Persaingan di Social Commerce Semakin Sengit, UMKM Harus Punya Skill Digital

Jum'at, 15 September 2023 - 20:24 WIB
Persaingan di social commerce menuntut UMKM harus melakukan upgrade diri agar tidak tertinggal. Foto: Sindonews/Tangguh Yudha
JAKARTA - Kehadiran social commerce seperti TikTok Shop dinilai sejumlah pihak dapat menggerus eksistensi UMKM. Namun, Ketua Umum Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura menyebut bahwa hal itu tidak sepenuhnya benar.

Dalam talkshow bertajuk "Dampak Social Commerce pada UMKM di Indonesia", Jumat (15/9), Tesar mengungkap bahwa yang dibutuhkan para pedagang agar tetap bisa bersaing di era ini adalah skill digital.

Ia mengatakan, pedagang perlu meliterasi diri mereka sendiri untuk bisa melek teknologi. Ini karena sekarang masyarakat lebih aktif di dunia digital dalam melakukan banyak hal, mulai mencari hiburan, hingga berkomunikasi lewat media sosial.



“Masalah persaingan dagang , pada dasarnya sama saja dari zaman nabi Adam. Harus ada skill. Memang perlu diliterasi terutama UMKM yang baby boomers. Karena tentu saja milenial lebih melek teknologi. Jadi salah jika bertempur tanpa peralatan yang memadai," kata Tesar.

Lebih lanjut, Tesar juga meminta Pemerintah uuntuk ikut membantu mendorong literasi digital di tengah masyarakat. Ia bahkan tak segan menyolek Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk terus melakukan edukasi secara aktif.

“Ini menjadi pekerjaan rumah bersama untuk dilakukan secara gerilya karena social commerce ini adalah inovasi. Ketika dilarang, sama saja menantang

alam. Tapi memang harus diregulasi dan dilakukan studi secara terperinci agar kebijakan yang dihasilkan adil," pungkasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh salah satu seller di social commerce, Andre Oktavianus, pemilik jenama Kiminori Kids, yang sukses menjalankan bisnis pakaian anak.

Menurutnya diperlukan tekad yang kuat dan kemauan untuk terus belajar agar bisa bersaing di tengah perkembangan zaman. “Yang penting ada niat belajar. Pelan-pelan step by step belajar. Mulai mengulik bagaimana caranya ngelive sampai mempelajari bagaimana berinteraksi dengan audiens. Harus kuat hati juga. Saya awal live streaming 3 jam setiap hari sampai suara habis tidak ada yang nonton. Tapi terus coba sampai dua bulan semakin banyak pembeli," tuturnya.



Untuk diketahui, Andre sendiri telah bergabung dengan social commerce TikTok Shop sejak tahun 2022 lalu. Penghasilannya melonjak drastis dibanding saat ia berjualan secara offline. Ia bahkan menyebut produknya telah terjual hingga ke seluruh Indonesia dengan dominasi penjualan di pulau Jawa dan Sumatera.
(dan)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More