Setelah Meta dan Twitter, Giliran Disney Bakal Lakukan PHK Massal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gelombang layoff atau PHK dari perusahaan-perusahaan Amerika terus bergulir. Setelah Twitter dan Meta, giliran Disney yang bakal melakukan pemecatan besar-besaran (PHK massal).
Lewat memo internal perusahaan, CEO Disney Bob Chapek mengisyaratkan pada sejumlah pimpinan divisa bahwa Disney akan memangkas biaya demi “mencapai profitabilitas Disney+ pada tahun fiskal 2024”.
Ada dua langkah yang dilakukan. Pertama, membatasi rekrutmen baru dan membekukan rekrutmen yang sedang berjalan. Kecuali untuk posisi-posisi kritis yang membuat bisnis berjalan.
Selain itu, Disney juga berencana bakal melakukan pengurangan staf untuk menghemat uang.
Tapi, sebenarnya bagaimana kondisi keuangan Disney saat ini? Ternyata memang pendapatan mereka lebih kecil dibandingkan kuartal sebelumnya.
Pelanggan Disney+ sendiri bertambah 12,1 juta di kuartal fiskal keempat perusahaan yang berakhir pada 1 Oktober.
Meski demikian, kerugian operasional perusahaan untuk layanan streaming melonjak dari USD800 juta (Rp12,4 triliun) menjadi USD1,5 miliar (Rp23 triliun).
Karena itu Disney berharap untuk terus mengurangi kerugian. Salah satu caranya adalah menaikkan harga layanan streaming, serta fitur iklan di Disney+.
Dalam memonya, Chapek juga menegaskan kembali bahwa dia "yakin dengan kemampuan [perusahaan] untuk mencapai target yang [telah] ditetapkan,".
Namun, Disney harus mengencangkan ikat pinggangnya sampai mencapaitujuannya.
Lewat memo internal perusahaan, CEO Disney Bob Chapek mengisyaratkan pada sejumlah pimpinan divisa bahwa Disney akan memangkas biaya demi “mencapai profitabilitas Disney+ pada tahun fiskal 2024”.
Ada dua langkah yang dilakukan. Pertama, membatasi rekrutmen baru dan membekukan rekrutmen yang sedang berjalan. Kecuali untuk posisi-posisi kritis yang membuat bisnis berjalan.
Selain itu, Disney juga berencana bakal melakukan pengurangan staf untuk menghemat uang.
Tapi, sebenarnya bagaimana kondisi keuangan Disney saat ini? Ternyata memang pendapatan mereka lebih kecil dibandingkan kuartal sebelumnya.
Pelanggan Disney+ sendiri bertambah 12,1 juta di kuartal fiskal keempat perusahaan yang berakhir pada 1 Oktober.
Meski demikian, kerugian operasional perusahaan untuk layanan streaming melonjak dari USD800 juta (Rp12,4 triliun) menjadi USD1,5 miliar (Rp23 triliun).
Karena itu Disney berharap untuk terus mengurangi kerugian. Salah satu caranya adalah menaikkan harga layanan streaming, serta fitur iklan di Disney+.
Dalam memonya, Chapek juga menegaskan kembali bahwa dia "yakin dengan kemampuan [perusahaan] untuk mencapai target yang [telah] ditetapkan,".
Namun, Disney harus mengencangkan ikat pinggangnya sampai mencapaitujuannya.
(dan)