Pandemi Mendorong Popularitas Data Center

Selasa, 03 Agustus 2021 - 07:16 WIB
loading...
A A A
Seperti tahun sebelumnya, data center akan kembali memiliki peran penting namun sebagian besar adalah peran di balik layar untuk membantu pemerintah dan penyedia layanan kesehatan dengan banyaknya negara memasuki fase manajemen pandemi berikutnya. Kesuksesan kampanye vaksin nasional dan kembali dibukanya sekolah serta kantor akan membutuhkan jumlah data yang sangat besar untuk dikumpulkan secara akurat, tersimpan aman, dan kemudian dianalisa secara real-time. Didukung oleh data center, teknologi seperti AI, machine learning, IoT dan analisis data akan berperan saat pemerintah terus memprediksi penyebaran coronavirus mengelola pengujian dan mendistribusikan serta memantau pengiriman vaksin.

Dengan peningkatan permintaan akan data center, sangat penting bagi kawasan Asia Pasifik untuk memperhatikan pertumbuhan data center. Faktor penting dalam mewujudkan banyaknya ambisi ekonomi digital adalah kemampuan untuk menyeimbangkan prioritas keberlanjutan dan lingkungan secara efektif selagi mengembangkan tenaga ahli di bidang engineering untuk mendukung pertumbuhan infrastruktur tersebut.

Menyeimbangkan keberlanjutan imperatif di tengah pertumbuhan digitalisasi

Keberlanjutan kini menjadi agenda penting bagi banyak bisnis dan pemerintah, dan banyak yang telah mulai mengambil langkah untuk menguji dampak dari tambisi ekonomi digital mereka saat menetapkan target luas untuk pemakaian energi terbarukan dan emisi karbon.

Tidak terkecuali di Indonesia, dengan rencana pencapaian 23% penggunaan energi terbarukan (EBT) pada 2025 dan 31% pada 2050. Nyatanya, laporan terbaru dari Eaton mengenai pengelolaan daya di Asia Pasifik menunjukkan bahwa bisnis di Indonesia memimpin dalam prioritas perluasan EBT dalam bauran energi mereka, di mana empat dari lima (83%) perusahaan menyebutkan peningkatan penggunaan EBT sebagai prioritas bisnis utama.

Walaupun menjanjikan, minat bisnis di Indonesia terhadap transisi energi menunjukkan bertambahnya kerumitan dalam menyempurnakan kesimbangan antara penerapan transformasi digital dan memajukan tujuan keberlanjutan.

Data center terkenal memiliki kebutuhan energi yang sangat tinggi. Konsumsi energi untuk data center diperkirakan mencapai 3,2% dari total emisi karbon secara global dalam empat tahun, mengkonsumsi sekitar seperlima listrik dunia. Hal tersebut mendesak beberapa pemerintah untuk menerapkan moratorium pada data center baru dan bekerja sama dengan sektor swasta untuk berinvestasi dalam penelitian mengenai teknologi baru yang membantu mengurangi dampak lingkungan untuk mencegah “data centre sprawl” dan melonjaknya biaya energi.

Di tengah-tengah tantangan tersebut, hikmahnya adalah teknologi menjadi bagian dari solusi. Kemajuan dalam teknologi seperti komputasi cloud, perangkat pengelolaan infrastruktur data center, hardware sistem daya tanpa gangguan dan software virtualisai telah memungkinkan data center menjadi lebih hemat energi walaupun mereka tumbuh dalam daya komputasi. Bahkan, studi tahun 2020 menunjukkan jumlah energi yang dikonsumsi oleh data center di dunia hanya tumbuh 6% antara 2010 dan 2018, sementara daya komputasi keseluruhan tumbuh 550% di periode yang sama. Dengan semakin banyaknya kolaborasi pemerintah dengan bisnis untuk mendorong pengembangan dan pemakaian teknologi, kita akan melihat infrastruktur data yang tidak hanya berbiaya lebih rendah tapi juga lebih bersih, lebih ringkas, dan dengan jejak karbon yang jauh lebih sedikit.

Mengarahkan kekurangan tenaga ahli

Ketika organisasi berupaya untuk meningkatkan manfaat teknologi ini mereka juga perlu untuk memastikan tim tenaga ahli mereka memiliki pengetahuan dan keahlian cukup untuk memenuhi permintaan kapasitas mendatang sambil mengelola tantangan sumber lainnya yang disebabkan oleh pandemi di beberapa area seperti konstruksi dan penyediaan komponen.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3614 seconds (0.1#10.140)