Bahayanya Facebook Ketika Mereka Menyensor Konflik Palestina-Israel

Minggu, 30 Mei 2021 - 16:18 WIB
Direktur Eksekutif 7amleh Nadim Nashif menyebut bahwa penyensoran ini sudah pernah terjadi sebelum insiden masjid Al-Aqsa. ”Dan akan terus terjadi. Yang kami minta adalah transparansi atau keterbukaan Facebook dalam melakukan sensor/moderasi konten,” katanya kepada The Guardian.

Transparansi yang dimaksud, karena Facebook tidak memberikan alasan yang jelas saat memblok konten terkait masjid Al-Aqsa. Para pegiat LSM menilai penyensoran Facebook sengaja ditargetkan pada suara-suara dari Palestina atau yang berhubungan dengan Palestina.

Selain Facebook, Instagram juga sempat memblok akun Mona al-Kurd, remaja Palestina yang rumahnya di duduki oleh pemukim (settler) Israel yang sedang viral. Banyak kasus-kasus lain dimana pemblokiran konten itu dilakukan bahkan di postingan-postingan artis, aktivitis, ataupun selebritis. Dan tidak hanya Facebook dan Instagram, Twitter juga diduga melakukan penyensoran.

LSM yang menyuarakan transparansi Facebook ini bukan hanya 7amleh. LSM seperti Jewish Voice for Peace dan Fight for the Future and the National Lawyers Guild sudah menyuarakan kampanye “stop melakukan sensor kepada warga Palestina” di semua platform Facebook maupun Instagram. Mereka juga menutut Facebook lebih transparan. Mereka bahkan langsung menyurati COO Facebook Sheryl Sandberg.

Apa bahayanya perusahaan raksasa seperti Facebook melakukan penyensoran terhadap informasi?

Jillian C York, aktivitis kebebasan perpendapat dari Electronic Frontier Foundation, sudah lama memonitor penyensoran Facebook terhadap Palestina. ”Semakin jelas bahwa ada beberapa perusahaan yang memegang kekuatan besar dalam kebebasan berpendapat di situasi seperti ini,” ujarnya.

Menurut York, jika sebuah perusahaan swasta membatasi kebebasan berpendapat, maka masyarakat tidak bisa melihat realita sebenarnya yang sedang terjadi. ”Jadi, kita hanya disuguhi narasi dari satu sisi saja,” ungkapnya.



VP Global Affairs Facebook Nick Clegg.

Gara-gara protes itu, VP global affairs Facebook Nick Clegg sudah bertemu secara virtual dengan Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh. Nick meminta maaf secara langsung dan mengakui kesalahan bahwa mereka ”tidak sengaja” melabeli sejumlah postingan sebagai pelanggaran.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More