Telegram, Aplikasi Buatan Rusia yang Justru Jadi Senjata Presiden Ukraina

Senin, 07 Maret 2022 - 13:45 WIB
Bukan karena warga Rusia tidak mau menggunakannya. Tapi, karena Pavel Durov menolak memberikan akses kepada pihak berwenang atas data penggunanya. Pemerintah Rusia sempat memblokir Telegram. Sampai akhirnya mereka menyerah dan mencabut larangan itu pada pertengahan 2020.

Telegram menjadi platform yang diadopsi oleh media-media diluar pemerintah Rusia untuk menyebarkan informasi. Termasuk warga sipil, jurnalis, dan bahkan militer.

Pavel Durov, si Biliuner Eksentrik



Co-founder Telegram Pavel Durov memiliki kekayaan hingga USD17 miliar. Foto: Getty Images/Manuel Blondeau

Pavel Durov, 37, adalah pria jenius yang disebut sebagai Mark Zuckerberg dari Rusia. Sebab, selain mendirikan Telegram, ia juga pendiri jejaring sosial paling populer di negara itu, VKontakte (VK), pada 2006.

Durov dikenal sebagai biliuner yang eksentrik. Ia pernah menawari Edward Snowden pekerjaan. Pada 2012, hubungan Durov dan Putin tidak akur. Sebab, ia menolak permintaan pemerintah Rusia untuk menutup grup anti Putin di VK.

Dua tahun kemudian, dia menerima “kudeta investor”. Ini karena VK akan diambil alih oleh grup Mail.Ru, yang dipimpin oleh miliarder Rusia dan sekutu Putin, Alisher Usmanov.

Pada Desember, Kremlin memperkuat cengkeramannya pada VK setelah perusahaan asuransi Rusia Sogaz, yang didirikan oleh raksasa Gazprom, mengambil alih VK.

Selanjutnya, Durov menjual sahamnya di VK dan pergi dari Rusia. Ia kini menjadi warga negara St Kitts & Nevis di Karibia. Durov kabur setelah menolak tekanan Kremlin untuk merilis data dari pemimpin demo anti-Rusia di Ukraina. Yang tidak banyak orang tahu, Telegram yang dirilis pada 2013 memiliki kantor pusat di Dubai.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More