Sejak Pandemi, Tren Menonton di Rumah menggunakan Proyektor Meningkat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kebutuhan proyektor saat ini tidak hanya untuk presentasi di kantor saja. Tapi sudah mulai merambah ruang keluarga. Semakin banyak konsumen yang melengkapi kebutuhan audio visual di rumah lewat proyektor.
Hal tersebut disampaikan Product Manager Visual Instrument Department PT Epson Indonesia Edwin Syafruddin. “Saat pandemi kemaren kami melihat permintaan terhadap home projector meningkat cukup besar,” ungkapnya.
Di Q3 2022, Edwin menyebut bahwa market size home projector Epson Indonesia ada di angka 9 persen.
“Yang terbesar memang masih edukasi dan perkantoran (80 persen) lewat produk proyektor Ultra Short Trow dan juga entry level yang hampir 60 persen,” ujarnya. Namun, Edwin menyebut bahwa pasar home projector terus tumbuh.
Bukan Pengganti TV
Posisi proyektor di rumah bukan untuk menggantikan TV, meski memiliki fungsi serupa seperti menonton film dan video streaming hingga bermain game. “Secara peruntukkan, proyektor di rumah tetap ditujukan untuk home entertaiment,” beber Edwin.
Tapi, mengapa orang memilih proyektor dibandingkan TV? Menurut Edwin, pengguna home proyektor menyasar orang yang memiliki ketertarikan terhadap audio-video.
”Secara sifat kerjanya, proyektor memantulkan cahaya. Sehingga saat memandang layar tidak cepat membuat mata lelah. Inilah yang dicari oleh pengguna,” ujar Edwin.
Epson bahkan merancang proyektor khusus untuk pengguna rumahan lewat Epson CO-FH02. Proyektor tersebut dirancang ringkas dan portable, mudah terhubung ke berbagai perangkat, serta sudah dilengkapi Android TV.
Menurut Edwin, umumnya home projector memiliki lumens rendah antara 500-1.000 lumens. Tapi, Epson CO-FH02 punya 3.000 lumens. Sehingga bisa dipakai di ruang keluarga yang mungkin tidak terlalu gelap.
Proyektor Masih Jadi Hobi Mahal?
Edwin mengakui, bahwa peminat proyektor memang segmented. Wajar, dibandingkan TV harga proyektor memang lebih mahal. Epson CO-FH02 misalnya, dibanderol Rp11,3 juta. Padahal, proyektor tersebut masih tergolong kelas entry level.
Model midrange atau menengah EpiqVision Ultra EH-LS300B dengan teknologi ultra-short throw yang juga jadi varian terlaris Epson Indonesia, dibanderol Rp42 juta. ”EH-LS300B banyak dipakai untuk perusahaan, sudah menggunakan laser, dan bisa mencapai 20 ribu jam,” ujarnya.
Sementara model premium Epson EH LS12000B True 4K yang juga dirancang untuk home entertainment, memiliki banderol Rp98 juta.
Hal tersebut disampaikan Product Manager Visual Instrument Department PT Epson Indonesia Edwin Syafruddin. “Saat pandemi kemaren kami melihat permintaan terhadap home projector meningkat cukup besar,” ungkapnya.
Di Q3 2022, Edwin menyebut bahwa market size home projector Epson Indonesia ada di angka 9 persen.
“Yang terbesar memang masih edukasi dan perkantoran (80 persen) lewat produk proyektor Ultra Short Trow dan juga entry level yang hampir 60 persen,” ujarnya. Namun, Edwin menyebut bahwa pasar home projector terus tumbuh.
Bukan Pengganti TV
Posisi proyektor di rumah bukan untuk menggantikan TV, meski memiliki fungsi serupa seperti menonton film dan video streaming hingga bermain game. “Secara peruntukkan, proyektor di rumah tetap ditujukan untuk home entertaiment,” beber Edwin.Tapi, mengapa orang memilih proyektor dibandingkan TV? Menurut Edwin, pengguna home proyektor menyasar orang yang memiliki ketertarikan terhadap audio-video.
”Secara sifat kerjanya, proyektor memantulkan cahaya. Sehingga saat memandang layar tidak cepat membuat mata lelah. Inilah yang dicari oleh pengguna,” ujar Edwin.
Epson bahkan merancang proyektor khusus untuk pengguna rumahan lewat Epson CO-FH02. Proyektor tersebut dirancang ringkas dan portable, mudah terhubung ke berbagai perangkat, serta sudah dilengkapi Android TV.
Menurut Edwin, umumnya home projector memiliki lumens rendah antara 500-1.000 lumens. Tapi, Epson CO-FH02 punya 3.000 lumens. Sehingga bisa dipakai di ruang keluarga yang mungkin tidak terlalu gelap.
Proyektor Masih Jadi Hobi Mahal?
Edwin mengakui, bahwa peminat proyektor memang segmented. Wajar, dibandingkan TV harga proyektor memang lebih mahal. Epson CO-FH02 misalnya, dibanderol Rp11,3 juta. Padahal, proyektor tersebut masih tergolong kelas entry level.Model midrange atau menengah EpiqVision Ultra EH-LS300B dengan teknologi ultra-short throw yang juga jadi varian terlaris Epson Indonesia, dibanderol Rp42 juta. ”EH-LS300B banyak dipakai untuk perusahaan, sudah menggunakan laser, dan bisa mencapai 20 ribu jam,” ujarnya.
Sementara model premium Epson EH LS12000B True 4K yang juga dirancang untuk home entertainment, memiliki banderol Rp98 juta.