurkan November lalu. Namun, selama beberapa bulan berikutnya, dia menyadari bahwa manajernya mulai menyebutnya sebagai Olivia/ChatGPT dan pada bulan April, akhirnya dia dipecat .
Lipkin dilaporkan tidak pernah diberi alasan kenapa dipecat dari pekerjaannya, tetapi dia mengetahui bahwa manajer di perusahaan telah menulis bagaimana ChatGPT lebih murah untuk digunakan daripada mempekerjakan seorang penulis. Ini membuat alasan mengapa dia dipecat menjadi lebih jelas.
“Setiap kali orang membicarakan ChatGPT, saya merasa tidak aman dan cemas bahwa itu akan menggantikan saya. Sekarang saya benar-benar memiliki bukti bahwa itu benar, bahwa kecemasan itu dibenarkan dan sekarang saya benar-benar kehilangan pekerjaan karena AI,” ujarnya dikutip dari laman Neowin.
Microsoft menjadi pendukung utama AI generatif, mendanai OpenAI untuk melanjutkan pekerjaannya dan meluncurkan Bing Chat yang memanfaatkan ChatGPT. Microsoft mencoba menyeimbangkan fakta bahwa AI dapat melakukan beberapa tugas manusia dengan gagasan alat ini harus digunakan untuk membantu pekerja manusia, bukan menggantikannya.
Namun, dalam kisah Lipkin ini yang terjadi pada masa ekonomi yang berat. Suku bunga yang meningkat pesat di seluruh dunia, konsumen lebih sedikit berbelanja dan banyak bisnis memangkas biaya, maka penggunaan AI dianggap lebih menguntungkan.