Terungkap, Ini Cara Rusia Tetap Dapat Layanan Starlink
loading...
A
A
A
JAKARTA - Militer Rusia diyakini masih menggunakan layanan internet Starlink milik Elon Musk. Hal itu setelah intelijen Ukraina mendapat informasi bahwa Rusia memperoleh pasokan terminal satelit Starlink untuk mendukung operasional dari pemasok di negara-negara Arab. Langkah ini sebagai siasat atas sanksi dari negara-negara barat.
Intelijen Ukraina menyebut terminal-terminal satelit Starlink itu dibeli sekitar USD2.200 per unit. Layanan yang dimiliki oleh Elon Musk ini telah menjadi vital untuk komunikasi medan perang Kyiv, tetapi pejabat Ukraina mengatakan pasukan Rusia juga semakin mengandalkannya selama invasi hampir dua tahun.
Direktorat Utama Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina merilis intersep audio dari dua tentara Rusia yang membahas pembelian unit dari penyedia Arab seharga sekitar 200.000 Rubel atau setara dengan USD2.200, setiap unit.
"Rusia membeli peralatan komunikasi, termasuk terminal internet satelit Starlink, untuk digunakan dalam perang, di negara-negara Arab," kata kementerian tersebut di Telegram dikutip dari Daily Mail, Jumat (16/2/2024).
Sebelumnya, juru bicara Direktorat Utama Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina Andriy Yusov mengatakan kepada Reuters bahwa pasukan Rusia membeli terminal tersebut melalui negara ketiga yang tidak disebutkan.
Agen Rusia dilaporkan menggunakan perantara di Dubai untuk mendapatkan terminal-terminal tersebut. Sebuah klip audio yang dirilis oleh intelijen Ukraina diduga menunjukkan dua tentara Rusia yang berbicara tentang terminal tersebut. "Bisa saya pesankan Starlink untukmu? Dan kamu akan memiliki koneksi yang bagus sekali. Kawan, kamu membutuhkan Starlink."
Salah satu tentara Rusia merujuk kepada seseorang bernama Oboz yang memiliki koneksi untuk mendapatkan terminal-terminal tersebut. "Orang Arab membawa segala sesuatu kepada kami, kabel, wifi, router," katanya.
Starlink menegaskan tidak berbisnis dengan Rusia atau beroperasi di wilayah Rusia, artinya layanan tidak akan berfungsi di negara tersebut. "SpaceX tidak pernah menjual atau memasarkan Starlink di Rusia, dan juga tidak pernah mengirim peralatan ke lokasi di Rusia."
Lontaran serupa juga disampaikan Kremlin. Mereka mengatakan bahwa terminal tersebut tidak disertifikasi untuk digunakan di, atau secara resmi disediakan kepada Rusia dan oleh karena itu tidak dapat digunakan.
Adapun Ukraina mengatakan bahwa perangkat komunikasi SpaceX tersebut digunakan oleh pasukan Rusia dalam invasi ke Ukraina. Andriy Yusov bahkan menyebut masalah tersebut sistemik. "Kasus penggunaan perangkat tersebut oleh Rusia telah tercatat. Ini mulai menjadi sistemik," ujarnya.
Disebutkan, Pasukan Pendarat Udara Garda Ke-83 Rusia termasuk yang menggunakan layanan tersebut di sekitar Klishchiivka dan Andriivka. Mereka yakin pasukan Rusia mampu memodifikasi terminal Starlink, membuatnya tampak beroperasi di wilayah yang diizinkan.
Pihak lain berspekulasi bahwa tentara Rusia mungkin telah mencuri terminal dari area Ukraina yang berada di wilayah yang diizinkan. Hingga saat ini, Starlink telah beroperasi di Ukraina, kecuali Crimea, karena Elon Musk ingin menghentikan Kyiv menargetkan kapal perang Rusia, dan menggunakan terminal tersebut untuk keperluan kemanusiaan bukan militer.
Intelijen Ukraina menyebut terminal-terminal satelit Starlink itu dibeli sekitar USD2.200 per unit. Layanan yang dimiliki oleh Elon Musk ini telah menjadi vital untuk komunikasi medan perang Kyiv, tetapi pejabat Ukraina mengatakan pasukan Rusia juga semakin mengandalkannya selama invasi hampir dua tahun.
Direktorat Utama Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina merilis intersep audio dari dua tentara Rusia yang membahas pembelian unit dari penyedia Arab seharga sekitar 200.000 Rubel atau setara dengan USD2.200, setiap unit.
"Rusia membeli peralatan komunikasi, termasuk terminal internet satelit Starlink, untuk digunakan dalam perang, di negara-negara Arab," kata kementerian tersebut di Telegram dikutip dari Daily Mail, Jumat (16/2/2024).
Sebelumnya, juru bicara Direktorat Utama Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina Andriy Yusov mengatakan kepada Reuters bahwa pasukan Rusia membeli terminal tersebut melalui negara ketiga yang tidak disebutkan.
Agen Rusia dilaporkan menggunakan perantara di Dubai untuk mendapatkan terminal-terminal tersebut. Sebuah klip audio yang dirilis oleh intelijen Ukraina diduga menunjukkan dua tentara Rusia yang berbicara tentang terminal tersebut. "Bisa saya pesankan Starlink untukmu? Dan kamu akan memiliki koneksi yang bagus sekali. Kawan, kamu membutuhkan Starlink."
Salah satu tentara Rusia merujuk kepada seseorang bernama Oboz yang memiliki koneksi untuk mendapatkan terminal-terminal tersebut. "Orang Arab membawa segala sesuatu kepada kami, kabel, wifi, router," katanya.
Starlink menegaskan tidak berbisnis dengan Rusia atau beroperasi di wilayah Rusia, artinya layanan tidak akan berfungsi di negara tersebut. "SpaceX tidak pernah menjual atau memasarkan Starlink di Rusia, dan juga tidak pernah mengirim peralatan ke lokasi di Rusia."
Lontaran serupa juga disampaikan Kremlin. Mereka mengatakan bahwa terminal tersebut tidak disertifikasi untuk digunakan di, atau secara resmi disediakan kepada Rusia dan oleh karena itu tidak dapat digunakan.
Adapun Ukraina mengatakan bahwa perangkat komunikasi SpaceX tersebut digunakan oleh pasukan Rusia dalam invasi ke Ukraina. Andriy Yusov bahkan menyebut masalah tersebut sistemik. "Kasus penggunaan perangkat tersebut oleh Rusia telah tercatat. Ini mulai menjadi sistemik," ujarnya.
Disebutkan, Pasukan Pendarat Udara Garda Ke-83 Rusia termasuk yang menggunakan layanan tersebut di sekitar Klishchiivka dan Andriivka. Mereka yakin pasukan Rusia mampu memodifikasi terminal Starlink, membuatnya tampak beroperasi di wilayah yang diizinkan.
Pihak lain berspekulasi bahwa tentara Rusia mungkin telah mencuri terminal dari area Ukraina yang berada di wilayah yang diizinkan. Hingga saat ini, Starlink telah beroperasi di Ukraina, kecuali Crimea, karena Elon Musk ingin menghentikan Kyiv menargetkan kapal perang Rusia, dan menggunakan terminal tersebut untuk keperluan kemanusiaan bukan militer.
(msf)