Cultivhacktion, Ketika Teknologi Diharapkan Bisa Memberi Solusi untuk Para Petani

Selasa, 28 September 2021 - 09:34 WIB
loading...
Cultivhacktion, Ketika Teknologi Diharapkan Bisa Memberi Solusi untuk Para Petani
TaniHub Group, World Bank Group, dan Microsoft berupaya mempercepat proses digitalisasi ekosistem pertanian digital di Indonesia lewat Cultivhacktion. Foto: dok TaniHub
A A A
JAKARTA - Istilah Cultivhacktion mungkin masih baru. Tapi, juga sangat penting bagi Indonesia. Inilah salah satu solusi yang diharapkan bisa membawa industri pertanian naik kelas lewat teknologi.

Cultivhacktion berasal dari kombinasi kata cultivate (membudidayakan), hackathon (acara para pegiat teknologi), dan action (tindakan). Secara singkat, Cultivhacktion adalah upaya untuk menghadirkan solusi teknologi bagi percepatan digitalisasi ekosistem pertanian di Indonesia.



Cultivhacktion dihelat bertepatan dengan Hari Tani Nasional oleh TaniHub, Bank Dunia, serta Microsoft, berkolaborasi dengan Kementerian Pertanian Republik Indonesia serta Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Para inovator Indonesia ditantang untuk mengembangkan solusi yang mencakup tiga area utama:

1. Peningkatan produktivitas pertanian serta ketahanan terhadap guncangan, termasuk yang disebabkan oleh iklim.

2. Perluasan akses para petani kepada input, pasar, dan sumber daya keuangan;

3. Dukungan terhadap pengambilan keputusan berbasis data oleh pemerintah.

Tujuan Cultivhacktion adalah untuk meningkatkan produktivitas dan inklusivitas lebih dari 33 juta petani di Indonesia, mengembangkan sistem pertanian yang dapat membentuk transparansi dan efisiensi rantai pasok, serta menciptakan generasi baru dari kalangan petani dan pengusaha agribisnis.

”Ada lapangan kerja bagi 273 juta masyarakat Indonesia. Lalu, Nilai Tukar Usaha Pertanian Indonesia tumbuh hingga 104% dalam dua tahun terakhir,” beber Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian Republik Indonesia.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, Jawa Barat adalah rumah bagi 50 juta orang dan memiliki tanah subur. Menurutnya, ada tiga jenis ekonomi yang tetap bertumbuh kuat selama pandemi Covid-19. ”Antara lain keamanan pangan, kesehatan, dan digital. Kombinasi ini kita temukan dalam Cultivhacktion,” bebernya.

Solusi Praktis
Cultivhacktion, Ketika Teknologi Diharapkan Bisa Memberi Solusi untuk Para Petani

Solusi yang dicari di Cultivhacktion adalah yang bersifat praktis dan dapat diterapkan oleh petani skala kecil dalam rangka mempercepat penggunaan teknologi baru. Misalnya dengan memberikan solusi dalam penciptaan rantai pasok pertanian dan berkelanjutan di tengah perubahan iklim.

Atau, menyediakan akses kepada informasi berbasis agro-klimatik yang sesuai dengan kebutuhan budidaya para petani di masing-masing daerah melalui penerapan big data. Bisa juga meningkatkan pengetahuan petani berskala kecil tentang pemasaran, pemrosesan pasca-panen, pengelolaan usaha pertanian, serta pengelolaaan keuangan pribadi dengan memanfaatkan pengembangan digital.

Pertanian Digital

CEO TaniHub Group Pamitra Wineka mengatakan, ia berharap pemikir terbaik di Indonesia bisa menciptakan inovasi yang inspirasional. ”Sektor pertanian berkontribusi terhadap 13 persen perekonomian di Indonesia dan merupakan sumber mata pencaharian bagi 33 juta petani,” ungkapnya.

Sementara, pertanian digital bisa menciptakan perubahan di sektor pertanian di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Satu Kahkonen, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste.

”Pertanian digital dapat membantu para petani dan pelaku usaha pertanian dalam mengakses informasi, membuat keputusan yang lebih baik, dan memanfaatkan sumber daya lebih produktif,” bebernya.

Sementara itu, National Technology Officer Microsoft Indonesia Panji Wasmana mengatakan bahwa di saat ekosistem data telah terbentuk, teknologi seperti kecerdasan buatan, machine learning, serta advanced analytics akan melahirkan berbagai inovasi baru dalam industri pertanian.

”Misalnya, petani akan dapat memprediksi pola cuaca untuk menentukan waktu tanam yang tepat, atau meningkatkan presisi pertanian melalui aplikasi irigasi yang didukung insights berbasis data,” ujar Panji.



Periode pendaftaran Cultivhacktion dibuka mulai 9 September hingga 5 Oktober 2021. Untuk berpartisipasi, peserta perlu mengirimkan proposal konsep solusi yang ingin dihadirkan, serta terlebih dulu mengikuti bootcamp pertanian dan teknologi.

Dari sana, sepuluh peserta terpilih akan diberikan kesempatan untuk mengembangkan prototipe solusi yang diusulkannya pada Microsoft Azure, dan menerima mentorship dari tenaga ahli terpilih. Solusi inovatif tersebut nantinya akan dipromosikan kepada para pemangku kepentingan di industri pertanian.
(dan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2246 seconds (0.1#10.140)