Fenomena Awan Cumulonimbus Ternyata Sudah Digambarkan dalam Al-Qur’an, Seperti Apa?
Sabtu, 28 Desember 2024 - 09:01 WIB
Ia menggambarkan tentang kumpulan awan yang dimulai dari potongan kecil, kemudian tumpukan awan itu mulai menebal dari sejumlah potongan awan yang terpisah-pisah dan membentuk sekumpulan awan yang lebih besar. Hal ini tentu senada dengan potongan ayat Al Qur’an di atas yang menyebutkan:
“Tidakkah engkau melihat sesungguhnya Allah mengarahkan awan secara perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu menjadikannya bertumpuk-tumpuk”.
Setelah terbentuk, bagian tengah awan mulai bergerak ke bagian yang paling atas seolah-olah awan tersebut memiliki poros di tengahnya. Pada pergerakannya yang cepat, kondisi ini akan menarik atau menghisap awan-awan lain yang berada di sampingnya dan menciptakan awan yang lebih besar lagi.
Hal demikian terjadi seterusnya sampai terbentuk satu gumpalan awan besar. Saat awan tumbuh dan terus naik, proses penumpukan dengan perantara gelombang kuat ini terjadi dalam ‘periode muda‛ dimana kapasitas air dari uap naik ke tingkat yang paling atas.
Hasilnya, gumpalan awan akan semakin menebal dan tumbuh menjadi berat hingga akhirnya jatuh menjadi hujan. Lagi, hal tersebut sesuai dengan potongan ayat di atas yang menyebutkan:
“Maka, engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya.”
Nah, di antara awan-awan itu, ada awan cumuliform atau cumulonimbus yang terbentuk di ketinggian atau di lapisan atas atmosfer. Bentuknya mirip seperti gunung-gunung menjulang.
Awan ini juga menurunkan butiran-butiran es dan bisa menghasilkan kilat yang menyilaukan penglihatan untuk sekejap. Hal tersebut sesuai dengan potongan ayat di atas yang menyebut:
“Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. Maka, Dia menimpakannya (butiran-butiran es itu) kepada siapa yang Dia kehendaki dan memalingkannya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”
“Tidakkah engkau melihat sesungguhnya Allah mengarahkan awan secara perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu menjadikannya bertumpuk-tumpuk”.
Setelah terbentuk, bagian tengah awan mulai bergerak ke bagian yang paling atas seolah-olah awan tersebut memiliki poros di tengahnya. Pada pergerakannya yang cepat, kondisi ini akan menarik atau menghisap awan-awan lain yang berada di sampingnya dan menciptakan awan yang lebih besar lagi.
Hal demikian terjadi seterusnya sampai terbentuk satu gumpalan awan besar. Saat awan tumbuh dan terus naik, proses penumpukan dengan perantara gelombang kuat ini terjadi dalam ‘periode muda‛ dimana kapasitas air dari uap naik ke tingkat yang paling atas.
Hasilnya, gumpalan awan akan semakin menebal dan tumbuh menjadi berat hingga akhirnya jatuh menjadi hujan. Lagi, hal tersebut sesuai dengan potongan ayat di atas yang menyebutkan:
“Maka, engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya.”
Nah, di antara awan-awan itu, ada awan cumuliform atau cumulonimbus yang terbentuk di ketinggian atau di lapisan atas atmosfer. Bentuknya mirip seperti gunung-gunung menjulang.
Awan ini juga menurunkan butiran-butiran es dan bisa menghasilkan kilat yang menyilaukan penglihatan untuk sekejap. Hal tersebut sesuai dengan potongan ayat di atas yang menyebut:
“Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung. Maka, Dia menimpakannya (butiran-butiran es itu) kepada siapa yang Dia kehendaki dan memalingkannya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”
Lihat Juga :
tulis komentar anda