Giliran Pejabat Ukraina Jadi Sasaran Empuk Hacker Rusia
Kamis, 09 Juni 2022 - 10:05 WIB
MOSCOW - Keputusan Ukraina untuk berperang dengan Rusia, ternyata tidak hanya tentara saja yang menjadi sasaran dari invasi militer Rusia di dunia nyata. Namun para pejabat negara tersebut menjadi sasaran empuk hacker dari Rusia.
Telepon milik sejumlah pejabat Ukraina dilaporkan telah menjadi sasaran hacker selama invasi militer Rusia ke Ukraina. Hal ini dilaporkan pejabat keamanan siber Rusia selama 100 hari berlangsungnya invasi Rusia.
"Kami melihat banyak upaya untuk meretas telepon pejabat Ukraina, terutama lewat penyebaran malware," kata Wakil Kepala Layanan Komunikasi Khusus Negara Ukraina, Victor Zhora, dikutip dari Gadgets360, Kamis (9/6/2022).
Zhora melanjutkan kalau sejauh ini pihaknya belum menemukan bukti apabila perangkat warga Ukraina telah disusupi. Ia mengatakan kalau dia bersama rekannya menyadari adanya ancaman penyusupan tanpa klik (zero click).
Tapi, dia menolak berkomentar apakah sudah mengetahui upaya semacam itu ke perangkatnya sendiri. "Ini terus kami pantau," sambung Zhora.
Sejumlah pihak menilai serangan dilancarkan langsung oleh pasukan siber Rusia di Moscow. Namun fakta lain menemukan bahwa beberapa serangan juga dilakukan oleh sekelompok peretas rusia dari kalangan sipil yang menamakan dirinya sebagai Patriotic.
Mereka bekerja dalam kelompok kecil tanpa perintah langsung dari pemerintah Rusia. Tujuannya adalah hanya untuk menambah kekacauan Ukraina di dunia maya.
Salah satu anggota Patriotic, yakni Dmitry (bukan nama sebenarnya) mengaku apa yang dilakukannya merupakan inisatif sendiri. Serangan ia lancarkan setelah melihat ada banyak serangan di Ukraina.
Dmitry menyebut serangan ia lakukan bersama tim yang terdiri dari enam orang. Dua orang di antaranya adalah rekan sekantornya, di salah satu perusahaan siber yang tidak mau ia ungkap namanya.
Ia mengklaim telah berhasil melumpuhkan sejumlah situs pemerintah Ukraina dengan menggunakan Distributed Denial of Service (DDoS). Dalam operasinya, Dmitry mengatakan selalu berkomunikasi melalui saluran terenkripsi dan tidak pernah berbicara secara langsung.
"Mengingat semua orang menyerang server Ukraina. Saya pikir kita juga harus melakukannya? Tapi saya sadar dengan apa yang saya lakukan, jika bos saya tahu maka saya tidak akan lagi mendapat pekerjaan," katanya dalam sebuah postingan di media sosial.
Telepon milik sejumlah pejabat Ukraina dilaporkan telah menjadi sasaran hacker selama invasi militer Rusia ke Ukraina. Hal ini dilaporkan pejabat keamanan siber Rusia selama 100 hari berlangsungnya invasi Rusia.
"Kami melihat banyak upaya untuk meretas telepon pejabat Ukraina, terutama lewat penyebaran malware," kata Wakil Kepala Layanan Komunikasi Khusus Negara Ukraina, Victor Zhora, dikutip dari Gadgets360, Kamis (9/6/2022).
Zhora melanjutkan kalau sejauh ini pihaknya belum menemukan bukti apabila perangkat warga Ukraina telah disusupi. Ia mengatakan kalau dia bersama rekannya menyadari adanya ancaman penyusupan tanpa klik (zero click).
Tapi, dia menolak berkomentar apakah sudah mengetahui upaya semacam itu ke perangkatnya sendiri. "Ini terus kami pantau," sambung Zhora.
Sejumlah pihak menilai serangan dilancarkan langsung oleh pasukan siber Rusia di Moscow. Namun fakta lain menemukan bahwa beberapa serangan juga dilakukan oleh sekelompok peretas rusia dari kalangan sipil yang menamakan dirinya sebagai Patriotic.
Mereka bekerja dalam kelompok kecil tanpa perintah langsung dari pemerintah Rusia. Tujuannya adalah hanya untuk menambah kekacauan Ukraina di dunia maya.
Salah satu anggota Patriotic, yakni Dmitry (bukan nama sebenarnya) mengaku apa yang dilakukannya merupakan inisatif sendiri. Serangan ia lancarkan setelah melihat ada banyak serangan di Ukraina.
Dmitry menyebut serangan ia lakukan bersama tim yang terdiri dari enam orang. Dua orang di antaranya adalah rekan sekantornya, di salah satu perusahaan siber yang tidak mau ia ungkap namanya.
Ia mengklaim telah berhasil melumpuhkan sejumlah situs pemerintah Ukraina dengan menggunakan Distributed Denial of Service (DDoS). Dalam operasinya, Dmitry mengatakan selalu berkomunikasi melalui saluran terenkripsi dan tidak pernah berbicara secara langsung.
"Mengingat semua orang menyerang server Ukraina. Saya pikir kita juga harus melakukannya? Tapi saya sadar dengan apa yang saya lakukan, jika bos saya tahu maka saya tidak akan lagi mendapat pekerjaan," katanya dalam sebuah postingan di media sosial.
(wbs)
tulis komentar anda