Filipina Korban Tertinggi Kejahatan Phishing, Indonesia No 4

Minggu, 03 April 2022 - 07:35 WIB
loading...
Filipina Korban Tertinggi...
Jangan pernah mengeklik tautan mencurigakan yang dikirimkan kepada Anda melalui teks, SMS, aplikasi messenger, atau platform lainnya. Foto: ist
A A A
JAKARTA - Jelang Ramadan, Kaspersky menyebut bahwa serangan phishing akan meningkat. Terutama, karena masyarakat lebih aktif berbelanja dan beraktivitas online. Yang tentunya membuat mereka lebih rentan.

Phishing adalah upaya untuk mendapatkan informasi data seseorang dengan teknik pengelabuan. Data yang menjadi sasaran phishing adalah data pribadi (nama, usia, alamat), data akun (username dan password), dan data finansial (informasi kartu kredit, rekening).

Analisis terbaru Kaspersky di 2021 menunjukkan sistem anti-phishing mereka berhasil memblokir sebanyak 253,365,212 tautan phishing secara global. Secara total, 8,20% pengguna Kaspersky di berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia telah menghadapi setidaknya satu serangan phishing pada 2021.

Di Asia Tenggara, Filipina mencatat angka tertinggi terkait pengguna yang terkena upaya phishing pada 2021 dengan 9,90%. Kedua adalah Malaysia (8,49%), disusul Thailand (7,93%).

Indonesia sendiri berada di posisi 4, mencatat 7,70%. Sementara Vietnam di posisi kelima dengan 7,45% pengguna. Singapura (3,30%) memiliki persentase angka pengguna terendah yang terkena jenis ancaman ini.

Konsumen Lebih Hati-Hati
Tahun lalu, Indonesia mengalami penurunan pangsa pengguna yang terkena upaya serangan sebesar 3,9% dibanding 11,60% pada 2020. Meski demikian, “jumlah serangan phishing yang menurun tidak berarti data dan keuangan online kita lebih aman,” ujar Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.

”Tahun lalu, kami telah mengamati penurunan di berbagai jenis ancaman seperti malware seluler dan phishing. Ini karena ‘spray and pray’ atau Teknik penyebaran random bukan lagi metode yang disukai para penjahat dunia maya,” tutur Yeo.

Data Kaspersky menunjukkan bahwa pelaku kejahatan siber lebih memilih pendekatan yang lebih bertarget. ”Mereka akna menyelaraskan serangan dengan tren dan hari besar lokal terkini misalnya, dan bahkan membuat email phishing atau situs web palsu yang dipersonalisasi, dan mengirimkannya ke target yang diinginkan.” kata Yeo.

Toko online, bank, dan sistem pembayaran online adalah organisasi yang paling sering diimitasi oleh para phisher. Yeo menyebut bahwa permintaan belanja online masih tetap tinggi di 2021. Hal ini sejalan dengan tren phishing. Analisis Kaspersky mengungkap jenis-jenis serangan phishing yang paling sering dilakukan:

1. Meniru toko online (17,61%).
2. Meniru portal Internet global (17,27%)
3. Pembayaran (13,11%)
4. Perbankan (11,11%).

Dengan 87% orang Indonesia menggunakan aplikasi pembayaran seluler bahkan jauh sebelum pandemi terjadi, tidak heran jika phisher menargetkan sektor ini dan akan meluncurkan lebih banyak upaya phishing selama musim perayaan hari besar.


“Belanja online dan pembayaran elektronik adalah bagian penting dari kegiatan perayaan dan liburan untuk banyak masyarakat. Oleh karena itu, kami menghimbau masyarakat Indonesia untuk waspada terutama terhadap pengumuman penjualan dan penawaran menarik yang disampaikan melalui email, pesan teks, postingan media sosial, atau bahkan telepon. Ancaman dapat datang dari mana saja,” beber Yeo.
(dan)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1795 seconds (0.1#10.140)