Sulit Digunakan, Aplikasi MyPertamina Dapat Ulasan Buruk di Google Play Store
loading...
A
A
A
JAKARTA - Aplikasi MyPertamina memang banyak dibicarakan di jagad maya sejak sepekan terakhir. Ini karena sejak 1 Juli 2022 ada kebijakan baru dimana PT Pertamina (Persero) membatasi penjualan BBM jenis Pertalite dan Solar bersubsidi. Mereka yang ingin membeli kedua jenis bahan bakar tersebut harus menggunakan MyPertamina untuk bertransaksi.
Caranya dengan melakukan pendaftaran terlebih dulu, lalu memindai QR Code sebelum membeli BBM jenis Pertalite dan Solar bersubsidi yang ada di SPBU.
Di tahap awal, pemberlakukan aturan pembatasan pembelian BBM subsidi ini hanya di lima provinsi saja, yakni Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Meski demikian, sebagian masyarakat mengeluh soal pendaftaran maupun penggunaan aplikasi MyPertamina.
Keluhan itu, salah satunya ditumpahkan lewat rating buruk di toko aplikasi Google Play Store untuk pengguna ponsel Android. Rating rata-rata MyPertamina adalah 1.3 dari 5 bintang dengan total 217.000 ulasan. Bandingkan dengan aplikasi Shell Asia yang mendapatkan rating 4.8 dari 5 bintang dengan 10.000 ulasan.
Suasana di SPBU Pertamina. Foto: Antara
”Saya tidak bisa mendaftar. Jika ingin memaksa masyarakat menggunakan aplikasi MyPertamina, paling tidak bikin aplikasi yang bagus dan terencana. Saya paham, semua harus menjalani trial dan error agar sempurna. Tapi, saya terus menerus gagal di tahap akhir registrasi. Mengapa banyak orang komplain? Karena aplikasi ini diwajibkan untuk membeli BBM bersubsidi. Ada baiknya di masa uji coba ini menggunakan aplikasi tidak wajib. Biarkan orang untuk mencoba terlebih dulu, sambil diberikan hadiah,” komentar Christian Wijaya.
”Kurang berguna, tidak user friendly. Anda tidak bisa mendapatkan poin jika membayar tunai. Petugas SPBU juga tidak pernah bertanya apakah Anda menggunakan aplikasi. Jika Anda ingin membuat program loyalty pelanggan, contohlah aplikasi Sheel yang lebih berguna dan menarik. Harga BBM-nya lebih mahal, tapi dengan adanya program loyalty saya jadi lebih tertarik dengan brand-nya,” beber Karmila M.
”Aplikasinya bagus. Tapi, ada masalah besar di sistem pembayaran. Membayar MyPertamina menggunakan LinkAja sangat melelahkan. Setelah memindai QR, butuh waktu lama untuk membuka halaman pembayaran. Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya bisa menyelesaikan pembayaran. Tapi, transaksi dan poin-nya tidak terekam di aplikasi. Mesin EDC di SPBU juga tidak bisa mencetak bukti transaksi setelah saya menunggu beberapa menit. Butuh waktu lebih dari 10 menit untuk melakukan proses beli BBM,” ungkap Elvin Teo.
Caranya dengan melakukan pendaftaran terlebih dulu, lalu memindai QR Code sebelum membeli BBM jenis Pertalite dan Solar bersubsidi yang ada di SPBU.
Di tahap awal, pemberlakukan aturan pembatasan pembelian BBM subsidi ini hanya di lima provinsi saja, yakni Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Meski demikian, sebagian masyarakat mengeluh soal pendaftaran maupun penggunaan aplikasi MyPertamina.
Keluhan itu, salah satunya ditumpahkan lewat rating buruk di toko aplikasi Google Play Store untuk pengguna ponsel Android. Rating rata-rata MyPertamina adalah 1.3 dari 5 bintang dengan total 217.000 ulasan. Bandingkan dengan aplikasi Shell Asia yang mendapatkan rating 4.8 dari 5 bintang dengan 10.000 ulasan.
Suasana di SPBU Pertamina. Foto: Antara
”Saya tidak bisa mendaftar. Jika ingin memaksa masyarakat menggunakan aplikasi MyPertamina, paling tidak bikin aplikasi yang bagus dan terencana. Saya paham, semua harus menjalani trial dan error agar sempurna. Tapi, saya terus menerus gagal di tahap akhir registrasi. Mengapa banyak orang komplain? Karena aplikasi ini diwajibkan untuk membeli BBM bersubsidi. Ada baiknya di masa uji coba ini menggunakan aplikasi tidak wajib. Biarkan orang untuk mencoba terlebih dulu, sambil diberikan hadiah,” komentar Christian Wijaya.
”Kurang berguna, tidak user friendly. Anda tidak bisa mendapatkan poin jika membayar tunai. Petugas SPBU juga tidak pernah bertanya apakah Anda menggunakan aplikasi. Jika Anda ingin membuat program loyalty pelanggan, contohlah aplikasi Sheel yang lebih berguna dan menarik. Harga BBM-nya lebih mahal, tapi dengan adanya program loyalty saya jadi lebih tertarik dengan brand-nya,” beber Karmila M.
”Aplikasinya bagus. Tapi, ada masalah besar di sistem pembayaran. Membayar MyPertamina menggunakan LinkAja sangat melelahkan. Setelah memindai QR, butuh waktu lama untuk membuka halaman pembayaran. Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya bisa menyelesaikan pembayaran. Tapi, transaksi dan poin-nya tidak terekam di aplikasi. Mesin EDC di SPBU juga tidak bisa mencetak bukti transaksi setelah saya menunggu beberapa menit. Butuh waktu lebih dari 10 menit untuk melakukan proses beli BBM,” ungkap Elvin Teo.
(dan)