Minta Keluarga Perkuat Keuangan, Ini Prediksi Rumah.com soal Properti
Rabu, 30 Desember 2020 - 23:39 WIB
Namun, ujar Marine, pemulihan properti juga tergantung pada kondisi makroekonomi dan politik. Juga tidak lepas dari sejauh mana pemerintah bisa secepatnya menanggulangi pandemi Covid-19, termasuk vaksinasi di mana Indonesia harus mengejar ketertinggalan agar pemulihan ekonomi nasional bisa cepat tercapai. Adanya reshuffle kabinet yang baru saja terjadi diharapkan juga bisa berdampak positif sekaligus bisa mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Salah satu upaya pemerintah untuk memulihkan ekonomi nasional adalah mengalokasikan anggaran sebesar Rp413,8 triliun untuk sektor infrastruktur sebagai ujung tombak perekonomian nasional di tahun 2021 mendatang. Selain untuk pemulihan ekonomi, pembangunan infrastruktur juga sebagai penyediaan layanan dasar serta peningkatan konektivitas.
Marine menegaskan, peningkatan konektivitas ini bisa berdampak langsung pada perkembangan properti pada daerah-daerah di luar Jakarta. RIPMI-H menunjukkan kenaikan indeks harga properti pada area-area yang terpengaruh pembangunan infrastuktur khususnya akses transportasi. Oleh karena itu, kawasan-kawasan di sekitar kawasan hunian terpadu (planned community), jalan tol baru, dan jalur transportasi massal semakin menjadi incaran konsumen.
“Langkah pemerintah yang terus menitikberatkan pembangunan infrastruktur untuk konektivitas membuat konsumen semakin yakin bahwa properti-properti di sekitar transportasi umum ini memiliki prospek yang bagus di kemudian hari,” paparnya.
Di balik berbagai faktor pendorong tersebut masih timbul pertanyaan sejauh mana tingkat konsumsi dapat mendorong aktivitas ekonomi, khususnya transaksi properti. Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan persepsi risiko kredit oleh industri perbankan, agar suku bunga kredit dapat mengikuti turunnya suku bunga acuan.
Saat ini Bank Indonesia sudah beberapa kali melakukan penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Terakhir, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Desember 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 3,75% dengan suku bunga Lending Facility sebesar 4,50%.
Marine berharap agar laju penurunan suku bunga BI7DRR ini diikuti pula oleh suku bunga KPR. Berdasarkan data hingga Agustus 2020, rata-rata suku bunga KPR dan KPA sejak Januari 2019 adalah 8,75% sementara rata-rata suku bunga BI7DRR berada di angka 5,15%.
Adapun pergerakan suku bunga KPR dan KPA juga belum sedinamis BI7DRR. Saat suku bunga BI7DRR sudah mengalami penurunan 25% pada September 2020 dibandingkan awal 2020. Suku bunga KPR dan KPA hanya turun 5,3% pada periode yang sama.
“Berdasarkan data Rumah.com Consumer Sentiment Survey 2020, sebanyak 73% responden menyebutkan suku bunga sebagai pertimbangan utama dalam membeli properti. Suku bunga KPR yang lebih rendah akan membuat konsumen lebih percaya diri mengambil keputusan membeli properti,” pungkasnya. (Baca juga: Putin Teken UU Baru: dari Pembatasan Medsos Hingga Aksi Protes )
Salah satu upaya pemerintah untuk memulihkan ekonomi nasional adalah mengalokasikan anggaran sebesar Rp413,8 triliun untuk sektor infrastruktur sebagai ujung tombak perekonomian nasional di tahun 2021 mendatang. Selain untuk pemulihan ekonomi, pembangunan infrastruktur juga sebagai penyediaan layanan dasar serta peningkatan konektivitas.
Marine menegaskan, peningkatan konektivitas ini bisa berdampak langsung pada perkembangan properti pada daerah-daerah di luar Jakarta. RIPMI-H menunjukkan kenaikan indeks harga properti pada area-area yang terpengaruh pembangunan infrastuktur khususnya akses transportasi. Oleh karena itu, kawasan-kawasan di sekitar kawasan hunian terpadu (planned community), jalan tol baru, dan jalur transportasi massal semakin menjadi incaran konsumen.
“Langkah pemerintah yang terus menitikberatkan pembangunan infrastruktur untuk konektivitas membuat konsumen semakin yakin bahwa properti-properti di sekitar transportasi umum ini memiliki prospek yang bagus di kemudian hari,” paparnya.
Di balik berbagai faktor pendorong tersebut masih timbul pertanyaan sejauh mana tingkat konsumsi dapat mendorong aktivitas ekonomi, khususnya transaksi properti. Pemerintah perlu melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan persepsi risiko kredit oleh industri perbankan, agar suku bunga kredit dapat mengikuti turunnya suku bunga acuan.
Saat ini Bank Indonesia sudah beberapa kali melakukan penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Terakhir, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Desember 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 3,75% dengan suku bunga Lending Facility sebesar 4,50%.
Marine berharap agar laju penurunan suku bunga BI7DRR ini diikuti pula oleh suku bunga KPR. Berdasarkan data hingga Agustus 2020, rata-rata suku bunga KPR dan KPA sejak Januari 2019 adalah 8,75% sementara rata-rata suku bunga BI7DRR berada di angka 5,15%.
Adapun pergerakan suku bunga KPR dan KPA juga belum sedinamis BI7DRR. Saat suku bunga BI7DRR sudah mengalami penurunan 25% pada September 2020 dibandingkan awal 2020. Suku bunga KPR dan KPA hanya turun 5,3% pada periode yang sama.
“Berdasarkan data Rumah.com Consumer Sentiment Survey 2020, sebanyak 73% responden menyebutkan suku bunga sebagai pertimbangan utama dalam membeli properti. Suku bunga KPR yang lebih rendah akan membuat konsumen lebih percaya diri mengambil keputusan membeli properti,” pungkasnya. (Baca juga: Putin Teken UU Baru: dari Pembatasan Medsos Hingga Aksi Protes )
(iqb)
tulis komentar anda