Tanpa Internet dan Listrik, Radio Jadi Andalan Warga Gaza Cari Informasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebelum pecah perang di Gaza , seorang warga Palestina tidak pernah menyangka bahwa radio yang sudah lama ada di tokonya akan banyak diminati masyarakat.
Radio bertenaga baterai yang dijual oleh Mahmud Al-Daoudi menawarkan informasi dan perkembangan terkini tentang dunia luar kepada pelanggannya.
Seperti dilansir dari AFP, Kamis (21/12/2023), masalah pemadaman listrik sudah lama menjadi bagian kehidupan sehari-hari.
Namun, sekitar 2,4 juta orang di wilayah yang terkepung kini menghadapi pemadaman listrik berkepanjangan setelah Israel memutus pasokan listrik dan bahan bakar.
Serangan terus-menerus yang dilancarkan Israel telah merenggut nyawa hampir 20.000 warga Gaza, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Kini, mustahil bagi warga Gaza untuk menggunakan komputer atau menonton televisi, mengisi ulang ponsel, atau mengakses internet tanpa generator atau panel surya.
Hanya sebagian kecil warga Gaza yang mampu membelinya. Meski demikian, warga disebut masih bisa mengandalkan radio bertenaga baterai untuk mengikuti berita terkini.
“Kami punya banyak stok, tapi stoknya sudah habis sejak minggu pertama perang. Setelah saluran telepon dan internet diputus, radio menjadi satu-satunya cara untuk mengetahui apa yang terjadi,” kata Mahmud dari tokonya yang berlokasi di Rafah.
Mahmud menjelaskan, daya tahan baterai radio yang lama dipandang sebagai keunggulan lain.
Sebelum konflik pecah di Gaza, sebuah radio bertenaga baterai berharga sekitar USD7, namun sekarang harganya sekitar USD16 .
“Kami juga harus menjual kembali radio-radio rusak yang dikembalikan kepada kami karena tingginya permintaan,” tambah Rafah.
Kabarnya, beberapa stasiun penyiaran seperti BBC Arab dan Al Jazeera meluncurkan saluran khusus untuk membantu memastikan warga terdampak mendapatkan perkembangan terkini dan berita terkini.
Radio bertenaga baterai yang dijual oleh Mahmud Al-Daoudi menawarkan informasi dan perkembangan terkini tentang dunia luar kepada pelanggannya.
Seperti dilansir dari AFP, Kamis (21/12/2023), masalah pemadaman listrik sudah lama menjadi bagian kehidupan sehari-hari.
Namun, sekitar 2,4 juta orang di wilayah yang terkepung kini menghadapi pemadaman listrik berkepanjangan setelah Israel memutus pasokan listrik dan bahan bakar.
Serangan terus-menerus yang dilancarkan Israel telah merenggut nyawa hampir 20.000 warga Gaza, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Kini, mustahil bagi warga Gaza untuk menggunakan komputer atau menonton televisi, mengisi ulang ponsel, atau mengakses internet tanpa generator atau panel surya.
Hanya sebagian kecil warga Gaza yang mampu membelinya. Meski demikian, warga disebut masih bisa mengandalkan radio bertenaga baterai untuk mengikuti berita terkini.
“Kami punya banyak stok, tapi stoknya sudah habis sejak minggu pertama perang. Setelah saluran telepon dan internet diputus, radio menjadi satu-satunya cara untuk mengetahui apa yang terjadi,” kata Mahmud dari tokonya yang berlokasi di Rafah.
Mahmud menjelaskan, daya tahan baterai radio yang lama dipandang sebagai keunggulan lain.
Sebelum konflik pecah di Gaza, sebuah radio bertenaga baterai berharga sekitar USD7, namun sekarang harganya sekitar USD16 .
“Kami juga harus menjual kembali radio-radio rusak yang dikembalikan kepada kami karena tingginya permintaan,” tambah Rafah.
Kabarnya, beberapa stasiun penyiaran seperti BBC Arab dan Al Jazeera meluncurkan saluran khusus untuk membantu memastikan warga terdampak mendapatkan perkembangan terkini dan berita terkini.
(wbs)