Bagaimana Bos Telegram Pavel Durov Meraih Kekayaan hingga Rp150 Triliun?

Sabtu, 31 Agustus 2024 - 06:35 WIB
Menyadari hal ini sebagai celah besar dalam privasi data, ia, bersama dengan saudaranya, mulai mengembangkan MTProto – protokol enkripsi yang sangat aman khusus untuk layanan pesan instan. MTProto kemudian menjadi protokol enkripsi inti untuk Telegram.

Telegram secara resmi diluncurkan pada Agustus 2013 sebagai aplikasi perpesanan instan open-source berbasis cloud dengan enkripsi end-to-end yang sangat aman. Telegram menonjol dari para pesaingnya dengan memprioritaskan privasi data sebagai nilai intinya.

Bahkan, untuk membuat pengembangan dan pengoperasian aplikasi independen dan bebas dari pengaruh pemerintah atau eksternal, usaha ini sebagian besar didanai oleh Pavel sendiri. Perusahaan ini juga mengumpulkan hampir USD2,7 miliar dalam pendanaan di dua putaran pendanaan ventura dan utang pra-IPO.

Putaran pendanaan terbaru diselenggarakan pada Maret 2021 di mana perusahaan menerima lebih dari USD1 miliar dalam pendanaan dengan Mubadala dan Abu Dhabi CP sebagai investor utama.

Model Pendapatan Telegram

Karena Telegram tidak percaya untuk membagikan data pengguna dalam keadaan apa pun, Telegram tidak menjalankan iklan atau promosi apa pun. Hingga 2021, Telegram menghasilkan pendapatan hanya berdasarkan miliaran dolar donasi pengguna.

Namun, pada November 2021, Telegram merilis layanan periklanannya di mana perusahaan dapat membagikan pesan bersponsor di seluruh saluran publik dengan setidaknya 1000 pelanggan. Iklan ini berbasis konteks dan layanan ini tidak menggunakan bentuk penambangan data apa pun untuk menampilkannya.

Popularitas dan Kritik

Telegram dengan cepat mendapatkan popularitas utama karena etos anti-otoriternya dengan sangat memperhatikan privasi data. Hanya setahun setelah peluncurannya, aplikasi ini telah berhasil mengumpulkan lebih dari 35 juta pengguna di seluruh dunia. Selama beberapa tahun berikutnya pengembangannya, Telegram terus menambahkan beberapa fitur seperti panggilan suara terenkripsi, pemutar media, dan pesan rahasia.

Pada Februari 2016, Telegram telah melewati tonggak 100 juta pendaftaran pengguna. Pada April 2020, jumlah itu melonjak menjadi 400 juta meskipun dilarang baik sementara maupun permanen di negara-negara seperti Rusia, Iran, dan China.

Namun, aplikasi ini telah menghadapi beberapa kritik karena mengizinkan pengguna untuk berbagi media hingga 2 GB yang telah menyebabkan penyebaran konten berhak cipta dan ekstremis yang tidak diatur.

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More