Layanan FMC Diklaim Terobosan Teknologi Telekomunikasi untuk Mengakhiri Perang Harga
loading...
A
A
A
JAKARTA - Fixed Mobile Convergence (FMC) adalah sebuah konsep yang menggabungkan jaringan mobile dan fixed broadband. Dengan menggunakan FMC, pengguna akan layanan internet secara terus-menerus, kapanpun dan di manapun.
FMC pun dipercaya menjadi mesin pertumbuhan keuangan terbaru bagi operator telekomunikasi, di tengah tekanan terus menurunnya Average Revenue Per User (ARPU) karena perang harga dan saturasi di layanan seluler.
SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza mengatakan berdasarkan studi di negara lain di Amerika dan Eropa, layanan FMC gagal lantaran operator fokus pada perang tarif.
"FMC pakai paket murah bikin blunder, kemudian dipakai kanibal sehingga yang eksisting yakni layanan wireless hilang, padahal enggak boleh hilang sama sekali," katanya dalam keterangan persnya di Jakarta Rabu, (1/6/2023).
Ia menilai, tarif FMC jangan terlalu mahal tapi jangan sampai perang harga. "Dan yang penting, jangan sampai harga turun, service lebih turun. Oleh karena itu nantinya layanan akan di-customize untuk customer tertentu, atau tarif berdasarkan layanan," lanjut Reza.
Reza menambahkan, layanan FMC yang berkualutas kedepannya adalah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Menurut dia, kebutuhan di RI unik karena faktor geografis, dan kebutuhan untuk stabil digunakan di tiap wilayah Indonesia jadi tantangan.
"Kita bukan perang tarif tapi perang jaringan gimana cara pasarkan jaringan sebanyak mungkin ke masyarakat indonesia," pungkas Reza.
Sementara XL Axiata, melalui layanan FMC XL Satu yang bergulir sejak 2021 kini fokus menggarap segmen keluarga. Menurut dia untuk layanan XL Satu, ada tiga pilar yang mereka pegang. Pertama, konsumer centric yakni untuk kebutuhan pelanggan secara end to end.
Kedua, converge proposition dan modular, dimana konsumer pilih sendiri layanan dan tarif sesuai kebutuhan. Dimana harapannya, ketiga, membawa full digital journey bagi konsumer tersebut.
FMC pun dipercaya menjadi mesin pertumbuhan keuangan terbaru bagi operator telekomunikasi, di tengah tekanan terus menurunnya Average Revenue Per User (ARPU) karena perang harga dan saturasi di layanan seluler.
SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza mengatakan berdasarkan studi di negara lain di Amerika dan Eropa, layanan FMC gagal lantaran operator fokus pada perang tarif.
"FMC pakai paket murah bikin blunder, kemudian dipakai kanibal sehingga yang eksisting yakni layanan wireless hilang, padahal enggak boleh hilang sama sekali," katanya dalam keterangan persnya di Jakarta Rabu, (1/6/2023).
Ia menilai, tarif FMC jangan terlalu mahal tapi jangan sampai perang harga. "Dan yang penting, jangan sampai harga turun, service lebih turun. Oleh karena itu nantinya layanan akan di-customize untuk customer tertentu, atau tarif berdasarkan layanan," lanjut Reza.
Reza menambahkan, layanan FMC yang berkualutas kedepannya adalah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Menurut dia, kebutuhan di RI unik karena faktor geografis, dan kebutuhan untuk stabil digunakan di tiap wilayah Indonesia jadi tantangan.
"Kita bukan perang tarif tapi perang jaringan gimana cara pasarkan jaringan sebanyak mungkin ke masyarakat indonesia," pungkas Reza.
Sementara XL Axiata, melalui layanan FMC XL Satu yang bergulir sejak 2021 kini fokus menggarap segmen keluarga. Menurut dia untuk layanan XL Satu, ada tiga pilar yang mereka pegang. Pertama, konsumer centric yakni untuk kebutuhan pelanggan secara end to end.
Kedua, converge proposition dan modular, dimana konsumer pilih sendiri layanan dan tarif sesuai kebutuhan. Dimana harapannya, ketiga, membawa full digital journey bagi konsumer tersebut.