Aplikasi Ojek Online yang Bangkrut di Indonesia, Ternyata Banyak Banget!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Aplikasi ojek online yang bangkrut di Indonesia penting diketahui. Faktanya, ketika awal Grab dan Gojek tumbuh cepat di Indonesia memang banyak perusahaan lain yang berupaya mengikuti.
Sayangnya, tidak semuanya memiliki fondasi yang kuat. Fondasi dalam hal uang, teknologi, sumber daya manusia, atau kemampuan membakar uang dengan diskon promosi dan cashback.
Bukan berarti bisa membuat aplikasi berbagi tumpangan (ride-hailing) dan kemampuan merekrut puluhan atau ratusan driver otomatis membuat perusahaan jadi sukses. Sebab, persaingan bisnis ride hailing ternyata sangat keras. Bahkan, perusahaan raksasa Amerika Uber pun tidak sanggup bersaing.
Sejak 2016, banyak sekali ojek online bertumbangan. Berikut beberapa ojek online yang tutup ataupun sudah tidak terdengar lagi:
Uber
Uber datang ke Indonesia saat aktif berekspansi. Tapi, akhirnya terpaksa angkat kaki dar Asia Tenggara. Pada 2018, mereka menjual seluruh bisnis pada Grab. Selanjutnya, mitra pengemudi Uber, baik UberMotor, UberX, maupun UberXL berpindah ke platform Grab. Atau bahkan Gojek.
Calljack
Calljack adalah aplikasi lokal Yogyakarta, dengan 2 opsi layanan yakni Calljack dan O’Jack. Layanan mereka sama dengan Gojek atau Grab, mulai perkiraan biaya, pembayaran deposit atau tunai, fitur tunggu, serta on the spot rider. Sayangnya Calljack sudah tidak terdengar lagi.
Ojekkoe
Ojekkoe dirilis sebagai bagian dari tugas akhir pendirinya Katon Muchtar. Sempat memiliki 500 orang mitra pengemudi, sebelum akhirnya tidak aktif lagi. Layanan Ojekkoe sebenarnya cukup inovatif, karena hanya memungut biaya minim Rp2.500 per hari.
LadyJek
LadyJek mengambil pasar niche, yakni ojek online dengan pengemudi wanita untuk kaum wanita. Mereka awalnya cukup sukses, memiliki hampir 3.300 pengemudi. LadyJek juga aktif berinovasi dan memberikan promo. Sayangnya, modal yang terbatas memaksa aplikasi mereka non aktif.
Topjek
TopJek menawarkan tarif murah tanpa promo. Fitur unggulan lain adalah Chatroom yang kala itu belum dipakai oleh Gojek dan Grab. Lalu, hanya membatasi pengemudi hingga 10.000 driver dengan seleksi ketat. Namun, sayang Topjek tidak bisa bertahan.
Blujek
Banyak yang menyebut Blujek merupakan saingan terbesar Gojek dan Grab. Ciri khas mereka adalah warna jaket biru. Armada mereka juga sangat besar. Sayangnya, Blujek tidak terdengar lagi. Sebab, seluruh layanan mereka sudah tidak aktif.
OjekArgo
OjekArgo unik, karena pengguna hanya perlu instal aplikasi dan tidak perlu mendaftarkan akun untuk bisa memanggil driver. Sayanngya, sejak 2017 layanan mereka sudah tidak aktif.
Lihat Juga: Beda dengan Grab-Gojek, Uber-Lyft Pernah Rilis Laporan Soal Kekerasan Seksual, Hasilnya Miris!
Sayangnya, tidak semuanya memiliki fondasi yang kuat. Fondasi dalam hal uang, teknologi, sumber daya manusia, atau kemampuan membakar uang dengan diskon promosi dan cashback.
Bukan berarti bisa membuat aplikasi berbagi tumpangan (ride-hailing) dan kemampuan merekrut puluhan atau ratusan driver otomatis membuat perusahaan jadi sukses. Sebab, persaingan bisnis ride hailing ternyata sangat keras. Bahkan, perusahaan raksasa Amerika Uber pun tidak sanggup bersaing.
Sejak 2016, banyak sekali ojek online bertumbangan. Berikut beberapa ojek online yang tutup ataupun sudah tidak terdengar lagi:
Uber
Uber datang ke Indonesia saat aktif berekspansi. Tapi, akhirnya terpaksa angkat kaki dar Asia Tenggara. Pada 2018, mereka menjual seluruh bisnis pada Grab. Selanjutnya, mitra pengemudi Uber, baik UberMotor, UberX, maupun UberXL berpindah ke platform Grab. Atau bahkan Gojek.
Calljack
Calljack adalah aplikasi lokal Yogyakarta, dengan 2 opsi layanan yakni Calljack dan O’Jack. Layanan mereka sama dengan Gojek atau Grab, mulai perkiraan biaya, pembayaran deposit atau tunai, fitur tunggu, serta on the spot rider. Sayangnya Calljack sudah tidak terdengar lagi.
Ojekkoe
Ojekkoe dirilis sebagai bagian dari tugas akhir pendirinya Katon Muchtar. Sempat memiliki 500 orang mitra pengemudi, sebelum akhirnya tidak aktif lagi. Layanan Ojekkoe sebenarnya cukup inovatif, karena hanya memungut biaya minim Rp2.500 per hari.
LadyJek
LadyJek mengambil pasar niche, yakni ojek online dengan pengemudi wanita untuk kaum wanita. Mereka awalnya cukup sukses, memiliki hampir 3.300 pengemudi. LadyJek juga aktif berinovasi dan memberikan promo. Sayangnya, modal yang terbatas memaksa aplikasi mereka non aktif.
Topjek
TopJek menawarkan tarif murah tanpa promo. Fitur unggulan lain adalah Chatroom yang kala itu belum dipakai oleh Gojek dan Grab. Lalu, hanya membatasi pengemudi hingga 10.000 driver dengan seleksi ketat. Namun, sayang Topjek tidak bisa bertahan.
Blujek
Banyak yang menyebut Blujek merupakan saingan terbesar Gojek dan Grab. Ciri khas mereka adalah warna jaket biru. Armada mereka juga sangat besar. Sayangnya, Blujek tidak terdengar lagi. Sebab, seluruh layanan mereka sudah tidak aktif.
OjekArgo
OjekArgo unik, karena pengguna hanya perlu instal aplikasi dan tidak perlu mendaftarkan akun untuk bisa memanggil driver. Sayanngya, sejak 2017 layanan mereka sudah tidak aktif.
Lihat Juga: Beda dengan Grab-Gojek, Uber-Lyft Pernah Rilis Laporan Soal Kekerasan Seksual, Hasilnya Miris!
(dan)