Xiaomi Getol Gaungkan Strategi Smartphone X AIoT di 2020, Apa Sih Maksudnya?
Selasa, 22 Desember 2020 - 21:36 WIB
JAKARTA - Awal 2020, CEO Xiaomi Lei Jun membuat dunia terkejut dengan strategi ini: menganggarkan Rp100 triliun untuk mengembangkan teknologi 5G dan artificial intelligence of things (AIoT) dalam lima tahun ke depan.
Lei Jun saat itu mengatakan, strategi AIoT akan membawa Xiaomi menjadi “raja dari era serbapintar”. Tapi, banyak juga yang bingung. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan AIoT? Apa hubungannya dengan smartphone? Dan yang terpenting, apa dampak yang dirasakan oleh konsumen?
AI + IoT = Masa Depan
Internet of Things adalah konsep komputasi ketika obyek/perangkat sehari-hari dapat terhubung ke internet dan mampu mengidentifikasi diri ke perangkat lain. Perangkat-perangkat itu dibenamkan sensor-sensor untuk menghimpun data, seperti suhu, tekanan, atau suara.
Ketika sistem IoT dilebur dengan Artificial Intelligence, maka kemampuannya jadi jauh lebih canggih. Misalnya penggunaan teknologi AI deep learning dan computer vision untuk “melihat” dan “mengenali” obyek sekitar seperti orang, kendaraan, hingga manusia.
Berdasarkan data Canalys, sepanjang kuartal I 2020 Xiaomi mencatatkan pertumbuhan pengiriman smartphone sebesar 9% menjadi 30 juta unit. Lalu, mereka berhasil meraih peningkatan pemasukan dari produk-produk Internet of Things (IoT) dan gaya hidup sebesar 7,8%.
Saat ini, Xiaomi membangun platform IoT terbesar di dunia dengan lebih dari 252 juta perangkat pintar yang terhubung ke platformnya. Bagi Xiaomi, produk-produk IoT dengan banderol terjangkau akan menyumbang pendapatan tambahan selain smartphone. Namun, apa dampaknya ke konsumen?
Lei Jun saat itu mengatakan, strategi AIoT akan membawa Xiaomi menjadi “raja dari era serbapintar”. Tapi, banyak juga yang bingung. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan AIoT? Apa hubungannya dengan smartphone? Dan yang terpenting, apa dampak yang dirasakan oleh konsumen?
AI + IoT = Masa Depan
Internet of Things adalah konsep komputasi ketika obyek/perangkat sehari-hari dapat terhubung ke internet dan mampu mengidentifikasi diri ke perangkat lain. Perangkat-perangkat itu dibenamkan sensor-sensor untuk menghimpun data, seperti suhu, tekanan, atau suara.
Ketika sistem IoT dilebur dengan Artificial Intelligence, maka kemampuannya jadi jauh lebih canggih. Misalnya penggunaan teknologi AI deep learning dan computer vision untuk “melihat” dan “mengenali” obyek sekitar seperti orang, kendaraan, hingga manusia.
Berdasarkan data Canalys, sepanjang kuartal I 2020 Xiaomi mencatatkan pertumbuhan pengiriman smartphone sebesar 9% menjadi 30 juta unit. Lalu, mereka berhasil meraih peningkatan pemasukan dari produk-produk Internet of Things (IoT) dan gaya hidup sebesar 7,8%.
Saat ini, Xiaomi membangun platform IoT terbesar di dunia dengan lebih dari 252 juta perangkat pintar yang terhubung ke platformnya. Bagi Xiaomi, produk-produk IoT dengan banderol terjangkau akan menyumbang pendapatan tambahan selain smartphone. Namun, apa dampaknya ke konsumen?
tulis komentar anda