Warganet Diimbau Pakai Bahasa Positif di Dunia Digital
Rabu, 20 Oktober 2021 - 10:43 WIB
JAKARTA - Media digital menjadi sebuah platform penting dalam penyebaran informasi publik. Kualitas penggunaan kata-kata dan bahasa dalam konten-konten di media digital akan mendorong kualitas diseminasi informasi yang diberikan kepada masyarakat.
Pengemasan konten-konten di media digital tidak hanya harus kreatif tapi juga memuat padanan bahasa-bahasa yang tepat. Begitu disampaikan oleh Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Usman Kansong.
“Bahasa merupakan komponen utama dalam keberhasilan komunikasi. Ketepatan berbahasa akan berpengaruh terhadap bagaimana informasi diterima oleh masyarakat,” ujar Usman dalam kegiatan “Berbahasa Positif dalam Konten Kreatif”, di Jakarta, Rabu, (20/10/2021).
Bahasa Indonesia, lanjut Usman adalah kekuatan yang menyatukan kemajemukan bangsa Indonesia. Perkembangan teknologi komunikasi membuat bahasa Indonesia pun mengalami dinamika yang mendorong perlunya perluasan terhadap informasi kebahasaan.
Maraknya penggunaan bahasa gaul, seperti bahasa gaul di radio yang disebarkan melalui media sosial apabila tidak diimbangi dengan edukasi yang tepat dapat menimbulkan pergeseran berbahasa di kalangan anak muda.
“Begitu penggunaan bahasa Indonesia secara positif dalam berbagai kanal komunikasi menjadi unsur penting dalam menyampaikan informasi serta memberikan pemahaman ke publik,” kata Usman.
“Kita harus sering menyelenggarakan forum diskusi bertema berbahasa positif dalam konten kreatif, sebagai salah satu upaya mendorong penggunaan bahasa Indonesia pada konten-konten kreatif sekaligus menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa persatuan Indonesia yang terus bertumbuh mengikuti dinamika perkembangan zaman,” tambahnya.
Sementara, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, E. Aminudin Azis menerangkan masyarakat Indonesia pada umumnya bercirikan sebagai masyarakat oral, ditandai dengan, antara lain, banyaknya dongeng-dongeng yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Budaya masyarakat Indonesia mengandalkan bahasa lisan untuk menceritakan sesuatu secara turun temurun. Bahasa lisan tidak memiliki jejak seperti bahasa tulisan sehingga sulit melacar sumber utamanya.
Pengemasan konten-konten di media digital tidak hanya harus kreatif tapi juga memuat padanan bahasa-bahasa yang tepat. Begitu disampaikan oleh Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Usman Kansong.
Baca Juga
“Bahasa merupakan komponen utama dalam keberhasilan komunikasi. Ketepatan berbahasa akan berpengaruh terhadap bagaimana informasi diterima oleh masyarakat,” ujar Usman dalam kegiatan “Berbahasa Positif dalam Konten Kreatif”, di Jakarta, Rabu, (20/10/2021).
Bahasa Indonesia, lanjut Usman adalah kekuatan yang menyatukan kemajemukan bangsa Indonesia. Perkembangan teknologi komunikasi membuat bahasa Indonesia pun mengalami dinamika yang mendorong perlunya perluasan terhadap informasi kebahasaan.
Maraknya penggunaan bahasa gaul, seperti bahasa gaul di radio yang disebarkan melalui media sosial apabila tidak diimbangi dengan edukasi yang tepat dapat menimbulkan pergeseran berbahasa di kalangan anak muda.
“Begitu penggunaan bahasa Indonesia secara positif dalam berbagai kanal komunikasi menjadi unsur penting dalam menyampaikan informasi serta memberikan pemahaman ke publik,” kata Usman.
“Kita harus sering menyelenggarakan forum diskusi bertema berbahasa positif dalam konten kreatif, sebagai salah satu upaya mendorong penggunaan bahasa Indonesia pada konten-konten kreatif sekaligus menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa persatuan Indonesia yang terus bertumbuh mengikuti dinamika perkembangan zaman,” tambahnya.
Sementara, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, E. Aminudin Azis menerangkan masyarakat Indonesia pada umumnya bercirikan sebagai masyarakat oral, ditandai dengan, antara lain, banyaknya dongeng-dongeng yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Budaya masyarakat Indonesia mengandalkan bahasa lisan untuk menceritakan sesuatu secara turun temurun. Bahasa lisan tidak memiliki jejak seperti bahasa tulisan sehingga sulit melacar sumber utamanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda