Dosa Blackberry pada Pasar Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Pangsa pasar BlackBerry Ltd yang akhir-akhir ini runtuh di Indonesia karena perusahaan asal Kanada itu melakukan beberapa kesalahan.
Dilansir dari TheGlobalandMail, Senin (10/11/2014), hal tersebut disampaikan Mantan Country Head BlackBerry Indonesia, Andy Cobham.
Menurutnya, ada tiga hal penyebab runtuhnya pangsa pasar Blackberry di Indonesia, yakni persaingan yang ketat, memudarnya atau tidak berkembang pesat karena salah langkah strategis, dan gesekan-gesekan dalam perusahaan yang berpusat di Ontario, Kanada.
Cobham menuturkan, perusahaan asal Kanda tersebut masih bergantung atas segala keputusan yang diambil dari kantor pusatnya di Waterloo, Kanada.
"BlackBerry produk kelas dunia, Waterloo hanya salah dalam mengurusinya," tutur Cobham di sebuah mall mewah di Jakarta, di mana dia sekarang bekerja untuk sebuah konsultan bisnis.
"Mereka perusahaan di Waterloo itu bukan pemain kelas global, mereka hanya kota kecil," tandasnya.
Cobham melanjutkan, BlackBerry juga menolak mengubah materi pemasaran ke dalam bahasa Indonesia, alasannya perusahaan tidak mau melanggar hak cipta.
Kesalahan lainnya, dia berkomentar mengenai mantan CEO BlackBerry, Thorsten Heins. Dalam masa jabatannya, Blackberry berencana akan keluar dari pasar konsumen dan berfokus pada korporasi perusahaan di Indonesia, karena mayoritas pelanggan adalah konsumen.
"Kami mencoba untuk memberitahu mereka bagaimana untuk menjalankan bisnis mereka. Dia juga mengatakan, perusahaan tidak mempromosikan secara lokal, dan bahwa ia kehilangan beberapa karyawan Indonesia yang produktif sehingga menjadi frustrasi," pungkasnya
Dilansir dari TheGlobalandMail, Senin (10/11/2014), hal tersebut disampaikan Mantan Country Head BlackBerry Indonesia, Andy Cobham.
Menurutnya, ada tiga hal penyebab runtuhnya pangsa pasar Blackberry di Indonesia, yakni persaingan yang ketat, memudarnya atau tidak berkembang pesat karena salah langkah strategis, dan gesekan-gesekan dalam perusahaan yang berpusat di Ontario, Kanada.
Cobham menuturkan, perusahaan asal Kanda tersebut masih bergantung atas segala keputusan yang diambil dari kantor pusatnya di Waterloo, Kanada.
"BlackBerry produk kelas dunia, Waterloo hanya salah dalam mengurusinya," tutur Cobham di sebuah mall mewah di Jakarta, di mana dia sekarang bekerja untuk sebuah konsultan bisnis.
"Mereka perusahaan di Waterloo itu bukan pemain kelas global, mereka hanya kota kecil," tandasnya.
Cobham melanjutkan, BlackBerry juga menolak mengubah materi pemasaran ke dalam bahasa Indonesia, alasannya perusahaan tidak mau melanggar hak cipta.
Kesalahan lainnya, dia berkomentar mengenai mantan CEO BlackBerry, Thorsten Heins. Dalam masa jabatannya, Blackberry berencana akan keluar dari pasar konsumen dan berfokus pada korporasi perusahaan di Indonesia, karena mayoritas pelanggan adalah konsumen.
"Kami mencoba untuk memberitahu mereka bagaimana untuk menjalankan bisnis mereka. Dia juga mengatakan, perusahaan tidak mempromosikan secara lokal, dan bahwa ia kehilangan beberapa karyawan Indonesia yang produktif sehingga menjadi frustrasi," pungkasnya
(dyt)