Ini Bos Baru Gojek di Vietnam, Bisakah Saingi Dominasi Grab?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gojek merestrukturisasi unit bisnis mereka di Vietnam. Pucuk baru kepemimpinan Gojek Vietnam kini dipegang oleh Sumit Rathor, yang menjabat sebagai General Manager Gojek di Vietnam.
Sebelumnya, Sumit telah pengalaman lebih dari 20 tahun dalam bidang strategi, operasional, dan keuangan. Ia bergabung ke Gojek pada 2019 sebagai Regional Head Gojek Indonesia, mengelola wilayah Jawa Timur dan Bali.
Lalu, Sumit pindah ke Vietnam pada 2022 untuk memimpin divisi Merchant, Marketing dan Strategi.
Sumit menggantikan peran Duc Phung, co-founder dan General Manager Gojek Vietnam sejak 2020, yang memutuskan mencari tantangan baru di luar organisasi.
Direktur Grup GoTo dan Head of Food and Indonesia Sales & Ops Gojek Catherine Hindra Sutjahyo berharap di 2023 akan jadi babak baru bisnis Gojek di Vietnam.
“Pengalaman Sumit beragam, didukung rekam jejak yang terbukti dalam mengelola pasar global dan regional, menjadikan Sumit kandidat ideal untuk mengarahkan Gojek Vietnam ke fase selanjutnya,” ungkapnya.
Sumit sendiri menyebut Vietnam sebagai pasar penting dan dinamis bagi Gojek. “Strategi kami adalah pemahaman hyperlocal yang mendalam untuk membangun bisnis yang kuat,” katanya.
Gojek masuk ke Vietnam sejak 2018 silam. Beberapa layanan yang tersedia, antara lain Go-Ride, Go-Food, dan Go-Send.
Pasar ride-hailing di Vietnam dianggap gurih, diprediksi mencapai USD 4 miliar (Rp 60 triliun) pada 2025. Karena itu banyak perusahaan yang mencoba masuk.
Untuk pasar car-hailing misalnya, sudah ramai sekali sejak 2014. Mencapai 20 pemain. Bahkan, ada 90.000 taksi yang bergabung dalam platform ride hailing.
Pesaing terberat Gojek adalah Grab, yang sudah terlebih dulu hadir. Bahkan, Grab mendominasi pasar Vietnam.
Menurut data dari Statista, sayangnya Gojek belum termasuk dalam 5 besar. Urutan penyedia ride hailing terbesar di Vietnam, antara lain Grab (66 persen), Be Group (22 persen), FastGo (8 persen), MyGo (8 persen), Vato (4 persen), lain-lain termasuk Gojek(2persen).
Sebelumnya, Sumit telah pengalaman lebih dari 20 tahun dalam bidang strategi, operasional, dan keuangan. Ia bergabung ke Gojek pada 2019 sebagai Regional Head Gojek Indonesia, mengelola wilayah Jawa Timur dan Bali.
Lalu, Sumit pindah ke Vietnam pada 2022 untuk memimpin divisi Merchant, Marketing dan Strategi.
Sumit menggantikan peran Duc Phung, co-founder dan General Manager Gojek Vietnam sejak 2020, yang memutuskan mencari tantangan baru di luar organisasi.
Direktur Grup GoTo dan Head of Food and Indonesia Sales & Ops Gojek Catherine Hindra Sutjahyo berharap di 2023 akan jadi babak baru bisnis Gojek di Vietnam.
“Pengalaman Sumit beragam, didukung rekam jejak yang terbukti dalam mengelola pasar global dan regional, menjadikan Sumit kandidat ideal untuk mengarahkan Gojek Vietnam ke fase selanjutnya,” ungkapnya.
Sumit sendiri menyebut Vietnam sebagai pasar penting dan dinamis bagi Gojek. “Strategi kami adalah pemahaman hyperlocal yang mendalam untuk membangun bisnis yang kuat,” katanya.
Gojek masuk ke Vietnam sejak 2018 silam. Beberapa layanan yang tersedia, antara lain Go-Ride, Go-Food, dan Go-Send.
Pasar ride-hailing di Vietnam dianggap gurih, diprediksi mencapai USD 4 miliar (Rp 60 triliun) pada 2025. Karena itu banyak perusahaan yang mencoba masuk.
Untuk pasar car-hailing misalnya, sudah ramai sekali sejak 2014. Mencapai 20 pemain. Bahkan, ada 90.000 taksi yang bergabung dalam platform ride hailing.
Pesaing terberat Gojek adalah Grab, yang sudah terlebih dulu hadir. Bahkan, Grab mendominasi pasar Vietnam.
Menurut data dari Statista, sayangnya Gojek belum termasuk dalam 5 besar. Urutan penyedia ride hailing terbesar di Vietnam, antara lain Grab (66 persen), Be Group (22 persen), FastGo (8 persen), MyGo (8 persen), Vato (4 persen), lain-lain termasuk Gojek(2persen).
(dan)