Panik, WhatsApp Beriklan di Media Cetak Ajak Pengguna Jangan Pergi
loading...
A
A
A
INDIA - Diam-diam ternyata WhatsApp panik ditinggalkan pengguna mereka. Terutama di India, negara pengguna WhatsApp terbesar di dunia itu.
Begitu paniknya, sampai-sampai mereka harus memasang iklan besar-besar di lebih dari 10 media cetak berbahasa Inggris maupun Hindi di India.
”WhatsApp tidak dapat melihat pesan pribadi Anda atau mendengar panggilan Anda. Begitu pula Facebook . Setiap pesan pribadi, foto, video, pesan suara, dan dokumen yang Anda kirim ke teman, keluarga, dan rekan kerja Anda dalam obrolan satu lawan satu atau grup dilindungi oleh enkripsi ujung-ke-ujung. Semua informasi Anda, tetap di Anda,” tulis iklan WhatsApp di halaman muka koran-koran India.
Foto: dok Quartz India
Komunikasi yang tidak tepat memang harus dibayar mahal. Menurut pembelaan WhatsApp, perubahan itu tidak berdampak ke konsumen. Tapi, lebih kepada pemilik bisnis/UMKM agar memiliki pilihan memakai layanan hosting dari Facebook dalam menjalankan layanan WhatsApp Business yang telah mereka gunakan. Misalnya untuk menjawab pesan.
Tapi, gara-gara WhatsApp tidak menjelaskan secara rinci dan bahkan terkesan “memaksa” pengguna untuk menyetujui aturan baru mereka, jutaan pengguna pun bereaksi.
Banyak yang marah karena misinterpretasi kebijakan perusahaan terkait privasi. Mereka marah karena WhatsApp dinilai akan membagikan data pribadi mereka ke Facebook, sosial media yang paling banyak menambang data pribadi pengguna dan dikenal punya sejarah buruk soal pelanggaran privasi.
Banyak juga pengguna yang marah karena mereka tidak memiliki opsi untuk menolak kebijakan tersebut.
Yang jelas, WhatsApp tidak hanya dikritik habis-habisan. Pengguna yang sakit hati memutuskan untuk uninstall WhatsApp dan beralih ke aplikasi Telegram dan Signal. Alhasil, pengguna baru Telegram bertambah 25 juta dalam 72 jam. Sementara server Signal jebol karena banyaknya pengguna baru. Hal ini disebut sebagai migrasi digital terbesar yang pernah ada.
Begitu paniknya, sampai-sampai mereka harus memasang iklan besar-besar di lebih dari 10 media cetak berbahasa Inggris maupun Hindi di India.
”WhatsApp tidak dapat melihat pesan pribadi Anda atau mendengar panggilan Anda. Begitu pula Facebook . Setiap pesan pribadi, foto, video, pesan suara, dan dokumen yang Anda kirim ke teman, keluarga, dan rekan kerja Anda dalam obrolan satu lawan satu atau grup dilindungi oleh enkripsi ujung-ke-ujung. Semua informasi Anda, tetap di Anda,” tulis iklan WhatsApp di halaman muka koran-koran India.
Foto: dok Quartz India
Komunikasi yang tidak tepat memang harus dibayar mahal. Menurut pembelaan WhatsApp, perubahan itu tidak berdampak ke konsumen. Tapi, lebih kepada pemilik bisnis/UMKM agar memiliki pilihan memakai layanan hosting dari Facebook dalam menjalankan layanan WhatsApp Business yang telah mereka gunakan. Misalnya untuk menjawab pesan.
Tapi, gara-gara WhatsApp tidak menjelaskan secara rinci dan bahkan terkesan “memaksa” pengguna untuk menyetujui aturan baru mereka, jutaan pengguna pun bereaksi.
Banyak yang marah karena misinterpretasi kebijakan perusahaan terkait privasi. Mereka marah karena WhatsApp dinilai akan membagikan data pribadi mereka ke Facebook, sosial media yang paling banyak menambang data pribadi pengguna dan dikenal punya sejarah buruk soal pelanggaran privasi.
Banyak juga pengguna yang marah karena mereka tidak memiliki opsi untuk menolak kebijakan tersebut.
Yang jelas, WhatsApp tidak hanya dikritik habis-habisan. Pengguna yang sakit hati memutuskan untuk uninstall WhatsApp dan beralih ke aplikasi Telegram dan Signal. Alhasil, pengguna baru Telegram bertambah 25 juta dalam 72 jam. Sementara server Signal jebol karena banyaknya pengguna baru. Hal ini disebut sebagai migrasi digital terbesar yang pernah ada.