TikTok dan Connective Action: Bima Effect di Viral Jalan Rusak Lampung
Minggu, 11 Juni 2023 - 15:45 WIB
Tipologi ketiga adalah organizationally- enabled action. Tipologi ini merupakan gabungan antara logika collective action dan connective action (hybrid).
Dalam tipe ketiga, organisasi formal tidak memiliki peran utama dalam gerakan, sehingga tipe ini memiliki tindakan organisasi yang lebih longgar. Kelompok berperan sebagai ‘aktor di belakang panggung’ dalam mobilisasi sumber daya, alih-alih menggunakan pendekatan secara hierarkis komando.
Organisasi pada jenis ini utamanya memanfaatkan media sosial untuk membantu individu mengembangkan rasa komunitas mereka. Media sosial berperan untuk memperluas network dengan kelompok lainnya.
Aksi protes Bima yang diunggah di akun pribadinya merupakan upaya individu yang bergerak sendiri-sendiri, bersifat volunter dan sukarela. Keluhan dan sindiran Bima muncul sebagai bentuk kemarahan dan keprihatinan akibat buruknya infrastruktur jalan di tempat tinggalnya.
Sementara partisipasi pengguna lainnya dalam merespon unggahan Bima juga merupakan tindakan individu, dilakukan tanpa perlu menjadi anggota suatu organisasi.
Aktivisme bersifat cair, fleksibel, dan tidak mengikat karena dilakukan secara personal, tetapi terkoneksi satu sama lain oleh kepedulian bersama atas isu rusaknya jalan di Lampung.
Jungherr (2015) menjelaskan sebuah isu atau topik yang diperbincangkan di media sosial tidak hadir dengan sendirinya, namun terdapat individu atau kelompok yang menjadikan isu tersebut sebagai percakapan di ruang digital untuk menarik perhatian publik. Kata kunci perhatian menjadi hal utama di media sosial.
Seseorang atau kelompok dinilai berhasil apabila ia atau mereka berhasil menjadi sorotan atau pusat perhatian dan selanjutnya mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan suatu tindakan tertentu atau ikut menyebarkan luaskan suatu isu sehingga menjadi viral atau bahan perbincangan.
Dalam konteks ini, tindakan Bima menjadi viral karena mampu menarik perhatian publik dan kemudian diikuti dengan unggahan ulang dari pengguna media sosial lain terhadap konten Bima dan juga unggahan dari pengguna media sosial terkait kondisi jalan di Lampung. Bahkan viralnya konten Bima membuat Presiden Joko Widodo melihat langsung kondisi jalan di Lampung.
Gerakan sosial di dunia internet, penyebaran pesan tidak dilakukan secara hirarkis oleh organisasi, tetapi memanfaatkan jaringan internet dan media sosial. Jejaring komunikasi menjadi inti pengorganisasian dalam ruang digital, menggantikan peran hierarki pimpinan dan keanggotaan.
Dalam tipe ketiga, organisasi formal tidak memiliki peran utama dalam gerakan, sehingga tipe ini memiliki tindakan organisasi yang lebih longgar. Kelompok berperan sebagai ‘aktor di belakang panggung’ dalam mobilisasi sumber daya, alih-alih menggunakan pendekatan secara hierarkis komando.
Organisasi pada jenis ini utamanya memanfaatkan media sosial untuk membantu individu mengembangkan rasa komunitas mereka. Media sosial berperan untuk memperluas network dengan kelompok lainnya.
Aksi protes Bima yang diunggah di akun pribadinya merupakan upaya individu yang bergerak sendiri-sendiri, bersifat volunter dan sukarela. Keluhan dan sindiran Bima muncul sebagai bentuk kemarahan dan keprihatinan akibat buruknya infrastruktur jalan di tempat tinggalnya.
Sementara partisipasi pengguna lainnya dalam merespon unggahan Bima juga merupakan tindakan individu, dilakukan tanpa perlu menjadi anggota suatu organisasi.
Aktivisme bersifat cair, fleksibel, dan tidak mengikat karena dilakukan secara personal, tetapi terkoneksi satu sama lain oleh kepedulian bersama atas isu rusaknya jalan di Lampung.
Jungherr (2015) menjelaskan sebuah isu atau topik yang diperbincangkan di media sosial tidak hadir dengan sendirinya, namun terdapat individu atau kelompok yang menjadikan isu tersebut sebagai percakapan di ruang digital untuk menarik perhatian publik. Kata kunci perhatian menjadi hal utama di media sosial.
Seseorang atau kelompok dinilai berhasil apabila ia atau mereka berhasil menjadi sorotan atau pusat perhatian dan selanjutnya mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan suatu tindakan tertentu atau ikut menyebarkan luaskan suatu isu sehingga menjadi viral atau bahan perbincangan.
Dalam konteks ini, tindakan Bima menjadi viral karena mampu menarik perhatian publik dan kemudian diikuti dengan unggahan ulang dari pengguna media sosial lain terhadap konten Bima dan juga unggahan dari pengguna media sosial terkait kondisi jalan di Lampung. Bahkan viralnya konten Bima membuat Presiden Joko Widodo melihat langsung kondisi jalan di Lampung.
Gerakan sosial di dunia internet, penyebaran pesan tidak dilakukan secara hirarkis oleh organisasi, tetapi memanfaatkan jaringan internet dan media sosial. Jejaring komunikasi menjadi inti pengorganisasian dalam ruang digital, menggantikan peran hierarki pimpinan dan keanggotaan.
tulis komentar anda