Menjelang Pilpres AS, Facebook Pertimbangkan Larang Iklan Politik
Minggu, 12 Juli 2020 - 22:31 WIB
MENLO PARK - Amerika Serikat akan menggelar Pemilihan Presiden pada 3 November mendatang. Menyambut hal tersebut, Facebook kabarnya mempertimbangkan akan melarang segala iklan politik di platform miliknya.
Mengutip dari CNN, Minggu (12/7/2020), kabar itu muncul ke permukaan dari sumber terdekat dengan perusahaan yang didirikan Mark Zuckerberg itu. Namun, rencana pelarangan tersebut belum mencapai keputusan akhir. BACA JUGA - Konsultan WHO asal China Bersaksi COVID-19 Hasil Persekongkolan Jahat
Di sisi lain, juru bicara Facebook menolak memberikan pernyataan terkait hal ini. BACA JUGA - Saksi Persekongkolan Jahat WHO dan China, Tahu Kelemahan COVID-19
Facebook kerap dikecam karena kebijakannya mengecualikan iklan dan konten politis dari cek fakta. Sementara Twitter, sejak tahun lalu sudah melarang iklan politik pada platformnya. Saat itu, Facebook menyatakan bahwa tidak ingin menekan konten politik di sosial medianya. BACA JUGA- Nih! Bukti-Bukti Milik Yan Terkait China dan WHO di Balik COVID-19
Beberapa pekan terakhir, Facebook menyulut kemarahan karyawan dan anggota parlemen AS karena tidak bertindak pada unggahan presiden AS Donald Trump.
Sementara itu, lebih dari 900 perusahaan kompak untuk melakukan boikot iklan di Facebook. Tindakan ini diinisiasi oleh kelompok pembela hak sipil.
Gerakan ini bertujuan untuk mendorong Facebook mengambil langkah-langkah konkret, untuk memblokir ujaran kebencian dan informasi keliru. Misalnya soal unggahan terkait kematian George Floyd.
Mengutip dari CNN, Minggu (12/7/2020), kabar itu muncul ke permukaan dari sumber terdekat dengan perusahaan yang didirikan Mark Zuckerberg itu. Namun, rencana pelarangan tersebut belum mencapai keputusan akhir. BACA JUGA - Konsultan WHO asal China Bersaksi COVID-19 Hasil Persekongkolan Jahat
Di sisi lain, juru bicara Facebook menolak memberikan pernyataan terkait hal ini. BACA JUGA - Saksi Persekongkolan Jahat WHO dan China, Tahu Kelemahan COVID-19
Facebook kerap dikecam karena kebijakannya mengecualikan iklan dan konten politis dari cek fakta. Sementara Twitter, sejak tahun lalu sudah melarang iklan politik pada platformnya. Saat itu, Facebook menyatakan bahwa tidak ingin menekan konten politik di sosial medianya. BACA JUGA- Nih! Bukti-Bukti Milik Yan Terkait China dan WHO di Balik COVID-19
Beberapa pekan terakhir, Facebook menyulut kemarahan karyawan dan anggota parlemen AS karena tidak bertindak pada unggahan presiden AS Donald Trump.
Sementara itu, lebih dari 900 perusahaan kompak untuk melakukan boikot iklan di Facebook. Tindakan ini diinisiasi oleh kelompok pembela hak sipil.
Gerakan ini bertujuan untuk mendorong Facebook mengambil langkah-langkah konkret, untuk memblokir ujaran kebencian dan informasi keliru. Misalnya soal unggahan terkait kematian George Floyd.
(wbs)
tulis komentar anda