Telegram, Aplikasi Buatan Rusia yang Justru Jadi Senjata Presiden Ukraina

Senin, 07 Maret 2022 - 13:45 WIB
loading...
Telegram, Aplikasi Buatan...
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menggunakan Telegram sebagai platform propaganda. Foto: Tangkapan Layar
A A A
UKRAINA - Telegram menjadi platform yang punya peranan besar dalam perang Rusia vs Ukraina. Aplikasi tersebutdibuat di Rusia pada 2013. Tapi, terpopuler di Ukraina. Dan digunakan oleh para pemrotes, aktivis, hacker, bahkan Presiden Ukraina untuk menyerang Rusia.

Hanya selang beberapa hari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi negaranya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy aktif memposting video propaganda digital di ibukota negara, Kiev. Ia menyerukan agar negara bersatu dan melawan serangan Rusia.

Volodymyr, 44, adalah mantan aktor TV sekaligus komedian. Selama kampanye pemilihan Presiden Ukraina pada 2019, ia aktif berkampanye melalui Telegram dan mendapatkan kemenangan telak.

Lewat Telegram pula, Volodymyr membantah klaim bahwa tentara Ukraina telah diperintahkan untuk meletakkan senjata, juga ada perintah evakuasi agar penduduk meninggalkan ibukota.

Yang unik, Telegram yang memiliki layanan mirip WhatsApp itu didirikan oleh Pavel dan Nikolai Durov. Dua bersaudara itu kini bermukim di Dubai. Telegram saat ini juga tidak memiliki kantor, server, serta developer di Rusia.

Saat ini, Telegram memiliki lebih dari 550 juta pengguna bulanan di seluruh dunia. Juga, menjadi aplikasi perpesanan paling populer di Ukraina.

Enkripsi layanan yang sangat digembar-gemborkan dan kemampuan untuk menyebarkan pesan ke grup hingga 200.000 akun (WhatsApp milik Facebook hanya 256 anggota), membuat Telegram dijuluki aplikasi favorit teroris.



Ironisnya, Telegram justru tidak mendapatkan tempat di Rusia. Aplikasi tersebut dilarang di Rusia sejak 2018.

Bukan karena warga Rusia tidak mau menggunakannya. Tapi, karena Pavel Durov menolak memberikan akses kepada pihak berwenang atas data penggunanya. Pemerintah Rusia sempat memblokir Telegram. Sampai akhirnya mereka menyerah dan mencabut larangan itu pada pertengahan 2020.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2841 seconds (0.1#10.140)