Penanganan Bencana Dadakan Butuh Solusi Teknologi Terintegrasi

Kamis, 13 Agustus 2020 - 03:01 WIB
Penggunaan teknologi adalah multiplier pertama yang membuat penanganan medis menjadi lebih efisien dan lebih baik saat bencana masif datang tiba-tiba. Foto/Muh Iqbal/SINDOnews/Capture
JAKARTA - Ada satu pelajaran yang dapat ditarik dari pandemik COVID-19 di dunia, bahkan di Indonesia. Pelajaran itu adalah, musibah ini menjadi pengingat bahwa masih ada krisis kesehatan masyarakat yang tidak dapat diprediksi atau dikendalikan oleh manusia. (Baca juga: Jika Uji Klinis Vaksin Sinovac Gagal, Ini Langkah Bio Farma )

"Bencana itu (virus Corona) datang tanpa aba-aba. COVID-19 bukan yang pertama, juga bukan yang terakhir. Ini membutuhkan komitmen sumber daya dan perawatan kesehatan skala besar dan jangka panjang," kata James Woo APAC Healthcare Practice Lead untuk Zebra saat menjelaskan solusi berteknologi tinggi untuk mengantisipasi musibah, khususnya kesehatan, yang bisa datang secara tiba-tiba.



Woo mengingatkan, COVID-19 bukan satu-satunya kejadian luar biasa yang menantang sistem healthcare dunia atau rantai pasokan di seluruh dunia saat ini. Indonesia sendiri tercatat sebagai negara besar dengan ribuan pulau yang masih banyak ditutupi hutan hujan. "Ini mengindikasikan masih ada berbagai penyakit seperti malaria, dengue, termasuk bencana alam karena posisi geografisnya. Lalu Maret lalu, COVID-19 terjadi di sini dan angka confirmed case-nya terus bertambah," ujarnya.

Di sinilah pentingnya kecukupan critical care space atau tempat tidur di ICU. Sebab, pasien COVID-19 itu sangat membutuhkan penanganan, khususnya ketika mereka mengalami gangguan pernafasan. Jadi kalau sebuah negara tidak siap dan tiba-tiba banyak pasien merangsek ke rumah sakit, tak peduli itu confirmed atau belum confirmed, itu akan menyulitkan dan merepotkan para dokter dan perawat.



Penggunaan teknologi adalah multiplier pertama yang membuat penanganan medis menjadi lebih efisien dan lebih baik. Teknologi bisa mempermudah komunikasi antara dokter maupun antara dokter dan perawat tanpa harus berpindah tempat dari poin A ke poin B lalu ke poin C dan sebagainya.



Dijelaskan Woo, COVID-19 dan berbagai bencana alam memaksa kita mengadopsi teknologi dengan lebih cepat, terutama teknologi seperti telemedicine. Saat pandemik, banyak pasien datang, jumlahnya tiga kali lipat, empat kali lipat dari biasanya. Imbasnya terjadi kekurangan peralatan ICU, kekurangan ventilator.

"Padahal ada banyak pasien yang mesti ditenangkan, diselamatkan, tapi medical supply kurang karena memang jumlahnya tak cukup. Kalau inventory alat-alat dan medical supply tak dikelola dengan baik, bisa membahayakan nyawa pasien. Pada masa pandemik ini keterbatasan suplai telah mengguncang seluruh dunia sehingga ada negara yang harus memproduksinya di negara lain," paapr Woo.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More