Pengamat Nilai Merger Indosat dan Tri Jadi Angin Segar Industri Telekomunikasi

Sabtu, 28 Agustus 2021 - 20:45 WIB
loading...
Pengamat Nilai Merger Indosat dan Tri Jadi Angin Segar Industri Telekomunikasi
Ilustrasi teknologi Telekomunikasi. FOTO/ IST
A A A
JAKARTA - Rencana penggabungan usaha atau merger PT Indosat Ooredoo (ISAT) atas Hutchison 3 Indonesia (Tri) dinilai oleh Pengamat telekomunikasi Doni Ismanto Darwin akan memperkuat posisi keduanya di industri seluler di Tanah Air

"Ini momentum yang tepat bagi Indosat untuk melakukan ekspansi. Penggabungan menjadi salah satu pilihan yang strategis karena bakal menguntungkan kedua belah pihak dalam menyikapi persaingan dan tantangan saat ini di industri telekomunikasi. Baik bagi industri, baik juga bagi kedua perusahaan," ujar Doni saat dihubungi di Jakarta, Kamis



Menurut Doni, merger tersebut justru menjadi angin segar bagi industri telekomunikasi karena akan menciptakan struktur pasar yang lebih berkelanjutan, industri yang lebih kompetitif, mendorong investasi dan perluasan jaringan, dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik.

Sementara itu, Analis RHB Sekuritas Indonesia Michael W. Setjoadi menjelaskan, kinerja fundamental Indosat Ooredoo terus bertumbuh seiring dengan langkah efisiensi dan pertumbuhan jumlah pelanggan. Dengan total basis pelanggan 60,3 juta saat ini, Indosat bakal dapat terus mempertahankan kinerja positif dengan margin EBITDA di bawah 40 persen serta biaya operasional (capex) sekitar Rp3 triliun.

"Dengan diskusi merger yang sedang berlangsung ini, Indosat Ooredoo benar-benar berada di jalur yang tepat dengan strategi tepat untuk memperkuat posisinya dan menangkap peluang untuk memimpin transformasi digital di Indonesia," ujar Michael.

Sejauh ini, pemerintah dan sejumlah pemangku kepentingan terlihat menyambut baik rencana penggabungan perusahaan telekomunikasi seperti rencana Indosat Ooredoo dan Tri. Dalam kajian Kementerian Informasi dan Telekomunikasi, idealnya Indonesia membutuhkan sekurang-kurangnya hanya dua sampai empat perusahaan telekomunikasi.

"Industri operator di Indonesia memang terlalu crowded, lima pemain untuk 250 juta pelanggan. Idealnya 3 pemain," kata Michael.

Selain itu, peraturan menteri tentang omnibus law Indonesia yang baru juga memungkinkan pembagian spektrum teknologi baru, seperti 5G, dan retensi spektrum setelah penggabungan. Michael menambahkan, iklim yang mendukung tersebut menjadi sinyal yang baik bagi kedua perusahaan untuk memanfaatkan kekuatan dari merger kedua perusahaan itu untuk terus bertumbuh dan berkembang

"Transformasi digital akan berpotensi sangat besar untuk operator telekomunikasi yang menjadi media infrastruktur untuk semua digital," ujar Michael.
(wbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2954 seconds (0.1#10.140)