Akun Twitter Sejumlah Tokoh Dunia Diretas

Jum'at, 17 Juli 2020 - 07:33 WIB
loading...
Akun Twitter Sejumlah Tokoh Dunia Diretas
Foto: dok/SINDOnews
A A A
WASHINGTON - Akun Twitter milik tokoh politik dan miliarder mulai dari Joe Biden, Elon Musk hingga Jeff Bezos di retas untuk melakukan penawaran penjualan Bitcoin. Akun mantan Presiden Barack Obama, pendiri Microsoft Bill Gates hingga musisi Kanye West pun tak luput dari peretasan.

Tokoh besar lainnya yang menjadi korban peretasan di Twitter adalah investor Warren Buffett. Beberapa akun yang memfokuskan diri pada bidang mata uang digital seperti Binance, Coinbase, Coindesk juga mengalami hal serupa. Bahkan akun resmi Uber dan Apple pun meminta masyarakat untuk mengirimkan mata uang digital itu ke alamat Bitcoin yang sama.

Peretasan dalam skala besar yang menembus sistem internal Twitter mengundang keraguan atas keamanan platform media sosial terpopuler di dunia itu. “Kami mendeteksi serangan ini dilakukan secara terkoordinasi. Para pelaku berhasil menembus komputer karyawan kunci untuk mengakses sistem dan peralatan internal,” ungkap Twitter. Mereka lalu mengambilalih akun tokoh-tokoh besar, baik resmi ataupun fans-page .

Insiden peretasan itu bukan pertama kalinya dialami Twitter yang telah berusia 14 tahun. Akun CEO Twitter Jack Dorsey juga pernah diretas pada Agustus 2019. Saat itu peretas mengirimkan tweet bernada rasial dan kata-kata kasar. Akun resmi Twitter juga pernah diretas bersama dengan akun Associated Press dan Guardian pada 2013. Akun selebritas Taylor Swift juga pernah diretas pada 2015 dan akun Donald Trump mengalami insiden serupa pada 2013. Pada 2013, para peretas berhasil mengakses 250.000 akun pengguna Twitter. (Baca: Investasi Rp290 Triliun Mangkrak karena Arogansi Birokrasi)

Twitter juga telah mencapai kesepakatan dengan Komisi Perdagangan Federal AS mengenai denda yang harus dibayar karena membahayakan keamanan informasi pribadi penggunanya. Denda itu diberlakukan setelah investigasi yang dilakukan Pemerintah AS sejak 2009 hingga 2010 bahwa keamanan Twitter mengizinkan para peretas bisa mengirimkan pesan.

Peretasan kali ini bertepatan dengan momen menjelang pemilu presiden AS pada November mendatang. Twitter memahami kekhawatiran publik dan para ahli mengenai sistem keamanan yang diadopsi Twitter. Seluruh akun Twitter pun rawan dibobol orang tidak bertanggungjawab, terlepas dari tujuannya hanya untuk menguji kemampuan ataupun menyalahgunakannya untuk kepentingan tertentu.

Peran Twitter sebagai alat komunikasi dan kampanye bagi kandidat presiden seperti Presiden Donald Trump menciptakan kekhawatiran atas kekacauan pemilihan umum (pemilu) pada 3 November mendatang. Masyarakat AS juga cemas keamanan nasional akan terguncang. (Baca juga: Trump Desak Iran Batalkan Eksekusi 3 Demonstran)

Wakil Presiden Kebijakan Teknologi dari Center for American Progress, Adam Conner, mengungkapkan kecemasannya tidak lama setelah akun tokoh-tokoh besar diretas. “Ini merupakan kabar buruk, tapi skenario lebih buruk dapat saja terjadi pada 3 November mendatang,” kata Conner.

Melalui akun tokoh-tokoh besar, pelaku meminta followernya untuk mengirimkan mata uang digital Bitcoin menuju beberapa alamat. Sedikitnya warga yang tertipu melakukan 400 kali transfer Bitcoin senilai USD120.000. Menurut Elliptic, separuh transfer berasal dari Asia dan Eropa.

Catatan transfer tersebut meninggalkan riwayat transaksi yang dapat membantu para penyelidik mengidentifikasi pelaku peretasan. Kerugian finansial berhasil dibatasi setelah beberapa transfer diblokir akibat semakin meluasnya akun yang dibajak.

Kerugian terbesar tentunya dipikul Twitter yang mengalami penurunan kepercayaan publik. “Respons Twitter dalam menangani kasus peretasan ini sungguh mengecewakan. Peristiwa ini terjadi siang hari di San Fransisco, tapi membutuhkan waktu lima jam untuk menanganinya,” kata CEO Trail ofBits, Dan Guido.

Twitter telah mengambil langkah tidak biasa untuk mencegah persebaran scamming secara lebih luas dengan menutup akun korban. Setidaknya mereka juga berupaya agar seluruh akun korban tidak mengirimkan pesan secara bersamaan. Twitter akan membukanya kembali jika sudah dipastikan aman. (Lihat videonya: Heboh! Pedagang Angkringan Cantik Bikin Pembeli Gagal Fokus)

Kasus peretasan kali ini merupakan kasus terburuk dalam sepanjang sejarah media sosial. Sistem dua faktor autentikasi, prosedur keamanan untuk mencegah pembobolan, juga tidak mampu membendung serangan peretas. “Jika peretas mampu menembus hingga lini belakang atau database Twitter, tidak ada yang dapat dilakukan untuk mencegah aksi mereka. Pergerakan mereka sangat bebas dan leluasa. Saya yakin scamming itu hanya pengalihan saja,” kata Direktur Synopsys Michael Borohovski.

Selama peretasan, beberapa tokoh yang hendak menggunakan Twitter mengalami kejanggalan dan tampak mengalami kesulitan mengendalikan postingan dan cuitan yang selalu muncul. Elon Musk misalnya yang mencoba menghapus postingan permintaan transfer Bitcoin. Namun postingan itu kembali muncul untuk keduakalinya, bahkan hingga tiga kali. Secara keseluruhan akun korban yang terdampak memiliki puluhan juta pengikut. (Muh Shamil)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1868 seconds (0.1#10.140)