AS Kembali Jegal TikTok, Ini Alasannya
Jum'at, 27 September 2024 - 11:36 WIB
BEIJING - TikTok, platform video pendek dengan sekitar 1,6 miliar pengguna di seluruh dunia dan 170 juta di Amerika Serikat (AS), masih menjadi pusat ketegangan geopolitik antara AS dan China.
Seperti dilansir dari Anadolu Agency, platform tersebut, yang dimiliki oleh perusahaan induk China, ByteDance, sedang diselidiki karena pemerintah AS akan melarangnya karena masalah keamanan nasional.
Pada bulan Januari, pemerintahan Joe Biden diperkirakan akan memberlakukan larangan terhadap TikTok kecuali ByteDance menjual platform tersebut ke entitas non-China.
TikTok telah mengajukan gugatan terhadap Departemen Kehakiman AS, dalam upaya untuk terus beroperasi di negara tersebut.
Kedua belah pihak tetap teguh dalam argumen masing-masing saat pertarungan hukum berlangsung.
Kali ini China berupaya agar AS tidak unggul dalam bidang teknologi canggih dan mendapatkan manfaat atasnya. Hal yang menjadi ancaman kerja dan keamanan nasional, dalam perspektif China.
Surat kabar Financial Times melaporkan China telah memperkenalkan panduan untuk menghapus mikroprosesor Amerika – yaitu Intel dan AMD – dari komputer pribadi dan server pemerintah.
Panduan itu juga berusaha mengesampingkan sistem operasi Windows dan perangkat lunak database buatan luar negeri dan lebih memilih opsi dalam negeri, kata laporan tersebut.
Seperti dilansir dari Anadolu Agency, platform tersebut, yang dimiliki oleh perusahaan induk China, ByteDance, sedang diselidiki karena pemerintah AS akan melarangnya karena masalah keamanan nasional.
Pada bulan Januari, pemerintahan Joe Biden diperkirakan akan memberlakukan larangan terhadap TikTok kecuali ByteDance menjual platform tersebut ke entitas non-China.
TikTok telah mengajukan gugatan terhadap Departemen Kehakiman AS, dalam upaya untuk terus beroperasi di negara tersebut.
Kedua belah pihak tetap teguh dalam argumen masing-masing saat pertarungan hukum berlangsung.
Kali ini China berupaya agar AS tidak unggul dalam bidang teknologi canggih dan mendapatkan manfaat atasnya. Hal yang menjadi ancaman kerja dan keamanan nasional, dalam perspektif China.
Surat kabar Financial Times melaporkan China telah memperkenalkan panduan untuk menghapus mikroprosesor Amerika – yaitu Intel dan AMD – dari komputer pribadi dan server pemerintah.
Panduan itu juga berusaha mengesampingkan sistem operasi Windows dan perangkat lunak database buatan luar negeri dan lebih memilih opsi dalam negeri, kata laporan tersebut.
tulis komentar anda