Takluk dengan Serangan Smartphone, Olympus Tutup Bisnis Kamera
Jum'at, 26 Juni 2020 - 06:48 WIB
Selain itu, Olympus akan fokus menciptakan dan menjual mikroskop dan siap mentransfer teknologi optik terbaru dalam membantu memajukan dunia ilmu pengetahuan.
Keputusan Olympus menutup bisnis kamera bukan masalah yang dihadapi Olympus sendirian, tapi industri kamera secara keseluruhan. Seperti dilansir LensVid, 2010 merupakan tahun terbaik bagi industri kamera. Jumlah penjualannya mencapai 121 juta unit. Namun, sejak saat itu, pasar kamera menurun.
Hanya berselang dua tahun penjualan kamera hanya mencapai 61 juta unit atau separuh dibandingkan 2010. Penjualan kamera terus menurun menjadi 35 juta pada 2014 dan 23 juta pada 2015. Namun, pada 2017 terdapat kenaikan sekitar 25 juta unit sebelum akhirnya kembali jatuh menjadi 19 juta pada 2019. (Baca juga: Lebih dari 100 Orang tewas tersambar Petir di India)
“Kami bahkan baru kali ini melihat kamera DSLR dan mirrorless lebih laku di dunia dibandingkan kamera compact,” ungkap LensVid. “Meski demikian, pasar DSLR terus turun sekitar 12%, sedangkan mirrorless hanya naik 2% pada 2017. Perubahan ini sangat signifikan dan sangat jelas disebabkan pasar smartphone.”
Pasar kamera mengalami penurunan paling besar di Asia, yakni mencapai 27% pada 2018, sedangkan di Amerika hanya turun 16%. Secara umum, pasar lensa turun sekitar 6-7% di seluruh dunia atau hanya terjual 18 juta unit pada 2018. Hanya di Amerika pasar lensa mengalami kenaikan. Tapi, itu pun hanya 1%.
“Pengembangan teknologi baru yang dikeluarkan Canon dan Nikon juga tidak mampu memengaruhi pasar secara berarti,” ungkap LensVid. “Sejujurnya, penjualan kamera kini kurang gemilang. Jika tren ini terus berlanjut, pasar fotografi akan semakin sempit dan mahal. Risiko yang dihadapi perusahaan juga kian besar.”
Di bawah penjualan 20 juta unit per tahun, LensVid menyatakan beberapa perusahaan kamera tidak akan mampu bertahan secara ekonomi karena biaya penelitian dan pengembangan sangat tinggi. Dengan tingkat penjualan rendah, perusahaan kamera bukan tidak mungkin menghadapi kebangkrutan. (Lihat videonya: Karena tersinggung, Seorang Siswi SMP Dianiaya Rekannya di Palembang)
Beberapa perusahaan kamera terkemuka dunia yang bangkrut ialah Eastman Kodak Company dan Polaroid Corporation. Kodak merupakan merek kamera yang sangat populer karena harganya lebih murah. Namun, Kodak gagal mengembangkan inovasi selama era digital dan akhirnya bangkrut pada 2012.
Seperti Kodak, Polaroid juga bangkrut selama era digital. Sebelumnya, kamera Polaroid sangat populer karena pengguna dapat memperoleh lembaran foto secara instan. Bagaimanapun, Polaroid tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain yang mampu mengembangkan teknologi baru yang serbadigital. (Muh Shamil)
Keputusan Olympus menutup bisnis kamera bukan masalah yang dihadapi Olympus sendirian, tapi industri kamera secara keseluruhan. Seperti dilansir LensVid, 2010 merupakan tahun terbaik bagi industri kamera. Jumlah penjualannya mencapai 121 juta unit. Namun, sejak saat itu, pasar kamera menurun.
Hanya berselang dua tahun penjualan kamera hanya mencapai 61 juta unit atau separuh dibandingkan 2010. Penjualan kamera terus menurun menjadi 35 juta pada 2014 dan 23 juta pada 2015. Namun, pada 2017 terdapat kenaikan sekitar 25 juta unit sebelum akhirnya kembali jatuh menjadi 19 juta pada 2019. (Baca juga: Lebih dari 100 Orang tewas tersambar Petir di India)
“Kami bahkan baru kali ini melihat kamera DSLR dan mirrorless lebih laku di dunia dibandingkan kamera compact,” ungkap LensVid. “Meski demikian, pasar DSLR terus turun sekitar 12%, sedangkan mirrorless hanya naik 2% pada 2017. Perubahan ini sangat signifikan dan sangat jelas disebabkan pasar smartphone.”
Pasar kamera mengalami penurunan paling besar di Asia, yakni mencapai 27% pada 2018, sedangkan di Amerika hanya turun 16%. Secara umum, pasar lensa turun sekitar 6-7% di seluruh dunia atau hanya terjual 18 juta unit pada 2018. Hanya di Amerika pasar lensa mengalami kenaikan. Tapi, itu pun hanya 1%.
“Pengembangan teknologi baru yang dikeluarkan Canon dan Nikon juga tidak mampu memengaruhi pasar secara berarti,” ungkap LensVid. “Sejujurnya, penjualan kamera kini kurang gemilang. Jika tren ini terus berlanjut, pasar fotografi akan semakin sempit dan mahal. Risiko yang dihadapi perusahaan juga kian besar.”
Di bawah penjualan 20 juta unit per tahun, LensVid menyatakan beberapa perusahaan kamera tidak akan mampu bertahan secara ekonomi karena biaya penelitian dan pengembangan sangat tinggi. Dengan tingkat penjualan rendah, perusahaan kamera bukan tidak mungkin menghadapi kebangkrutan. (Lihat videonya: Karena tersinggung, Seorang Siswi SMP Dianiaya Rekannya di Palembang)
Beberapa perusahaan kamera terkemuka dunia yang bangkrut ialah Eastman Kodak Company dan Polaroid Corporation. Kodak merupakan merek kamera yang sangat populer karena harganya lebih murah. Namun, Kodak gagal mengembangkan inovasi selama era digital dan akhirnya bangkrut pada 2012.
Seperti Kodak, Polaroid juga bangkrut selama era digital. Sebelumnya, kamera Polaroid sangat populer karena pengguna dapat memperoleh lembaran foto secara instan. Bagaimanapun, Polaroid tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain yang mampu mengembangkan teknologi baru yang serbadigital. (Muh Shamil)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda