Kecanggihan Teknologi AI dapat Gantikan 300 Juta Pekerjaan
loading...
A
A
A
NEW YORK - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) semakin pesat. Bahkan Goldman Sachs memperkirakan ada sekitar 300 juta pekerjaan yang dapat digantikan atau diotomatisasi teknologi AI.
Goldman Sachs, bank investasi dan jasa keuangan multinasional asal Amerika yang berbasis di New York, dalam penelitian ekonomi global menyebutkan AI dapat mengotomatiskan 25% dari seluruh pasar tenaga kerja. AI juga dapat mengotomatiskan 46% tugas dalam pekerjaan administratif, pekerjaan legal (44%), dan profesi arsitektur dan teknik 37%.
Sedangkan bidang pekerjaan yang tidak terlalu terancam kehadiran AI di sektor padat karya, seperti konstruksi (6%), instalasi dan perbaikan (4%), serta pemeliharaan (1%). Studi tersebut juga menyimpulkan bahwa 18% tenaga kerja global dapat diotomatisasi dengan AI. Negara-negara seperti AS, Inggris, Jepang, dan Hong Kong, lebih dari 28% tenaga kerja negara tersebut dapat diotomatisasi dengan AI.
Manav Raj, Asisten Profesor Manajemen di Wharton School of the University of Pennsylvania, mengatakan kepada Insider bahwa pekerja kerah putih yang paling mungkin terpengaruh AI. Studi sebelumnya dari para peneliti di Universitas Princeton, Universitas Pennsylvania, dan Universitas New York, juga memperkirakan layanan hukum paling mungkin terpengaruh oleh teknologi seperti ChatGPT.
Laporan Goldman menunjukkan bahwa jika AI generatif diterapkan secara luas, hal itu dapat menghasilkan penghematan biaya tenaga kerja yang signifikan dan penciptaan lapangan kerja baru. “Hype saat ini seputar AI telah memunculkan peran baru, termasuk prompt engineer, pekerjaan yang mencakup menulis teks alih-alih kode untuk menguji AI chatbots,” tulis Insider dikutip SINDOnews, Minggu (28/5/2023).
Namun, penelitian menunjukkan potensi hubungan yang seimbang dan saling menguntungkan antara pekerja dan AI. Studi tersebut mengatakan bahwa pekerjaan yang sebagian terkena otomatisasi akan menggunakan kesempatan ini untuk meningkatkan produktivitas lain.
Teknologi baru ini juga dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja global, dengan Goldman memperkirakan bahwa AI pada akhirnya dapat meningkatkan PDB global tahunan sebesar 7%. Inovasi AI diperkirakan menciptakan permintaan untuk pengembang perangkat lunak dan secara langsung meningkatkan kebutuhan permintaan tenaga profesional pendidikan tinggi.
Ini efek domino, tapi tetap saja mengkhawatirkan. Pada bulan Maret, Kamar Dagang AS menyerukan peraturan AI yang ketat di tingkat federal untuk memastikan keamanan pekerjaan, nasional, dan ekonomi.
AI generatif bisa dibilang merupakan teknologi yang paling mengubah permainan yang telah diciptakan manusia. Meskipun chatbot yang mengesankan tidak memiliki kecerdasan sejati, teknologinya secara perlahan telah membentuk kembali tatanan dunia.
Goldman Sachs, bank investasi dan jasa keuangan multinasional asal Amerika yang berbasis di New York, dalam penelitian ekonomi global menyebutkan AI dapat mengotomatiskan 25% dari seluruh pasar tenaga kerja. AI juga dapat mengotomatiskan 46% tugas dalam pekerjaan administratif, pekerjaan legal (44%), dan profesi arsitektur dan teknik 37%.
Sedangkan bidang pekerjaan yang tidak terlalu terancam kehadiran AI di sektor padat karya, seperti konstruksi (6%), instalasi dan perbaikan (4%), serta pemeliharaan (1%). Studi tersebut juga menyimpulkan bahwa 18% tenaga kerja global dapat diotomatisasi dengan AI. Negara-negara seperti AS, Inggris, Jepang, dan Hong Kong, lebih dari 28% tenaga kerja negara tersebut dapat diotomatisasi dengan AI.
Manav Raj, Asisten Profesor Manajemen di Wharton School of the University of Pennsylvania, mengatakan kepada Insider bahwa pekerja kerah putih yang paling mungkin terpengaruh AI. Studi sebelumnya dari para peneliti di Universitas Princeton, Universitas Pennsylvania, dan Universitas New York, juga memperkirakan layanan hukum paling mungkin terpengaruh oleh teknologi seperti ChatGPT.
Laporan Goldman menunjukkan bahwa jika AI generatif diterapkan secara luas, hal itu dapat menghasilkan penghematan biaya tenaga kerja yang signifikan dan penciptaan lapangan kerja baru. “Hype saat ini seputar AI telah memunculkan peran baru, termasuk prompt engineer, pekerjaan yang mencakup menulis teks alih-alih kode untuk menguji AI chatbots,” tulis Insider dikutip SINDOnews, Minggu (28/5/2023).
Namun, penelitian menunjukkan potensi hubungan yang seimbang dan saling menguntungkan antara pekerja dan AI. Studi tersebut mengatakan bahwa pekerjaan yang sebagian terkena otomatisasi akan menggunakan kesempatan ini untuk meningkatkan produktivitas lain.
Teknologi baru ini juga dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja global, dengan Goldman memperkirakan bahwa AI pada akhirnya dapat meningkatkan PDB global tahunan sebesar 7%. Inovasi AI diperkirakan menciptakan permintaan untuk pengembang perangkat lunak dan secara langsung meningkatkan kebutuhan permintaan tenaga profesional pendidikan tinggi.
Ini efek domino, tapi tetap saja mengkhawatirkan. Pada bulan Maret, Kamar Dagang AS menyerukan peraturan AI yang ketat di tingkat federal untuk memastikan keamanan pekerjaan, nasional, dan ekonomi.
AI generatif bisa dibilang merupakan teknologi yang paling mengubah permainan yang telah diciptakan manusia. Meskipun chatbot yang mengesankan tidak memiliki kecerdasan sejati, teknologinya secara perlahan telah membentuk kembali tatanan dunia.
(wib)