Jangkau Semua Wilayah di Indonesia, SPL dan Protelindo Siapkan Teknologi HAPS
Senin, 06 Februari 2023 - 14:53 WIB
JAKARTA - Stratospheric Platforms Limited (SPL) telah menerima pendanaan dari PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (PROTELINDO).
Dengan pendanaan ini SPL berharap dapat menyediakan jaringan telekomunikasi dengan bandwidth tinggi menggunakan High Altitude Platforms (HAPS) bertenaga hidrogen yang dipancarkan oleh pesawat tak berawak milik SPL.
Kemitraan strategis dan investasi ini menjadi langkah awal bagi SPL (bersama-sama dengan Protelindo) untuk menjajaki pengembangan teknologi HAPS yang terdepan dan inovatif dalam menghadirkan jaringan telekomunikasi yang mampu menjawab tantangan topografi Indonesia.
Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 1,9 juta km2 daratan. Topografi Indonesia yang kompleks, meliputi pegunungan dan laut lepas, memiliki tantangan tersendiri bagi ketersediaan jangkauan telekomunikasi yang handal.
"Kami senang dapat bekerja sama dengan PROTELINDO dalam pengembangan teknologi stratosfer 5G milik kami dan rencana produksi pesawat HAPS bertenaga hidrogen serta penyediaan layanan telekomunikasi menyeluruh (full services)," ujar CEO SPL Richard Deakin dalam keterangan persnya di Jakarta Senin (6/2/2023).
Teknologi HAPS milik SPL diyakini mampu memberikan jangkauan langsung kepada pengguna lebih dari 15.000 km2 dengan kecepatan konektivitas hingga 200 Mbps. Teknologi HAPS ini juga dapat menawarkan integrasi tanpa batas dengan jaringan terestrial dan operator menara, kompatibilitas 5G, dan konektivitas di semua iklim, kondisi, dan topografi.
"Kami percaya pesawat HAPS milik SPL dapat berfungsi sebagai "tower in the sky" khususnya untuk area dengan tantangan jangkauan telekomunikasi," kata Ferdinandus Aming Santoso, CEO PROTELINDO Group.
Teknologi “last mile connectivity” (dimana saja dan kapan saja) milik SPL ini tidak mensyaratkan belanja modal yang besar dalam penyediaan infrastruktur yang inovatif, berpotensi cepat diimplementasikan serta ramah lingkungan.
"Teknologi HAPS ini sejalan dengan kebutuhan telekomunikasi dan konektivitas saat ini, baik di negara maju maupun berkembang." tutup Ferdinandus Aming Santoso.
Dengan pendanaan ini SPL berharap dapat menyediakan jaringan telekomunikasi dengan bandwidth tinggi menggunakan High Altitude Platforms (HAPS) bertenaga hidrogen yang dipancarkan oleh pesawat tak berawak milik SPL.
Kemitraan strategis dan investasi ini menjadi langkah awal bagi SPL (bersama-sama dengan Protelindo) untuk menjajaki pengembangan teknologi HAPS yang terdepan dan inovatif dalam menghadirkan jaringan telekomunikasi yang mampu menjawab tantangan topografi Indonesia.
Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan 1,9 juta km2 daratan. Topografi Indonesia yang kompleks, meliputi pegunungan dan laut lepas, memiliki tantangan tersendiri bagi ketersediaan jangkauan telekomunikasi yang handal.
"Kami senang dapat bekerja sama dengan PROTELINDO dalam pengembangan teknologi stratosfer 5G milik kami dan rencana produksi pesawat HAPS bertenaga hidrogen serta penyediaan layanan telekomunikasi menyeluruh (full services)," ujar CEO SPL Richard Deakin dalam keterangan persnya di Jakarta Senin (6/2/2023).
Teknologi HAPS milik SPL diyakini mampu memberikan jangkauan langsung kepada pengguna lebih dari 15.000 km2 dengan kecepatan konektivitas hingga 200 Mbps. Teknologi HAPS ini juga dapat menawarkan integrasi tanpa batas dengan jaringan terestrial dan operator menara, kompatibilitas 5G, dan konektivitas di semua iklim, kondisi, dan topografi.
"Kami percaya pesawat HAPS milik SPL dapat berfungsi sebagai "tower in the sky" khususnya untuk area dengan tantangan jangkauan telekomunikasi," kata Ferdinandus Aming Santoso, CEO PROTELINDO Group.
Teknologi “last mile connectivity” (dimana saja dan kapan saja) milik SPL ini tidak mensyaratkan belanja modal yang besar dalam penyediaan infrastruktur yang inovatif, berpotensi cepat diimplementasikan serta ramah lingkungan.
"Teknologi HAPS ini sejalan dengan kebutuhan telekomunikasi dan konektivitas saat ini, baik di negara maju maupun berkembang." tutup Ferdinandus Aming Santoso.
(wbs)
tulis komentar anda