Kecolongan! Data Pelanggan AT&T Tersebar di Dark Web, Ini Dampaknya!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Operator telekomunikasi terbesar di Amerika, AT&T, mengaku kecolongan. Sebab, ada data mentah pelanggan mereka yang dirilis di “dark web”. Padahal, mereka sendiri tidak mendapati adanya kebocoran data.
Data pelanggan tersebut dijual di “dark web” sekitar 2 pekan lalu. Operator dengan 241 juta pelanggan tersebut mengatakan bahwa dampaknya sudah mulai dirasakan oleh sekitar 7,6 juta pemegang akun serta 65,4 juta mantan pemegang akun.
Ini berdasarkan analisis awal perusahaan terhadap insiden tersebut.
Menurut AT&T, data tersebut berasal dari 2019 atau sebelumnya. Dari audit internal, mereka sendiri tidak memiliki bukti akses tidak sah ke sistem perusahaan sebagai akibat dari insiden tersebut. Artinya, tidak ada serangan dari penjahat siber yang mengakibatkan kebocoran data.
Mereka sedang menyelidiki, apakah data yang bocor itu memang berasal dari AT&T, atau sebaliknya dari salah satu vendor mereka.
Kepada Reuters, AT&T juga menyebut bahwa insiden tersebut tidak memiliki dampak material terhadap operasi perusahaan.
Mereka mengatakan sedang menghubungi pihak-pihak yang terkena dampak dan akan menawarkan pemantauan kredit jika diperlukan.
AT&T sendiri merilis ulang pengaturan kata sandi akun pelanggan setelah adanya kebocoran, seperti dilaporkan TechCrunch, Sabtu (30/3). AT&T tidak segera menanggapi permintaan Reuters untuk komentar lebih lanjut.
Jaringan 5G operator nirkabel ini mencakup sekitar 290 juta orang di seluruh Amerika Serikat.
Pada Februari 2024, AT&T mengalami pemadaman yang membuat panggilan terganggu dan pesan teks untuk ribuan pengguna AS. Bahkan hingga memicu penyelidikanfederal.
Data pelanggan tersebut dijual di “dark web” sekitar 2 pekan lalu. Operator dengan 241 juta pelanggan tersebut mengatakan bahwa dampaknya sudah mulai dirasakan oleh sekitar 7,6 juta pemegang akun serta 65,4 juta mantan pemegang akun.
Ini berdasarkan analisis awal perusahaan terhadap insiden tersebut.
Menurut AT&T, data tersebut berasal dari 2019 atau sebelumnya. Dari audit internal, mereka sendiri tidak memiliki bukti akses tidak sah ke sistem perusahaan sebagai akibat dari insiden tersebut. Artinya, tidak ada serangan dari penjahat siber yang mengakibatkan kebocoran data.
Mereka sedang menyelidiki, apakah data yang bocor itu memang berasal dari AT&T, atau sebaliknya dari salah satu vendor mereka.
Kepada Reuters, AT&T juga menyebut bahwa insiden tersebut tidak memiliki dampak material terhadap operasi perusahaan.
Mereka mengatakan sedang menghubungi pihak-pihak yang terkena dampak dan akan menawarkan pemantauan kredit jika diperlukan.
AT&T sendiri merilis ulang pengaturan kata sandi akun pelanggan setelah adanya kebocoran, seperti dilaporkan TechCrunch, Sabtu (30/3). AT&T tidak segera menanggapi permintaan Reuters untuk komentar lebih lanjut.
Jaringan 5G operator nirkabel ini mencakup sekitar 290 juta orang di seluruh Amerika Serikat.
Pada Februari 2024, AT&T mengalami pemadaman yang membuat panggilan terganggu dan pesan teks untuk ribuan pengguna AS. Bahkan hingga memicu penyelidikanfederal.
(dan)