Riset: Pekerja Jabodetabek Habiskan Waktu 30 Menit-2 Jam ke Kantor selama Ramadan 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pada Ramadan 2023 , beberapa perusahaan dan instansi pemerintahan melakukan penyesuaian dengan mengurangi jam kerja terhadap pegawai kantoran yang sudah melakukan Work From Office (WFO) secara penuh.
Tapi, seberapa besar kebijakan pengurangan jam kerja itu mempengaruhi mobilitas pekerja kantoran?
Tim Pacmann bekerja sama dengan Data Scientist di Microsoft Nurvirta Monarizqa melakukan analisis waktu perjalanan pulang-pergi kerja antara daerah perkantoran dengan kecamatan-kecamatan di wilayah Jabodetabek.
Data waktu perjalanan dikumpulkan dengan mengambil waktu tempuh secara real time dari tiap titik pusat kecamatan di Jabodetabek ke 5 proxy tempat kerja (Thamrin, SCBD, Kuningan, Blok M, dan TB Simatupang), setiap 15 menit dari pukul 07.00-10.00 dan sebaliknya dari proxy tempat kerja ke centroid Kecamatan dari pukul 16:00-20:00, menggunakan HERE Maps API.
Tercepat 30 Menit, Terlama 120 Menit
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara rata-rata, mayoritas durasi perjalanan (baik pulang maupun pergi) berkisar antara 30-120 menit dengan tendensi (median) 75 menit.
Namun, ada beberapa daerah yang durasi pulang/perginya di atas 2 jam. Yakni kecamatan Nanggung, Sukajaya, Pamijahan dan Tanjungsari (Kabupaten Bogor).
Durasi perjalanan pada beberapa variasi jam berangkat maupun jam pulang memiliki deviasi yang kecil.
Secara umum, durasi perjalanan di seluruh kecamatan cenderung sama baik ketika berangkat pada pukul 7.00 atau 10.00, dan tidak banyak perbedaan.
Namun, durasi perjalanan pulang paling tinggi terjadi jika pulang pada pukul 17.00 (rata-rata jam pulang kantor yang dipercepat agar bisa berbuka di rumah).
Selain itu, ada pola berbeda untuk tiap kecamatan. Ada yang berangkat lebih pagi lebih cepat, ada pula yang lebih siang justru lebih cepat.
“Dengan melakukan analisis tren ini, kami berharap dapat membantu perusahaan mengoptimalkan pengaturan jam kerja karyawannya. Dengan mengetahui durasi perjalanan optimal untuk setiap titik kantor proxy, perusahaan dapat mengatur jam kerja karyawannya agar lebih efisien, misalnya memberikan pilihan waktu berangkat yang fleksibel untuk menghindari kerumunan atau waktu-waktu padat,” ujar Erisha Aryanti, Tim Sekolah Data sekaligus Data Analyst di Pacmann.
Cluster Berdasarkan Lokasi Kantor
Untuk analisis clustering jam pulang pada tiap proxy kantor, Pacmann melihat setiap daerah memiliki pola durasi perjalanan berbeda-beda. Untuk proxy kantor Thamrin, pola durasi perjalanan paling menarik dan seragam. Durasi perjalanan tertinggi terjadi ketika pulang pada pukul 17.00 (jam pulang kantor yang umum di bulan puasa).
Tapi, seberapa besar kebijakan pengurangan jam kerja itu mempengaruhi mobilitas pekerja kantoran?
Tim Pacmann bekerja sama dengan Data Scientist di Microsoft Nurvirta Monarizqa melakukan analisis waktu perjalanan pulang-pergi kerja antara daerah perkantoran dengan kecamatan-kecamatan di wilayah Jabodetabek.
Data waktu perjalanan dikumpulkan dengan mengambil waktu tempuh secara real time dari tiap titik pusat kecamatan di Jabodetabek ke 5 proxy tempat kerja (Thamrin, SCBD, Kuningan, Blok M, dan TB Simatupang), setiap 15 menit dari pukul 07.00-10.00 dan sebaliknya dari proxy tempat kerja ke centroid Kecamatan dari pukul 16:00-20:00, menggunakan HERE Maps API.
Tercepat 30 Menit, Terlama 120 Menit
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara rata-rata, mayoritas durasi perjalanan (baik pulang maupun pergi) berkisar antara 30-120 menit dengan tendensi (median) 75 menit.Namun, ada beberapa daerah yang durasi pulang/perginya di atas 2 jam. Yakni kecamatan Nanggung, Sukajaya, Pamijahan dan Tanjungsari (Kabupaten Bogor).
Durasi perjalanan pada beberapa variasi jam berangkat maupun jam pulang memiliki deviasi yang kecil.
Secara umum, durasi perjalanan di seluruh kecamatan cenderung sama baik ketika berangkat pada pukul 7.00 atau 10.00, dan tidak banyak perbedaan.
Namun, durasi perjalanan pulang paling tinggi terjadi jika pulang pada pukul 17.00 (rata-rata jam pulang kantor yang dipercepat agar bisa berbuka di rumah).
Selain itu, ada pola berbeda untuk tiap kecamatan. Ada yang berangkat lebih pagi lebih cepat, ada pula yang lebih siang justru lebih cepat.
“Dengan melakukan analisis tren ini, kami berharap dapat membantu perusahaan mengoptimalkan pengaturan jam kerja karyawannya. Dengan mengetahui durasi perjalanan optimal untuk setiap titik kantor proxy, perusahaan dapat mengatur jam kerja karyawannya agar lebih efisien, misalnya memberikan pilihan waktu berangkat yang fleksibel untuk menghindari kerumunan atau waktu-waktu padat,” ujar Erisha Aryanti, Tim Sekolah Data sekaligus Data Analyst di Pacmann.