Layanan FMC Diklaim Terobosan Teknologi Telekomunikasi untuk Mengakhiri Perang Harga

Kamis, 01 Juni 2023 - 02:27 WIB
loading...
Layanan FMC Diklaim...
Dengan menggunakan FMC, pengguna akan layanan internet secara terus-menerus, kapanpun dan di manapun. FOTO/ DAILY
A A A
JAKARTA - Fixed Mobile Convergence (FMC) adalah sebuah konsep yang menggabungkan jaringan mobile dan fixed broadband. Dengan menggunakan FMC, pengguna akan layanan internet secara terus-menerus, kapanpun dan di manapun.

FMC pun dipercaya menjadi mesin pertumbuhan keuangan terbaru bagi operator telekomunikasi, di tengah tekanan terus menurunnya Average Revenue Per User (ARPU) karena perang harga dan saturasi di layanan seluler.



SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza mengatakan berdasarkan studi di negara lain di Amerika dan Eropa, layanan FMC gagal lantaran operator fokus pada perang tarif.

"FMC pakai paket murah bikin blunder, kemudian dipakai kanibal sehingga yang eksisting yakni layanan wireless hilang, padahal enggak boleh hilang sama sekali," katanya dalam keterangan persnya di Jakarta Rabu, (1/6/2023).

Ia menilai, tarif FMC jangan terlalu mahal tapi jangan sampai perang harga. "Dan yang penting, jangan sampai harga turun, service lebih turun. Oleh karena itu nantinya layanan akan di-customize untuk customer tertentu, atau tarif berdasarkan layanan," lanjut Reza.

Reza menambahkan, layanan FMC yang berkualutas kedepannya adalah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Menurut dia, kebutuhan di RI unik karena faktor geografis, dan kebutuhan untuk stabil digunakan di tiap wilayah Indonesia jadi tantangan.

"Kita bukan perang tarif tapi perang jaringan gimana cara pasarkan jaringan sebanyak mungkin ke masyarakat indonesia," pungkas Reza.

Sementara XL Axiata, melalui layanan FMC XL Satu yang bergulir sejak 2021 kini fokus menggarap segmen keluarga. Menurut dia untuk layanan XL Satu, ada tiga pilar yang mereka pegang. Pertama, konsumer centric yakni untuk kebutuhan pelanggan secara end to end.

Kedua, converge proposition dan modular, dimana konsumer pilih sendiri layanan dan tarif sesuai kebutuhan. Dimana harapannya, ketiga, membawa full digital journey bagi konsumer tersebut.

“Oleh karena itu, XL Axiata mengubah pola servis proposisi ritel ke servis atau layanan untuk Indonesian progressing family," kata Group Head Indirect Channel Management XL Axiata Junius Koestadi.

Dengan cara itu, XL Axiata menargetkan layanan XL Satu terdapat di lebih dari 150 kota pada dua tahun mendatang. Tujuannya agar pengguna yang ingin tambah device atau tambah speed bisa mudah dilakukan.

Untuk itu, XL Axiata akan menambah partnership juga dengan berabagai mitra, misald engan edukasi, working need s dan sebagainya.

"Yang terpenting, bagaimana ketersediaan jaringan kita, oleh karena itu pada 2025 ada di 150 kita akan dicover dengan home pass," kata Junius. XL Axiata sendiri sebagai pelopor FMC di Indonesia meras apunya competitive advantage untuk tahu apa yang diinginkan konsumen, sehingga kemudian bisa memberikan lebih ke konsumen.

Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin mengingatkan agar layanan baru FMC tidak terjebak pada perang harga atau perang tarif.

Sebab jika kembali terjebak ke dalam perang harga ketika menyelenggarakan FMC, maka yang dirugikan tidak hanya operator tetapi masyarakat.

"Dimana dari sisi kecepatan pelanggan merasakan true broadband, dari sisi harga terjangkau, dan pelayanan purna jual membuat nyaman pelanggan,” kata Doni.

“Kalau FMC ternyata sama saja dengan era 3G, 4G, atau 5G, lama-lama masyarakat bisa apatis dengan teknologi baru dan beranggapan itu hanya bagian dari gimmick pemasaran,” kata Doni.

Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute dan Anggota Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Heru Sutadi menambahkan, dengan adanya FMC, 2-3 tahun ke depan harapannya industri antara XL Axiata dan Telkomsel akan makin memperkuat posisi.

"Harapannya juga pelangan dapat layanan nomor satu sehingga akan mendorong hadirnya layanan broadband yang lebih luas lagi," ujar Heru.

Ia mengingatkan, operator jangan sampai perang tarif layanan FMC ini. "Tapi tarifnya harus terjangkau, jangan sampai sangat murah juga karena yang rugi operator. Oleh karena itu cari titik tengah untuk tarif, tapi harapannya pembangunan broadband makin luas karena per rumah sudah butuh 40-50 mbps," tandas Heru.
(wbs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2820 seconds (0.1#10.140)