PANDI Hadiri Pertemuan IDIL 2022 – 2032 yang Digelar PBB
Senin, 03 Mei 2021 - 14:22 WIB
JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan yang mewakili pemerintah, organisasi masyarakat adat, pegiat aksara, ahli Bahasa dan lainnya akan menyelenggarakan pertemuan regional di Asia yang membahas tentang rencana aksi global untuk Dekade Bahasa Asli Internasional (IDIL) pada 10 dan 11 Mei mendatang secara daring.
Melansir situs unesco.org, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendeklarasikan bahwa di periode 2022-2032 ditetapkan sebagai Dekade Bahasa Asli Internasional. Dalam hal ini, UNESCO ditunjuk langsung oleh PBB sebagai Badan yang memimpin kegiatan tersebut, bekerja sama dengan Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDESA) dan lembaga terkait lainnya termasuk Kantor Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR). Nantinya akan dibentuk tim gugus tugas global untuk merancang kerangka kerja internasional, partisipasi, dan keterlibatan semua pihak dalam Dekade Internasional tersebut.
Tiga hal yang menjadi tujuan utama dari pertemuan regional awal Mei mendatang, diantaranya adalah: 1. Identifikasi prioritas regional termasuk strategis objektif, pemasukan, pengeluaran, perubahan domain (berdasarkan pertimbangan tematik) serta proyek unggulan dan percontohan regional untuk Dekade Internasional di Asia,
2.Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya bahasa asli, keragaman bahasa, dan multibahasa untuk pembangunan berkelanjutan dan 3.Menjalin kemitraan di antara berbagai pemangku kepentingan untuk pembentukan jaringan mitra regional, komite nasional, serta proyek unggulan dan percontohan regional untuk Dekade Internasional di Asia.
Pertemuan regional ini menjadi momentum bagus bagi Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) yang sedang mengkampanyekan program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) dimana UNESCO turut mendukung secara penuh program tersebut.
Ketua PANDI, Yudho Giri Sucahyo mengatakan bahwa dengan ditetapkannya tahun 2022-2032 sebagai Dekade Bahasa Asli Internasional, hal ini bisa membantu mempromosikan aksara nusantara ke ranah internasional, sehingga diharapkan proses digitalisasi aksara nusantara bisa lebih mudah.
“Perjalanan setahun lebih ini akhirnya dilirik oleh UNESCO Indonesia, untuk kemudian memberikan panggung bagi PANDI agar dapat menyuarakan inisiatif yang dirintis di Indonesia ke tingkat regional, agar dapat saling belajar bersama dengan negara Asia lainnya,” ungkap Yudho dalam keterangan persnya.
Dalam sesi pertemuan regional nanti, PANDI mewakili Indonesia diberi kesempatan untuk melakukan pemaparan di dalam forum yang juga dihadiri oleh negara Jepang, Nepal, India dan Thailand. Hasil pertemuan regional tersebut nantinya akan dibawa ke tingkat dunia pada akhir tahun ini.
“Tentu ini merupakan tantangan baru bagi PANDI yang biasanya rutin hadir aktif di acara khusus spesifik terkait internet, namun kini diberi kesempatan bicara di acara PBB. Memang yang dibicarakan masih terkait dengan digitalisasi konten di internet, namun keterkaitan antara internet dengan pelestarian budaya warisan nenek moyang adalah hal yang tak terbayangkan akan bertemu pada skala seperti ini,” tambah Yudho.
Yudho berharap upaya yang dilakukan PANDI bisa membuahkan hasil yang maksimal, agar digitalisasi aksara nusantara dapat terwujud sepenuhnya, dengan memanfaatkan teknologi dan media digital untuk mempromosikan Bahasa dan aksara nusantara di internet.
“Kami akan ambil bagian dan ikut berkontribusi dalam memajukan budaya asli nusantara agar bisa dikenal dan dikonversikan kedalam bentuk digital, agar bisa tetap terjaga kelestariannya dan nantinya bisa digunakan oleh semua orang di seluruh dunia,” pungkas Yudho.
Melansir situs unesco.org, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendeklarasikan bahwa di periode 2022-2032 ditetapkan sebagai Dekade Bahasa Asli Internasional. Dalam hal ini, UNESCO ditunjuk langsung oleh PBB sebagai Badan yang memimpin kegiatan tersebut, bekerja sama dengan Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDESA) dan lembaga terkait lainnya termasuk Kantor Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR). Nantinya akan dibentuk tim gugus tugas global untuk merancang kerangka kerja internasional, partisipasi, dan keterlibatan semua pihak dalam Dekade Internasional tersebut.
Tiga hal yang menjadi tujuan utama dari pertemuan regional awal Mei mendatang, diantaranya adalah: 1. Identifikasi prioritas regional termasuk strategis objektif, pemasukan, pengeluaran, perubahan domain (berdasarkan pertimbangan tematik) serta proyek unggulan dan percontohan regional untuk Dekade Internasional di Asia,
2.Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya bahasa asli, keragaman bahasa, dan multibahasa untuk pembangunan berkelanjutan dan 3.Menjalin kemitraan di antara berbagai pemangku kepentingan untuk pembentukan jaringan mitra regional, komite nasional, serta proyek unggulan dan percontohan regional untuk Dekade Internasional di Asia.
Pertemuan regional ini menjadi momentum bagus bagi Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) yang sedang mengkampanyekan program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) dimana UNESCO turut mendukung secara penuh program tersebut.
Ketua PANDI, Yudho Giri Sucahyo mengatakan bahwa dengan ditetapkannya tahun 2022-2032 sebagai Dekade Bahasa Asli Internasional, hal ini bisa membantu mempromosikan aksara nusantara ke ranah internasional, sehingga diharapkan proses digitalisasi aksara nusantara bisa lebih mudah.
“Perjalanan setahun lebih ini akhirnya dilirik oleh UNESCO Indonesia, untuk kemudian memberikan panggung bagi PANDI agar dapat menyuarakan inisiatif yang dirintis di Indonesia ke tingkat regional, agar dapat saling belajar bersama dengan negara Asia lainnya,” ungkap Yudho dalam keterangan persnya.
Dalam sesi pertemuan regional nanti, PANDI mewakili Indonesia diberi kesempatan untuk melakukan pemaparan di dalam forum yang juga dihadiri oleh negara Jepang, Nepal, India dan Thailand. Hasil pertemuan regional tersebut nantinya akan dibawa ke tingkat dunia pada akhir tahun ini.
“Tentu ini merupakan tantangan baru bagi PANDI yang biasanya rutin hadir aktif di acara khusus spesifik terkait internet, namun kini diberi kesempatan bicara di acara PBB. Memang yang dibicarakan masih terkait dengan digitalisasi konten di internet, namun keterkaitan antara internet dengan pelestarian budaya warisan nenek moyang adalah hal yang tak terbayangkan akan bertemu pada skala seperti ini,” tambah Yudho.
Yudho berharap upaya yang dilakukan PANDI bisa membuahkan hasil yang maksimal, agar digitalisasi aksara nusantara dapat terwujud sepenuhnya, dengan memanfaatkan teknologi dan media digital untuk mempromosikan Bahasa dan aksara nusantara di internet.
“Kami akan ambil bagian dan ikut berkontribusi dalam memajukan budaya asli nusantara agar bisa dikenal dan dikonversikan kedalam bentuk digital, agar bisa tetap terjaga kelestariannya dan nantinya bisa digunakan oleh semua orang di seluruh dunia,” pungkas Yudho.
(wbs)
tulis komentar anda