3 Kota di Timur Indonesia Jadi Peringkat Streaming Video Paling Ngebut
Jum'at, 05 Juni 2020 - 12:25 WIB
JAKARTA - Perusahaan analitik Opensignal menerbitkan analisis terbaru mengenai pengalaman streaming video pada telepon seluler di Indonesia.
Laporan yang berjudul “West Papua’s Kota Sorong enjoys the best quality of mobile video streaming in Indonesia”, Opensignal menganalisis pengalaman streaming video pada telepon seluler di 44 kota terbesar di Indonesia.
Perusahaan ini menganalisis berdasarkan skor gabungan semua operator nasional dengan berbagai teknologi jaringan berbeda. BACA JUGA - Toyota Fortuner Terbaru 2020 Resmi Meluncur, Ini Detail Spesifikasinya
Dikutip dari blog resmi OpenSignal, Kamis (4/6/2020), pengguna di Kota Sorong menikmati streaming video di ponsel dengan kualitas terbaik di Indonesia, selanjutnya di Ambon dan Jayapura.
Secara rata-rata, pengguna di 40 kota tersebut merasakan pengalaman streaming video yang baik (good), dengan skor antara 55-65 poin.
Artinya, banyak pengguna di daerah perkotaan Indonesia yang menikmati pengalaman streaming video yang mencukupi pada resolusi lebih rendah, loading masih lambat dan terhenti khususnya pada resolusi tinggi.
"Di bagian atas daftar kami dalam kategori peringkat Good adalah Tarakan, ibu kota Kalimantan, diikuti oleh Manado, dan Gorontalo di Sulawesi," tulis OpenSignal.
Adapun kualitas streaming video di Pulau Jawa ternyata kalah dibandingkan dengan luar Jawa. Terbukti, tidak ada kota di pulau Jawa yang masuk dalam peringkat 10 besar.
Peringkat tertinggi di Jawa adalah Kota Malang (60,7) yang berada di urutan ke-14. Diikuti oleh Kota Bekasi (60,3), Surabaya dan Kota Bandung diperingkat ke-22 dan ke-26.
Ibukota dan kota metropolitan Indonesia, Jakarta, berada di peringkat lebih rendah lagi yakni ke-28.
Dalam penjelasannya, OpenSignal menyebut bahwa semakin pengguna melakukan aktivitas video streaming yang berat data, kapasitas jaringan pun tertekan sehingga bisa menurunkan kualitas.
Meskipun, secara umum, operator cenderung memusatkan peningkatan jaringan dan kapasitas mereka di kota-kota besar, seringkali peningkatan itu tidak dapat mengimbangi permintaan yang terus meningkat dari konsumsi data di kota metropolitan yang berpenduduk padat dan melek teknologi.
Laporan yang berjudul “West Papua’s Kota Sorong enjoys the best quality of mobile video streaming in Indonesia”, Opensignal menganalisis pengalaman streaming video pada telepon seluler di 44 kota terbesar di Indonesia.
Perusahaan ini menganalisis berdasarkan skor gabungan semua operator nasional dengan berbagai teknologi jaringan berbeda. BACA JUGA - Toyota Fortuner Terbaru 2020 Resmi Meluncur, Ini Detail Spesifikasinya
Dikutip dari blog resmi OpenSignal, Kamis (4/6/2020), pengguna di Kota Sorong menikmati streaming video di ponsel dengan kualitas terbaik di Indonesia, selanjutnya di Ambon dan Jayapura.
Secara rata-rata, pengguna di 40 kota tersebut merasakan pengalaman streaming video yang baik (good), dengan skor antara 55-65 poin.
Artinya, banyak pengguna di daerah perkotaan Indonesia yang menikmati pengalaman streaming video yang mencukupi pada resolusi lebih rendah, loading masih lambat dan terhenti khususnya pada resolusi tinggi.
"Di bagian atas daftar kami dalam kategori peringkat Good adalah Tarakan, ibu kota Kalimantan, diikuti oleh Manado, dan Gorontalo di Sulawesi," tulis OpenSignal.
Adapun kualitas streaming video di Pulau Jawa ternyata kalah dibandingkan dengan luar Jawa. Terbukti, tidak ada kota di pulau Jawa yang masuk dalam peringkat 10 besar.
Peringkat tertinggi di Jawa adalah Kota Malang (60,7) yang berada di urutan ke-14. Diikuti oleh Kota Bekasi (60,3), Surabaya dan Kota Bandung diperingkat ke-22 dan ke-26.
Ibukota dan kota metropolitan Indonesia, Jakarta, berada di peringkat lebih rendah lagi yakni ke-28.
Dalam penjelasannya, OpenSignal menyebut bahwa semakin pengguna melakukan aktivitas video streaming yang berat data, kapasitas jaringan pun tertekan sehingga bisa menurunkan kualitas.
Meskipun, secara umum, operator cenderung memusatkan peningkatan jaringan dan kapasitas mereka di kota-kota besar, seringkali peningkatan itu tidak dapat mengimbangi permintaan yang terus meningkat dari konsumsi data di kota metropolitan yang berpenduduk padat dan melek teknologi.
(wbs)
tulis komentar anda