Wabah COVID-19 Membuat Investasi Divisi TI Makin Diperhitungkan
Kamis, 03 September 2020 - 03:09 WIB
Sebanyak 22% menggambarkan dampak terhadap karyawan mereka, termasuk signifikan -karyawan cuti panjang atau dirumahkan. Sementara 52% masih menganggap dampaknya termasuk moderat -adanya pengurangan sementara di beberapa fungsi, dan 19% menyatakan dampaknya rendah -sangat sedikit pekerjaan yang terkena dampak.
Di India (57%) dan Brazil (34%) COVID-19 disebut berdampak signifikan terhadap para karyawan. Sementara di Hong Kong (12%) dan Meksiko (10%) dampaknya kecil.
Ada 78% di pasar APAC mengatakan bahwa investasi dalam proyek jaringan telah ditunda atau melambat sejak kasus COVID-19 mulai merebak, dan 27% mengindikasikan bahwa proyek telah sepenunya dibatalkan.
Pembatalan proyek di seluruh pasar APAC terjadi paling tinggi di India (37%) dan terendah di Australia (17%). Angka ini sekaligus menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antarnegara di kawasan yang sama. Sementara 37% pengambil keputusan TI di bidang pendidikan dan 35% di perhotelan mengatakan mereka harus membatalkan investasi jaringan.
Masa Depan Tetap Cerah
Sebaliknya, rencana di masa depan ternyata agresif, di mana sebagian besar para pengambil keputusan TI justru berencana mempertahankan atau meningkatkan investasi jaringan mereka setelah COVID-19 berlalu. Hal ini dilakukan demi mendukung kebutuhan baru karyawan dan para pelanggan mereka.
Secara mengejutkan, 38% secara global akan meningkatkan investasi mereka dalam jaringan berbasis cloud, di mana 45% akan mempertahankan level yang sama dan 15% akan melakukan pengurangan. Wilayah APAC menjadi yang terdepan di mana 45% menyatakan akan meningkatkan investasi dalam jaringan berbasis cloud.
Di India, persentasenya bahkan mencapai 59%. Dengan solusi cloud yang memungkinkan pengelolaan jaringan dari jarak jauh dalam skala besar, ini sangat menarik bagi tim TI ketika infrastruktur on-premise terasa sudah tak mungkin dipakai lagi atau terlalu banyak hambatannya.
ITDM juga mencari tool yang lebih baik untuk monitoring dan memperoleh insight dari jaringan. Sebanyak 34% berencana untuk meningkatkan investasi mereka dalam analytic and assurance, 48% akan mempertahankan tingkat investasi mereka dan 15% akan menguranginya.
Hal ini memungkinkan organisasi TI untuk melakukan troubleshooting dan penyempurnaan jaringan secara lebih efisien, karena kebutuhan untuk hal semacam itu makin meningkat dipicu oleh tenaga kerja yang semakin tersebar.
Di India (57%) dan Brazil (34%) COVID-19 disebut berdampak signifikan terhadap para karyawan. Sementara di Hong Kong (12%) dan Meksiko (10%) dampaknya kecil.
Ada 78% di pasar APAC mengatakan bahwa investasi dalam proyek jaringan telah ditunda atau melambat sejak kasus COVID-19 mulai merebak, dan 27% mengindikasikan bahwa proyek telah sepenunya dibatalkan.
Pembatalan proyek di seluruh pasar APAC terjadi paling tinggi di India (37%) dan terendah di Australia (17%). Angka ini sekaligus menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antarnegara di kawasan yang sama. Sementara 37% pengambil keputusan TI di bidang pendidikan dan 35% di perhotelan mengatakan mereka harus membatalkan investasi jaringan.
Masa Depan Tetap Cerah
Sebaliknya, rencana di masa depan ternyata agresif, di mana sebagian besar para pengambil keputusan TI justru berencana mempertahankan atau meningkatkan investasi jaringan mereka setelah COVID-19 berlalu. Hal ini dilakukan demi mendukung kebutuhan baru karyawan dan para pelanggan mereka.
Secara mengejutkan, 38% secara global akan meningkatkan investasi mereka dalam jaringan berbasis cloud, di mana 45% akan mempertahankan level yang sama dan 15% akan melakukan pengurangan. Wilayah APAC menjadi yang terdepan di mana 45% menyatakan akan meningkatkan investasi dalam jaringan berbasis cloud.
Di India, persentasenya bahkan mencapai 59%. Dengan solusi cloud yang memungkinkan pengelolaan jaringan dari jarak jauh dalam skala besar, ini sangat menarik bagi tim TI ketika infrastruktur on-premise terasa sudah tak mungkin dipakai lagi atau terlalu banyak hambatannya.
ITDM juga mencari tool yang lebih baik untuk monitoring dan memperoleh insight dari jaringan. Sebanyak 34% berencana untuk meningkatkan investasi mereka dalam analytic and assurance, 48% akan mempertahankan tingkat investasi mereka dan 15% akan menguranginya.
Hal ini memungkinkan organisasi TI untuk melakukan troubleshooting dan penyempurnaan jaringan secara lebih efisien, karena kebutuhan untuk hal semacam itu makin meningkat dipicu oleh tenaga kerja yang semakin tersebar.
tulis komentar anda