Beda dengan Kominfo, Pakar Sebut Data Pendaftar Kartu SIM yang Bocor 100% Valid
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kasus kebocoran 1,3 miliar data pendaftar kartu SIM mendapat sorotan dari berbagai pihak. Salah satunya adalah pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya.
Dalam pernyataannya, Alfons mengklaim telah melakukan investigasi terhadap 2 juta sample data yang bisa didapat secara gratis. Dikatakan bahwa data yang bocor benar-benar otentik.
"Keabsahan data yang diberikan, apakah nomor telepon, NIK yang terkandung di dalam sampel data yang diberikan tersebut cukup otentik," kata Alfons seperti dikutip dari pernyataan resmi, Selasa (6/9).
Alfons menyebut telah mencoba menghubungi salah satu kontak dari data sample melalui aplikasi perpesanan WhatsApp. Ia menanyakan apakah benar kontak tersebut bernama Atika.
Kontak yang dihubungi kemudian membenarkan hal itu. Dari sana Alfons semakin yakin bahwa terbukti nama kontak dengan nomor memang sama.
"Dari nomor NIK yang diberikan sebagai sampel, semua nomor NIK yang dicek secara random 100 % merupakan NIK yang otentik dan nomor telepon yang terkait dengan NIK tersebut ternyata aktif dan memang digunakan oleh pemilik NIK yang bersangkutan," terangnya.
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sendiri mengaku telah melakukan investigasi terhadap data sample bersama para operator seluler, Dukcapil, BSSN, tim Cyber Crime Polri, serta Dirjen PPI.
Dalam kesimpulannya, Kominfo menyebut tidak semua data yang bocor itu valid.
"Dari hasil investigasi ada 15%-20% data yang valid. Ada juga yang 9% saja, tergantung operator. Ini juga masih data sample. Kami sepakat untuk melakukan investigasi lebih mendalam lagi," kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan.
Dalam pernyataannya, Alfons mengklaim telah melakukan investigasi terhadap 2 juta sample data yang bisa didapat secara gratis. Dikatakan bahwa data yang bocor benar-benar otentik.
"Keabsahan data yang diberikan, apakah nomor telepon, NIK yang terkandung di dalam sampel data yang diberikan tersebut cukup otentik," kata Alfons seperti dikutip dari pernyataan resmi, Selasa (6/9).
Alfons menyebut telah mencoba menghubungi salah satu kontak dari data sample melalui aplikasi perpesanan WhatsApp. Ia menanyakan apakah benar kontak tersebut bernama Atika.
Kontak yang dihubungi kemudian membenarkan hal itu. Dari sana Alfons semakin yakin bahwa terbukti nama kontak dengan nomor memang sama.
"Dari nomor NIK yang diberikan sebagai sampel, semua nomor NIK yang dicek secara random 100 % merupakan NIK yang otentik dan nomor telepon yang terkait dengan NIK tersebut ternyata aktif dan memang digunakan oleh pemilik NIK yang bersangkutan," terangnya.
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sendiri mengaku telah melakukan investigasi terhadap data sample bersama para operator seluler, Dukcapil, BSSN, tim Cyber Crime Polri, serta Dirjen PPI.
Dalam kesimpulannya, Kominfo menyebut tidak semua data yang bocor itu valid.
"Dari hasil investigasi ada 15%-20% data yang valid. Ada juga yang 9% saja, tergantung operator. Ini juga masih data sample. Kami sepakat untuk melakukan investigasi lebih mendalam lagi," kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan.
(dan)