Twitter Akan Memperlambat Kemampuan Pengguna untuk Like Cuitan Misinformasi
Rabu, 11 November 2020 - 13:33 WIB
MENLO PARK - Twitter tengah bekerja untuk memperluas penggunaan label misinformasi apda tweet yang dinilai menyesatkan. (Baca juga: UI Peringkat Pertama PT Inovatif Kategori Manajemen Inovasi )
Perusahaan telah mengembangkan fitur baru yang kini belum digulirkan ke seluruh pengguna. Fitur ini memungkinkan hadirnya label 'informasi menyesatkan' ketika pengguna mencoba memberikan 'like' cuitan yang dianggap mengandung misinformasi. (Baca juga: Tel-U Peringkat 2 Perguruan Tinggi Kategori Manajemen Inovasi )
Fitur tersebut ditemukan oleh reverse engineer Jane Manchun Wong dalam kode aplikasi Twitter. Dia mengonfirmasi bahwa penambahan tersebut tidak mencegah pengguna untuk terus memberikan 'like' pada tweet, namun itu hanya memperlambat.
"Twitter tengah mengembangkan peringatan misinformasi pada Likes, seperti pada quote tweet/ Retweet," tulis Wong di akun Twitternya @wongmjane
Twitter mengonfirmasi bahwa fitur yang ditemukan oleh Wong sedang dalam pengembangan, tetapi belum tahu kapan akan diluncurkan.
“Tujuan kami adalah memberi orang konteks dan alat yang diperlukan untuk menemukan informasi yang kredibel di layanan kami - tidak peduli topik atau di mana mereka melihat Tweet,” kata juru bicara Twitter dikutip dari Tech Crunch, Rabu (11/11/2020).
“Ini adalah proses yang berulang, dan kami terus mengeksplorasi fitur dan kebijakan untuk membantu orang-orang di Twitter membuat keputusan yang tepat,” sambung pernyataan tersebut.
Peringatan serupa muncul ketika pengguna mencoba me-Retweet unggahan dengan label misinformasi.
Fitur baru ini akan sejalan dengan tindakan lain yang diambil Twitter untuk memperlambat penyebaran informasi yang salah pada layanannya, termasuk perubahan baru-baru ini tentang cara kerja retweet. Pada 20 Oktober 2020, Twitter mulai meminta siapa pun yang me-retweet sesuatu untuk membagikan tweet kutipan sebagai gantinya.
Selain itu, Twitter juga meluncurkan serangkaian kebijakan baru menjelang Hari Pemilu di AS beberapa waktu lalu, untuk penanganan tweet yang menyesatkan.
Selain memberi label informasi yang salah, Twitter juga menerapkan peringatan dan pembatasan yang lebih agresif pada tweet dari tokoh politik AS, termasuk kandidat dan akun kampanye, serta akun berbasis di AS lainnya yang memenuhi batasan tertentu dalam hal pengikut, atau keterlibatan tweet.
Perusahaan telah mengembangkan fitur baru yang kini belum digulirkan ke seluruh pengguna. Fitur ini memungkinkan hadirnya label 'informasi menyesatkan' ketika pengguna mencoba memberikan 'like' cuitan yang dianggap mengandung misinformasi. (Baca juga: Tel-U Peringkat 2 Perguruan Tinggi Kategori Manajemen Inovasi )
Fitur tersebut ditemukan oleh reverse engineer Jane Manchun Wong dalam kode aplikasi Twitter. Dia mengonfirmasi bahwa penambahan tersebut tidak mencegah pengguna untuk terus memberikan 'like' pada tweet, namun itu hanya memperlambat.
"Twitter tengah mengembangkan peringatan misinformasi pada Likes, seperti pada quote tweet/ Retweet," tulis Wong di akun Twitternya @wongmjane
Twitter mengonfirmasi bahwa fitur yang ditemukan oleh Wong sedang dalam pengembangan, tetapi belum tahu kapan akan diluncurkan.
“Tujuan kami adalah memberi orang konteks dan alat yang diperlukan untuk menemukan informasi yang kredibel di layanan kami - tidak peduli topik atau di mana mereka melihat Tweet,” kata juru bicara Twitter dikutip dari Tech Crunch, Rabu (11/11/2020).
“Ini adalah proses yang berulang, dan kami terus mengeksplorasi fitur dan kebijakan untuk membantu orang-orang di Twitter membuat keputusan yang tepat,” sambung pernyataan tersebut.
Peringatan serupa muncul ketika pengguna mencoba me-Retweet unggahan dengan label misinformasi.
Fitur baru ini akan sejalan dengan tindakan lain yang diambil Twitter untuk memperlambat penyebaran informasi yang salah pada layanannya, termasuk perubahan baru-baru ini tentang cara kerja retweet. Pada 20 Oktober 2020, Twitter mulai meminta siapa pun yang me-retweet sesuatu untuk membagikan tweet kutipan sebagai gantinya.
Selain itu, Twitter juga meluncurkan serangkaian kebijakan baru menjelang Hari Pemilu di AS beberapa waktu lalu, untuk penanganan tweet yang menyesatkan.
Selain memberi label informasi yang salah, Twitter juga menerapkan peringatan dan pembatasan yang lebih agresif pada tweet dari tokoh politik AS, termasuk kandidat dan akun kampanye, serta akun berbasis di AS lainnya yang memenuhi batasan tertentu dalam hal pengikut, atau keterlibatan tweet.
(wbs)
tulis komentar anda