Viral Eiger: Ketika Brand Menyerang Ulasan Positif Pengguna di YouTube
loading...
A
A
A
Dari poin-poin tersebut, Eiger meminta Dian dapat memperbaiki atau menghapus konten review produk yang sudah di unggah, dengan kalimat penutup yang tidak kalah offensive: ”Kami berharap saudara dapat menjadi YouTuber yang lebih baik lagi dalam mereview video”.
Dian yang kaget dan kecewa, memposting “surat cinta” tersebut di akun media sosialnya. ”Saya mengulas produk Anda tidak di-endorse. Saya menggunakan alat sendiri. Maaf jika tidak sempurna,” tulis Dian.
Selanjutnya, postingan Dian pun menjadi viral dan bahkan trending topic di Twitter.
Dan hasilnya bisa ditebak, bak senapan mesin, warganet menghujani Eiger dengan komentar negatif secara bertubi-tubi. Sebagian besar bahkan mengatakan tidak ingin membeli produk Eiger lagi.
Kewalahan, Eiger langsung menyampaikan permintaan maaf kepada Dian baik melalui media sosial maupun surat resmi. Lewat akun sosial medianya, Dian yang hobi bersepeda itu menganggap masalah ini sudah selesai. ”Semoga jadi pelajaran berharga untuk lebih baik lagi kedepannya,” tulis Dian.
Namun, “kerusakan” terhadap brand Eiger sudah terlanjur luas dan mendalam. Kritik dan komentar negatif dari warganet terus menerus berdatangan di akun-akun media sosial Eiger seperti YouTube maupun Instagram. Begitupun di akun-akun lain yang mengunggah kejadian ini.
Eiger memang sudah tak asing di kalangan penghobi kegiatan outdoor, khususnya pendaki gunung. Bisa dibilang mereka adalah merek outdoor terbesar di Indonesia dengan lebih dari 300 toko offline di seluruh Indonesia. Bahkan, sudah merambah pasar luar negeri.
Ironisnya, reputasi merek lokal yang dibangun dan dirintis puluhan tahun tiba-tiba hancur hanya lewat sebuah kiriman “surat cinta” kepada pengguna setianya.
Dian yang kaget dan kecewa, memposting “surat cinta” tersebut di akun media sosialnya. ”Saya mengulas produk Anda tidak di-endorse. Saya menggunakan alat sendiri. Maaf jika tidak sempurna,” tulis Dian.
Selanjutnya, postingan Dian pun menjadi viral dan bahkan trending topic di Twitter.
Dan hasilnya bisa ditebak, bak senapan mesin, warganet menghujani Eiger dengan komentar negatif secara bertubi-tubi. Sebagian besar bahkan mengatakan tidak ingin membeli produk Eiger lagi.
Kewalahan, Eiger langsung menyampaikan permintaan maaf kepada Dian baik melalui media sosial maupun surat resmi. Lewat akun sosial medianya, Dian yang hobi bersepeda itu menganggap masalah ini sudah selesai. ”Semoga jadi pelajaran berharga untuk lebih baik lagi kedepannya,” tulis Dian.
Namun, “kerusakan” terhadap brand Eiger sudah terlanjur luas dan mendalam. Kritik dan komentar negatif dari warganet terus menerus berdatangan di akun-akun media sosial Eiger seperti YouTube maupun Instagram. Begitupun di akun-akun lain yang mengunggah kejadian ini.
Eiger memang sudah tak asing di kalangan penghobi kegiatan outdoor, khususnya pendaki gunung. Bisa dibilang mereka adalah merek outdoor terbesar di Indonesia dengan lebih dari 300 toko offline di seluruh Indonesia. Bahkan, sudah merambah pasar luar negeri.
Ironisnya, reputasi merek lokal yang dibangun dan dirintis puluhan tahun tiba-tiba hancur hanya lewat sebuah kiriman “surat cinta” kepada pengguna setianya.
(dan)