Telegram, Aplikasi Buatan Rusia yang Justru Jadi Senjata Presiden Ukraina
loading...
A
A
A
UKRAINA - Telegram menjadi platform yang punya peranan besar dalam perang Rusia vs Ukraina. Aplikasi tersebutdibuat di Rusia pada 2013. Tapi, terpopuler di Ukraina. Dan digunakan oleh para pemrotes, aktivis, hacker, bahkan Presiden Ukraina untuk menyerang Rusia.
Hanya selang beberapa hari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi negaranya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy aktif memposting video propaganda digital di ibukota negara, Kiev. Ia menyerukan agar negara bersatu dan melawan serangan Rusia.
Volodymyr, 44, adalah mantan aktor TV sekaligus komedian. Selama kampanye pemilihan Presiden Ukraina pada 2019, ia aktif berkampanye melalui Telegram dan mendapatkan kemenangan telak.
Lewat Telegram pula, Volodymyr membantah klaim bahwa tentara Ukraina telah diperintahkan untuk meletakkan senjata, juga ada perintah evakuasi agar penduduk meninggalkan ibukota.
Yang unik, Telegram yang memiliki layanan mirip WhatsApp itu didirikan oleh Pavel dan Nikolai Durov. Dua bersaudara itu kini bermukim di Dubai. Telegram saat ini juga tidak memiliki kantor, server, serta developer di Rusia.
Saat ini, Telegram memiliki lebih dari 550 juta pengguna bulanan di seluruh dunia. Juga, menjadi aplikasi perpesanan paling populer di Ukraina.
Enkripsi layanan yang sangat digembar-gemborkan dan kemampuan untuk menyebarkan pesan ke grup hingga 200.000 akun (WhatsApp milik Facebook hanya 256 anggota), membuat Telegram dijuluki aplikasi favorit teroris.
Ironisnya, Telegram justru tidak mendapatkan tempat di Rusia. Aplikasi tersebut dilarang di Rusia sejak 2018.
Bukan karena warga Rusia tidak mau menggunakannya. Tapi, karena Pavel Durov menolak memberikan akses kepada pihak berwenang atas data penggunanya. Pemerintah Rusia sempat memblokir Telegram. Sampai akhirnya mereka menyerah dan mencabut larangan itu pada pertengahan 2020.
Telegram menjadi platform yang diadopsi oleh media-media diluar pemerintah Rusia untuk menyebarkan informasi. Termasuk warga sipil, jurnalis, dan bahkan militer.
Pavel Durov, si Biliuner Eksentrik
Co-founder Telegram Pavel Durov memiliki kekayaan hingga USD17 miliar. Foto: Getty Images/Manuel Blondeau
Pavel Durov, 37, adalah pria jenius yang disebut sebagai Mark Zuckerberg dari Rusia. Sebab, selain mendirikan Telegram, ia juga pendiri jejaring sosial paling populer di negara itu, VKontakte (VK), pada 2006.
Durov dikenal sebagai biliuner yang eksentrik. Ia pernah menawari Edward Snowden pekerjaan. Pada 2012, hubungan Durov dan Putin tidak akur. Sebab, ia menolak permintaan pemerintah Rusia untuk menutup grup anti Putin di VK.
Dua tahun kemudian, dia menerima “kudeta investor”. Ini karena VK akan diambil alih oleh grup Mail.Ru, yang dipimpin oleh miliarder Rusia dan sekutu Putin, Alisher Usmanov.
Pada Desember, Kremlin memperkuat cengkeramannya pada VK setelah perusahaan asuransi Rusia Sogaz, yang didirikan oleh raksasa Gazprom, mengambil alih VK.
Selanjutnya, Durov menjual sahamnya di VK dan pergi dari Rusia. Ia kini menjadi warga negara St Kitts & Nevis di Karibia. Durov kabur setelah menolak tekanan Kremlin untuk merilis data dari pemimpin demo anti-Rusia di Ukraina. Yang tidak banyak orang tahu, Telegram yang dirilis pada 2013 memiliki kantor pusat di Dubai.
Hanya selang beberapa hari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi negaranya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy aktif memposting video propaganda digital di ibukota negara, Kiev. Ia menyerukan agar negara bersatu dan melawan serangan Rusia.
Volodymyr, 44, adalah mantan aktor TV sekaligus komedian. Selama kampanye pemilihan Presiden Ukraina pada 2019, ia aktif berkampanye melalui Telegram dan mendapatkan kemenangan telak.
Lewat Telegram pula, Volodymyr membantah klaim bahwa tentara Ukraina telah diperintahkan untuk meletakkan senjata, juga ada perintah evakuasi agar penduduk meninggalkan ibukota.
Yang unik, Telegram yang memiliki layanan mirip WhatsApp itu didirikan oleh Pavel dan Nikolai Durov. Dua bersaudara itu kini bermukim di Dubai. Telegram saat ini juga tidak memiliki kantor, server, serta developer di Rusia.
Saat ini, Telegram memiliki lebih dari 550 juta pengguna bulanan di seluruh dunia. Juga, menjadi aplikasi perpesanan paling populer di Ukraina.
Enkripsi layanan yang sangat digembar-gemborkan dan kemampuan untuk menyebarkan pesan ke grup hingga 200.000 akun (WhatsApp milik Facebook hanya 256 anggota), membuat Telegram dijuluki aplikasi favorit teroris.
Ironisnya, Telegram justru tidak mendapatkan tempat di Rusia. Aplikasi tersebut dilarang di Rusia sejak 2018.
Bukan karena warga Rusia tidak mau menggunakannya. Tapi, karena Pavel Durov menolak memberikan akses kepada pihak berwenang atas data penggunanya. Pemerintah Rusia sempat memblokir Telegram. Sampai akhirnya mereka menyerah dan mencabut larangan itu pada pertengahan 2020.
Telegram menjadi platform yang diadopsi oleh media-media diluar pemerintah Rusia untuk menyebarkan informasi. Termasuk warga sipil, jurnalis, dan bahkan militer.
Pavel Durov, si Biliuner Eksentrik
Co-founder Telegram Pavel Durov memiliki kekayaan hingga USD17 miliar. Foto: Getty Images/Manuel Blondeau
Pavel Durov, 37, adalah pria jenius yang disebut sebagai Mark Zuckerberg dari Rusia. Sebab, selain mendirikan Telegram, ia juga pendiri jejaring sosial paling populer di negara itu, VKontakte (VK), pada 2006.
Durov dikenal sebagai biliuner yang eksentrik. Ia pernah menawari Edward Snowden pekerjaan. Pada 2012, hubungan Durov dan Putin tidak akur. Sebab, ia menolak permintaan pemerintah Rusia untuk menutup grup anti Putin di VK.
Dua tahun kemudian, dia menerima “kudeta investor”. Ini karena VK akan diambil alih oleh grup Mail.Ru, yang dipimpin oleh miliarder Rusia dan sekutu Putin, Alisher Usmanov.
Pada Desember, Kremlin memperkuat cengkeramannya pada VK setelah perusahaan asuransi Rusia Sogaz, yang didirikan oleh raksasa Gazprom, mengambil alih VK.
Selanjutnya, Durov menjual sahamnya di VK dan pergi dari Rusia. Ia kini menjadi warga negara St Kitts & Nevis di Karibia. Durov kabur setelah menolak tekanan Kremlin untuk merilis data dari pemimpin demo anti-Rusia di Ukraina. Yang tidak banyak orang tahu, Telegram yang dirilis pada 2013 memiliki kantor pusat di Dubai.
(dan)