Miris, Anak Usia 12-17 Tahun Jadi Sasaran Pelecehan dan Eksploitasi Seksual Online

Rabu, 23 Agustus 2023 - 17:00 WIB
loading...
Miris, Anak Usia 12-17 Tahun Jadi Sasaran Pelecehan dan Eksploitasi Seksual Online
Orang tua harus lebih hati-hati dalam melakukan pengawasan terhadap anak-anak mereka di dunia digital. Foto: Mothership
A A A
JAKARTA - Orang tua harus lebih hati-hati lagi untuk mengawasi anak mereka di dunia digital. Sebab, anak-anak yang menggunakan internet bisa sangat rentan terhadap berbagai aktivitas digital yang berbahaya.

Dalam postingan di blog Kaspersky , Lance Spitzner dari SANS Institute merangkum tiga ancaman utama bagi anak-anak yang tumbuh di dunia terhubung seperti saat ini.

1. Orang asing: predator seksual, sextortion, penipuan
2. Teman: cyberbullying, prank, sextortion, contoh buruk
3. Diri sendiri: berbagi berlebihan (oversharing), sexting, intimidasi, mengunduh/membagikan konten ilegal

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (Kemenppa) mencatat, anak Indonesia berusia 12-17 tahun merupakan sasaran pelecehan dan eksploitasi seksual online.

Lebih lanjut, hasil penelitian Center for Digital Society (CfDS) per Agustus 2021 berjudul Teenager-Related Cyberbullying Case in Indonesia yang dilakukan terhadap anak (pelajar) usia 13-18 tahun, menyatakan bahwa 1.895 siswa (45,35%) mengaku menjadi korban cyberbullying, sedangkan 1.182 siswa (38,41%) adalah pelaku cyberbullying.

Platform yang sering digunakan untuk kasus cyberbullying antara lain WhatsApp, Instagram, dan Facebook.

Bahaya Oversharing

Laporan Kaspersky juga mengungkap bahwa Generasi Z atau mereka yang berusia antara 11 dan 26 tahun adalah kelompok yang terlalu banyak berbagi (oversharing), mereka memiliki pengetahuan tentang keamanan online tetapi paling rentan terhadap penipuan.

Sekitar 55% dari yang disurvei mengaku telah memasukkan informasi pribadi mereka di saluran media sosial seperti nama, tanggal lahir, dan lokasi.

Mayoritas (72%) dari mereka tidak dapat mengidentifikasi penipuan phishing dan 26% mengaku telah menjadi korban penipuan phishing.

“Dulu saat jam sekolah, orang tua paling khawatir dengan raport atau nilai dan hasil akhir sang buah hati. Kini situasinya berbeda. Orang tua Indonesia, seperti layaknya di belahan dunia lainnya, sekarang membesarkan anak-anak yang sangat terhubung dan perhatian terbesar mereka saat ini termasuk upaya untuk menghindari sang anak menjadi sasaran penjahat siber,” tulis Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.

Meski demikian, Yeo Siang Tiong tidak menyalahkan anak-anak. “Sebab, anak-anak berisiko dibujuk oleh orang asing, diintimidasi secara online, dan bahkan informasi pribadi mereka dicuri di sekolah,” katanya.



“Dari sudut pandang keamanan, tidak peduli apakah Anda berusia 6 atau 56 tahun. Kita sekarang hidup di dunia di mana jejak digital terus berkembang dari hari ke hari. Jika pada titik ini, orang dewasa masih terus jatuh ke dalam perangkap penjahat siber, tidak mungkin mengharapkan anak-anak mengetahui apa yang harus dihindari di dunia maya sehingga melindungi mereka harus menjadi prioritas utama kita sebagai orang tua,”tambahYeo.
(dan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1321 seconds (0.1#10.140)