Teknologi Kamera di Ponsel Memudahkan Aktivitas Memotret
A
A
A
KAMERA ponsel yang ada saat ini sudah begitu bagus kualitasnya, hingga pengguna merasa tidak perlu lagi membawa-bawa kamera saku. DSLR, jelas pula bukan pilihan.
Tidak banyak yang ingin membawa sebuah tas terpisah hanya untuk kamera dan lensa-lensanya yang memberatkan. Konsumen saat ini ingin kepraktisan, dan ponsel memberikan hal itu. Dengan artificial intelligence di kamera, tidak perlu lagi melakukan berbagai setting untuk berbagai kondisi.
Chip di ponsel yang melakukannya. Ketika memotret langit, kamera akan menyesuaikan objek langit dengan berfokus pada warna biru. Begitu pun ketika memotret makanan, hewan peliharaan, bangunan, dan seterusnya.
Dalam lima tahun terakhir perkembangan kamera di ponsel bergerak sangat cepat dan sangat drastis. Ketika desain dan performa ponsel tidak terlalu berkembang pesat, kamera di ponsel menjadi ruang inovasi baru bagi pabrikan.
Dan yang menarik, masing-masing punya caranya sendiri yang berbeda satu sama lain. Ada yang berfokus pada lensa superlebar. Ada juga yang fokus di kondisi pencahayaan rendah. Belakangan, juga ada yang mengedepankan fitur zooming seolah-olah sedang memegang lensa tele.
Nah yang terjadi, pengguna seperti sedang memegang DSLR mahal di genggaman tangannya. Padahal, ponsel berkamera pertama baru dirilis pada 2000, hanya mampu menyimpan 20 foto dengan resolusi 0.11 hingga 0.35 MP. Dalam beberapa tahun kemudian, inovasi mobile photography berkembang begitu cepat.
Hingga ada fitur-fitur baru seperti flash, self timer, pinch to zoom , filter (hitam putih hingga sephia), dan terus dipuji dengan kehadiran media sosial seperti Instagram .
Pada 2010 ke atas, teknologi modern di kamera ponsel semakin terlihat lewat adanya kemampuan merekam video, layar sentuh, foto panoramik, serta software yang mampu melakukan editing gambar di kamera.
Saat ini sangat susah untuk membedakan mana foto yang diambil di kamera ponsel, atau DSLR atau kamera saku. Dengan kualitas yang sangat baik, ditunjang software editing mumpuni, kualitas foto di kamera sangat bisa lebih baik dibandingkan perangkat lainnya. (Danang Arradian)
Tidak banyak yang ingin membawa sebuah tas terpisah hanya untuk kamera dan lensa-lensanya yang memberatkan. Konsumen saat ini ingin kepraktisan, dan ponsel memberikan hal itu. Dengan artificial intelligence di kamera, tidak perlu lagi melakukan berbagai setting untuk berbagai kondisi.
Chip di ponsel yang melakukannya. Ketika memotret langit, kamera akan menyesuaikan objek langit dengan berfokus pada warna biru. Begitu pun ketika memotret makanan, hewan peliharaan, bangunan, dan seterusnya.
Dalam lima tahun terakhir perkembangan kamera di ponsel bergerak sangat cepat dan sangat drastis. Ketika desain dan performa ponsel tidak terlalu berkembang pesat, kamera di ponsel menjadi ruang inovasi baru bagi pabrikan.
Dan yang menarik, masing-masing punya caranya sendiri yang berbeda satu sama lain. Ada yang berfokus pada lensa superlebar. Ada juga yang fokus di kondisi pencahayaan rendah. Belakangan, juga ada yang mengedepankan fitur zooming seolah-olah sedang memegang lensa tele.
Nah yang terjadi, pengguna seperti sedang memegang DSLR mahal di genggaman tangannya. Padahal, ponsel berkamera pertama baru dirilis pada 2000, hanya mampu menyimpan 20 foto dengan resolusi 0.11 hingga 0.35 MP. Dalam beberapa tahun kemudian, inovasi mobile photography berkembang begitu cepat.
Hingga ada fitur-fitur baru seperti flash, self timer, pinch to zoom , filter (hitam putih hingga sephia), dan terus dipuji dengan kehadiran media sosial seperti Instagram .
Pada 2010 ke atas, teknologi modern di kamera ponsel semakin terlihat lewat adanya kemampuan merekam video, layar sentuh, foto panoramik, serta software yang mampu melakukan editing gambar di kamera.
Saat ini sangat susah untuk membedakan mana foto yang diambil di kamera ponsel, atau DSLR atau kamera saku. Dengan kualitas yang sangat baik, ditunjang software editing mumpuni, kualitas foto di kamera sangat bisa lebih baik dibandingkan perangkat lainnya. (Danang Arradian)
(nfl)