Canggih, AI Besutan Huawei Bakal Jadi Pengawas Hutan di Indonesia
Senin, 26 Oktober 2020 - 23:59 WIB
"Kami sangat percaya bahwa teknologi yang baik dapat membawa manfaat yang lebih besar bagi dunia. Keterlibatan ini menjadi bagian awal dari perjalanan bersama untuk lingkungan yang makin lestari," katanya.
Tim survei juga berkesempatan menerima arahan dari Wakil Menteri LHK Alue Dohong yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Taman Nasional Bali Barat. Alue Dohong meninjau penangkaran burung Jalak Bali dan melakukan pelepasliaran Jalak Bali.
Jalak Bali merupakan satwa endemik Bali yang menjadi maskot Taman Nasional Bali Barat. Keberadaannya di habitat asli hanya tinggal beberapa ratus ekor saja. Bahkan sempat nyaris punah karena perburuan liar.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno, juga memberikan arahan kepada tim survei. Dia menjelaskan, saat ini KLHK juga telah memanfaatkan teknologi untuk pengawasan satwa.
“Saat ini sudah pakai Camera Trap dan GPS Collar, untuk memantau gajah Sumatera. Dengan kerja sama ini, teknologi AI (artificial intelligence) dimanfaatkan untuk mendeteksi suara yang berada di hutan. Deteksi suara ini juga dapat memperkaya sistem yang sudah dimanfaatkan KLHK untuk memantau satwa di Indonesia,” kara Wiratno.
Teknologi ini diharapkan membantu pengamanan dan pengawasan hutan dari illegal logging, illegal mining, illegal poaching, pemantauan satwa, wisata alam, serta pengayaan dan pemanfaatan data kehutanan. Wiratno menambahkan, saat ini Indonesia memiliki 54 taman nasional yang mana sebagian diantaranya merupakan situs warisan dunia (World Heritage) UNESCO.
Diketahui, Indonesia memiliki koleksi 400 spesies burung endemik. Hingga dapat dikatakan terbanyak di dunia. Artinya ada 400 jenis burung endemik yang hanya bisa ditemukan di Indonesia. Salah satunya Jalak Bali yang hanya bisa ditemukan di Taman Nasional Bali Barat.
Wiratno menjelaskan bahwa baru-baru ini pihaknya bekerja sama dengan komunitas burung dan Swiss Winasis, telah menerbitkan buku Atlas Burung Indonesia. Memanfaatkan teknologi AI, keragaman suara satwa rencananya akan dikelola dalam virtual sound museum.
"Melalui teknologi yang akan kita kembangkan bersama Huawei dan Rainforest Connection, kita dapat membuat virtual sound museum yang berisi suara-suara yang tertangkap dari alat yang akan dipasang di hutan,” katanya optimistis. (Baca juga: Pogba Murka, Bantah Mundur dari Timnas Prancis karena Komentar Macron )
Sementara itu, Agus Ngurah, menyambut baik rencana kerja sama ini. “Kehadiran teknologi yang akan kita kembangkan bersama Huawei dan Rainforest Connection ini akan bermanfaat dalam membantu kami melindungi hutan, khususnya di Taman Nasional Bali Barat dengan satwa endemik Jalak Bali yang juga merupakan satwa dilindungi karena tergolong langka,” harapnya.
Tim survei juga berkesempatan menerima arahan dari Wakil Menteri LHK Alue Dohong yang sedang melakukan kunjungan kerja ke Taman Nasional Bali Barat. Alue Dohong meninjau penangkaran burung Jalak Bali dan melakukan pelepasliaran Jalak Bali.
Jalak Bali merupakan satwa endemik Bali yang menjadi maskot Taman Nasional Bali Barat. Keberadaannya di habitat asli hanya tinggal beberapa ratus ekor saja. Bahkan sempat nyaris punah karena perburuan liar.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno, juga memberikan arahan kepada tim survei. Dia menjelaskan, saat ini KLHK juga telah memanfaatkan teknologi untuk pengawasan satwa.
“Saat ini sudah pakai Camera Trap dan GPS Collar, untuk memantau gajah Sumatera. Dengan kerja sama ini, teknologi AI (artificial intelligence) dimanfaatkan untuk mendeteksi suara yang berada di hutan. Deteksi suara ini juga dapat memperkaya sistem yang sudah dimanfaatkan KLHK untuk memantau satwa di Indonesia,” kara Wiratno.
Teknologi ini diharapkan membantu pengamanan dan pengawasan hutan dari illegal logging, illegal mining, illegal poaching, pemantauan satwa, wisata alam, serta pengayaan dan pemanfaatan data kehutanan. Wiratno menambahkan, saat ini Indonesia memiliki 54 taman nasional yang mana sebagian diantaranya merupakan situs warisan dunia (World Heritage) UNESCO.
Diketahui, Indonesia memiliki koleksi 400 spesies burung endemik. Hingga dapat dikatakan terbanyak di dunia. Artinya ada 400 jenis burung endemik yang hanya bisa ditemukan di Indonesia. Salah satunya Jalak Bali yang hanya bisa ditemukan di Taman Nasional Bali Barat.
Wiratno menjelaskan bahwa baru-baru ini pihaknya bekerja sama dengan komunitas burung dan Swiss Winasis, telah menerbitkan buku Atlas Burung Indonesia. Memanfaatkan teknologi AI, keragaman suara satwa rencananya akan dikelola dalam virtual sound museum.
"Melalui teknologi yang akan kita kembangkan bersama Huawei dan Rainforest Connection, kita dapat membuat virtual sound museum yang berisi suara-suara yang tertangkap dari alat yang akan dipasang di hutan,” katanya optimistis. (Baca juga: Pogba Murka, Bantah Mundur dari Timnas Prancis karena Komentar Macron )
Sementara itu, Agus Ngurah, menyambut baik rencana kerja sama ini. “Kehadiran teknologi yang akan kita kembangkan bersama Huawei dan Rainforest Connection ini akan bermanfaat dalam membantu kami melindungi hutan, khususnya di Taman Nasional Bali Barat dengan satwa endemik Jalak Bali yang juga merupakan satwa dilindungi karena tergolong langka,” harapnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda